• Rabu, 30 Juli 2025

‎Suara Harimau Hantui Warga, Camat Batu Brak Koordinasi Dengan BKSDA

Selasa, 29 Juli 2025 - 20.16 WIB
222

‎Camat Batu Brak, Agus Hadipurnama. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Camat Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat, Agus Hadi Purnama, menanggapi keluhan masyarakat terkait adanya suara auman harimau yang belakangan ini meneror warga di Pemangku Kali Pasir, Pekon (Desa) Sukabumi, Kecamatan Batu Brak.

Ia menyatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menindaklanjuti laporan tersebut.

‎Agus mengatakan, pihaknya memahami keresahan warga yang merasa terganggu dan takut beraktivitas di kebun akibat suara auman yang diduga berasal dari harimau tersebut.

Oleh sebab itu, koordinasi dengan pihak-pihak berwenang seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) akan dilakukan untuk menindaklanjuti laporan ini secara cepat dan tepat.

‎“Kami akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait seperti BKSDA, TNI Polri serta pihak terkait lainnya seperti pemerintah pekon dan satgas lainnya, untuk melakukan pengawasan dan investigasi di lokasi yang dilaporkan warga,” ujarnya, Selasa (29/7/2025).

‎Agus juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang namun tetap meningkatkan kewaspadaan.

Menurutnya, langkah pencegahan sangat penting dilakukan guna menghindari potensi ancaman yang lebih besar terhadap keselamatan warga

"Kami minta masyarakat jangan panik, namun tetap waspada. Jangan beraktivitas sendirian di kebun, terutama pada pagi dan sore hari yang rawan,” tambahnya.

Baca juga : Suara Auman Harimau Menghantui, Warga Sukabumi Lambar Batasi Aktivitas Berkebun

‎Ia menjelaskan bahwa wilayah Kecamatan Batu Brak memang banyak berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung yang menjadi habitat satwa liar, termasuk harimau.

"Secara geografis, wilayah kita memang berdekatan dengan kawasan hutan lindung. Kemungkinan besar auman itu berasal dari satwa liar yang berada di sekitar kawasan tersebut,” katanya.

‎Agus menegaskan, pihaknya tidak ingin persoalan ini dianggap sepele. Menurutnya, tindakan cepat harus dilakukan agar masyarakat tidak terus merasa cemas saat menjalankan aktivitas sehari-hari, khususnya berkebun.

"Kami tidak ingin masyarakat terus dihantui rasa takut. Oleh karena itu, kami akan segera berkoordinasi untuk menurunkan tim yang bisa memantau langsung lokasi,” tegasnya.

‎Selain itu, ia juga mengingatkan agar warga tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun satwa tersebut, seperti memasang jerat atau berusaha menangkapnya tanpa keahlian khusus.

"Jangan sampai ada tindakan yang justru membahayakan diri sendiri maupun satwa. Ini perlu penanganan dari pihak yang berkompeten,” lanjutnya.

‎Agus juga menyarankan warga untuk selalu melapor jika mendengar atau melihat tanda-tanda keberadaan satwa liar, agar laporan dapat segera ditindaklanjuti oleh pemerintah kecamatan bersama instansi terkait.

"Kami butuh kerja sama dari masyarakat. Jika ada laporan atau temuan baru, segera sampaikan kepada aparatur pekon atau pihak kecamatan,” ucapnya.

‎Pihaknya berjanji akan terus melakukan pemantauan bersama aparatur pekon setempat sembari menunggu langkah resmi dari instansi berwenang yang berfokus pada penanganan satwa liar.

"Kami sudah minta perangkat pekon untuk aktif memantau kondisi di lapangan dan melaporkan jika ada perkembangan terbaru,” kata Agus.

‎Ia menutup dengan harapan agar masyarakat tetap memprioritaskan keselamatan diri dan keluarga di tengah kondisi ini, serta tidak bertindak gegabah yang dapat memicu risiko lebih besar.

"Kami berharap masyarakat lebih berhati-hati, utamakan keselamatan, dan biarkan penanganan ini dilakukan oleh pihak yang memang memiliki kapasitas,” pungkasnya. (*)