• Senin, 04 Agustus 2025

Irigasi Way Palakia di Lampung Barat Rusak Diterjang Banjir, Puluhan Hektar Sawah Terancam Gagal Panen

Senin, 04 Agustus 2025 - 16.34 WIB
30

Tampak saluran irigasi di sekitar Bendungan Way Palakia rusak diterjang banjir. Foto: Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Sukau, selama beberapa hari terakhir memicu banjir dan longsor di sekitar Bendungan Way Palakia. Akibat peristiwa tersebut, jaringan irigasi darurat yang selama ini menjadi penyalur utama air ke lahan pertanian rusak parah, sehingga puluhan hektare sawah petani terancam gagal panen.

Kerusakan infrastruktur irigasi ini menambah kesulitan petani yang sebelumnya sudah terdampak akibat kerusakan saluran irigasi utama bendungan beberapa waktu lalu. Saat itu, pemerintah pekon bersama warga berinisiatif memasang jaringan pipa darurat sebagai solusi sementara untuk mengalirkan air dari bendungan ke sawah.

Namun, derasnya arus banjir dan tekanan tanah akibat longsor membuat pipa-pipa darurat tersebut patah dan hanyut. Alhasil, jalur distribusi air kini benar-benar terputus, membuat petani tidak bisa mengairi lahan mereka.

Juru Tulis Pekon Buaynyerupa, Yentoni, membenarkan peristiwa ini. Ia mengatakan, kondisi kerusakan yang terjadi cukup parah dan langsung berdampak pada mata pencaharian masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani.

“Pipa yang dulu dipasang sebagai alternatif kini patah dan hanyut. Sementara saluran irigasi aslinya juga belum bisa diperbaiki secara permanen. Saat ini sawah-sawah warga di hilir tidak terairi sama sekali,” ujar Yentoni saat dikonfirmasi, Senin (4/8/2025).

Menurut Yentoni, lahan terdampak mencakup puluhan hektare sawah produktif yang selama ini menjadi sumber pangan sekaligus penopang ekonomi keluarga para petani. Tanpa pasokan air yang memadai, tanaman padi di area tersebut terancam gagal tumbuh optimal.

“Jika tidak segera ditangani, petani bisa mengalami gagal panen. Ini bukan hanya soal hasil pertanian, tetapi juga terkait ketahanan pangan daerah dan pendapatan warga,” tegasnya.

Ia menambahkan penggunaan pipa darurat sejak awal hanya dirancang sebagai solusi sementara. Kondisi ekstrem seperti banjir dan longsor tidak dapat ditahan oleh konstruksi pipa sederhana, sehingga diperlukan pembangunan saluran irigasi permanen yang lebih kokoh dan sesuai standar teknis.

Pihak pemerintah pekon, kata Yentoni, telah menyampaikan laporan resmi ke pihak kecamatan dan dinas terkait mengenai kerusakan ini. Laporan tersebut juga berisi permintaan bantuan untuk penanganan cepat guna memulihkan aliran air ke sawah warga.

“Kami tidak bisa hanya mengandalkan swadaya warga dalam kondisi seperti ini. Dibutuhkan alat berat, teknisi berpengalaman, dan intervensi pemerintah daerah melalui Dinas PUPR atau instansi terkait lainnya,” ujarnya.

Sejumlah petani yang ditemui di lokasi mengaku cemas dengan kondisi ini. Menurut mereka, tanaman padi yang baru berusia beberapa minggu kini sangat membutuhkan pasokan air agar dapat tumbuh dengan baik.

“Kalau air tidak segera mengalir lagi, padi kami bisa kering dan mati. Kami sangat khawatir karena ini satu-satunya sumber penghasilan keluarga,” kata, salah seorang petani di wilayah setempat saat dimintai keterangan.

Kerusakan saluran irigasi Way Palakia dinilai sebagai masalah yang mendesak untuk segera ditangani. Selain mengancam hasil panen, hal ini juga dikhawatirkan memicu kerugian ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat jika tidak segera ada langkah konkret dari pemerintah daerah.

Warga berharap agar pemerintah daerah segera memprioritaskan perbaikan saluran irigasi permanen agar pasokan air ke lahan pertanian dapat kembali normal. Mereka menilai penanganan cepat sangat penting untuk mencegah dampak gagal panen yang bisa merugikan ratusan keluarga petani di wilayah tersebut.

Langkah penanganan jangka panjang juga dinilai perlu dilakukan, mengingat wilayah sekitar Bendungan Way Palakia rawan banjir dan longsor. Pembangunan saluran irigasi yang tahan terhadap bencana hidrometeorologi dinilai sebagai solusi utama untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Dengan kondisi yang terjadi saat ini, petani di Kecamatan Sukau berharap pemerintah daerah dapat segera turun tangan. Mereka meminta agar perbaikan saluran irigasi dijadikan prioritas utama demi keberlangsungan pertanian dan ketahanan pangan di Lampung Barat. (*)