• Sabtu, 02 Agustus 2025

Nadia, Pejuang Kecil dengan Jantung Bocor, Hidup Lebih Baik Berkat JKN

Selasa, 29 Juli 2025 - 14.52 WIB
38

Nadia Maulida Husna, bocah perempuan berusia 9 tahun yang terlahir Down Syndrome dan memiliki kelainan jantung bawaan atau biasa dikenal dengan jantung bocor. Kini hidupnya lebih baik berkat JKN. Sabtu (26/7/2025). Foto: Sri/Kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Senyum ceria dan sapaan ramah menjadi ciri khas Nadia Maulida Husna, bocah perempuan berusia 9 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SD SLB PKK Provinsi Lampung.

Namun, senyum itu tak serta merta menandai bahwa hidupnya baik-baik saja, cerita di baliknya justru menjadikannya sebagai pejuang kecil yang hebat.

Sebab takkan ada yang menyangka, di balik wajah polosnya, Nadia yang lahir tepat 28 November 2016 telah melalui begitu banyak perjuangan hidup.

Selama itu pula, BPJS-lah yang membantu merautkan senyum kecil nan indah di wajah manisnya itu.

Nadia adalah anak pertama dari pasangan Jumali (49) dan Wachyuni (46), warga Bandar Lampung. Ia lahir dengan dua kondisi serius: Down Syndrome dan kelainan jantung bawaan atau biasa dikenal dengan jantung bocor.

“Pas baru tahu kalau Nadia down syndrome, saya syok. Apalagi tahu juga jantungnya bocor. Tapi saya dan suami sadar, ini titipan Allah, nggak mungkin kami menolaknya. Sekarang malah kami merasa Nadia itu penyejuk hati,” kata Wachyuni.

Saat mengandung Nadia, Wachyuni rutin memeriksakan kandungannya dengan menggunakan BPJS Kesehatan Mandiri.

Suaminya saat itu masih bekerja sebagai kuli bangunan, dan masih mampu membayar iuran rutin setiap bulan.

Saat Nadia lahir, dokter menyampaikan bahwa ia menderita Down Syndrome. Satu kabar yang cukup membuat kedua orang tuanya terpukul.

Sayangnya, kabar itu tak cukup sampai di situ, yang mana diketahui bahwa Nadia juga memiliki kelainan pada jantungnya, yaitu jantung bocor.

Sejak itu, keluarga kecil ini harus bersiap menghadapi perjalanan panjang yang cukup melelahkan.

Mereka dipaksa menghabiskan waktu dan tenaga untuk bolak-balik keluar masuk rumah sakit.

“Sejak usia satu tahun Nadia sudah dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Di sana dilakukan operasi kateterisasi. Setiap enam bulan harus kontrol, dan pengobatan tambahan seperti obat-obatan atau salep keloid juga harus rutin kami berikan,” kata Wachyuni.

Kini, kondisi Nadia mulai membaik. Ia tak lagi bergantung pada obat tiroid sejak usia empat tahun. Bahkan, jadwal kontrol jantungnya sudah dikurangi menjadi setahun sekali dan kini bisa dilakukan di RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung.

“Dulu setiap enam bulan ke Jakarta. Sekarang cukup di RSUD Abdul Moeloek, jadi enak lebih dekat,” tambahnya.

Capt Foto: Nadia Maulida Husna, ketika akan melakukan operasi kecil pada telinganya karena mengalami penyumbatan. Kamis (15/5/2025). 

Dapat Manfaat JKN Penuh

Awalnya, keluarga Nadia menggunakan BPJS Mandiri. Namun, kondisi ekonomi mereka berubah karena sang ayah tidak lagi bekerja.

Itu lantaran kedua mata Jumali mengalami katarak yang mengharuskannya berhenti. Kondisi itu membuat mereka tak mampu membayar iuran BPJS secara mandiri setiap bulannya.

Untuk sekedar menghidupi keluarganya, Jumali beralih menjadi seorang pedagang es. Ia memanfaatkan ruang kecil yang ada di depan rumahnya.

Terbayang sudah, bagaimana seorang kepala keluarga yang mengandalkan penghasilan dari sekadar berjualan es harus merawat Nadia?

Namun, keberuntungan masih berpihak pada keluarga ini. Lagi lagi, melalui pemerintah, mereka kini terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Langkah itu menjadi angin segar bagi mereka. Sebab BPJS lah satu-satunya harapan keluarga ini untuk dapat terus merawat kesehatan Nadia.

"Alhamdulillah sekarang BPJS kami gratis karena dibayarkan pemerintah. Kalau tidak ada JKN, jujur kami tidak tahu harus bagaimana. Obat dan operasi mahal, belum lagi ongkos ke Jakarta,” tutur Wachyuni.

Menurutnya, semua tindakan pengobatan Nadia ditanggung JKN, baik yang besar seperti operasi jantung, maupun yang kecil seperti tindakan pembersihan telinga.

Sebab beberapa waktu lalu, Nadia menjalani operasi kecil karena terjatuh dan mengalami penyumbatan pada telinganya. Sejak itu, ia wajib kontrol telinga setiap bulan.

“Jujur saja, kalau tidak ditanggung JKN, kami tidak mampu. Nadia butuh kontrol. JKN ini sangat membantu, terlebih untuk masyarakat biasa seperti kami,” jelasnya.

Saat ditanya soal pelayanan, Wachyuni mengakui bahwa saat awal-awal dulu memang masih terasa ribet dan antre panjang. Namun kini sistem pelayanan JKN sudah jauh lebih cepat dan mudah.

“Dulu urusan administrasi duluan, baru pasien ditangani. Sekarang pasien ditangani dulu, administrasi belakangan. Bahkan sekarang bisa langsung dari faskes pertama ke rumah sakit tipe B. Udah jauh lebih lancar,” katanya.

Namun, satu-satunya kendala menurutnya, hanya jika jadwal kontrol Nadia bertepatan dengan hari libur atau akhir pekan.

“Kalau pas libur ya BPJS belum bisa, jadi harus balik lagi di hari kerja. Tapi itu wajar, bisa disesuaikan,” imbuhnya.

Salah satu hal yang sangat dirasakan Wachyuni selama menggunakan JKN adalah kesetaraan layanan. Ia menyebut bahwa meskipun menggunakan BPJS kelas III dan sebagai peserta PBI, Nadia selalu mendapatkan layanan terbaik dan tidak dibeda-bedakan.

“Pelayanan rumah sakit sama saja. Dokter juga ramah, anak saya selalu disapa, diperhatikan. Semua dilayani. Masyarakat kecil seperti kami benar-benar merasa dilindungi,” ujar Wachyuni.


Capt Foto: Senyum ceria berkat JKN, nampak di wajah Nadia bersama orang tuanya, Jumali (49) dan Wachyuni (46), warga Bandar Lampung, Sabtu (26/7/2025). 

Ajakan untuk Masyarakat

Sebagai orang tua yang merasakan sendiri manfaat luar biasa dari JKN, Wachyuni mengajak masyarakat agar tidak ragu untuk mendaftarkan diri dan keluarganya menjadi peserta JKN.

“Bagi yang belum punya BPJS, daftar saja. Jangan nunggu sakit dulu. Sekarang pakai BPJS pelayanannya sudah baik. Sedia payung sebelum hujan,” ucapnya.

Ia juga berharap agar Program JKN tetap berlanjut dan menjangkau masyarakat luas.

“JKN ini harus tetap ada. Ini penyelamat, terutama untuk warga kecil seperti kami yang benar-benar butuh. Harus terus disosialisasikan agar makin banyak yang sadar pentingnya punya jaminan kesehatan,” katanya.

Dokter: Bisa Sembuh Asal Rutin Kontrol

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Bandar Lampung, dr. Murdoyo, SpA., mengatakan bahwa pasien dengan jantung bocor seperti Nadia memiliki kemungkinan sembuh total, tergantung pada jenis dan beratnya kelainan.

“Adanya lubang pada sekat jantung ini jika ringan bisa menutup sendiri. Tapi kalau berat ya perlu operasi. Kuncinya rutin kontrol," ungkapnya.

Ia juga mengaku, meski pasien menggunakan BPJS seperti Nadia dalam pengobatannya tidak dibeda-bedakan, yaitu sama dengan pasien umum lainnya.

"Untungnya sekarang pasien seperti Nadia bisa tertangani dengan baik karena pakai BPJS. Obat, tindakan, semua ditanggung,” jelas dr. Murdoyo.

Dukungan Penuh dari BPJS Kesehatan

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandar Lampung, Yessy Rahimi, menyampaikan bahwa layanan JKN bersifat inklusif dan setara, serta mencakup penyakit kronis dan kelainan sejak lahir seperti yang dialami Nadia.

“Per 1 Mei 2025, peserta JKN aktif di Bandar Lampung mencapai 1.066.000 jiwa, baik PBI maupun non-PBI. Semua bisa mengakses layanan sesuai kebutuhan. Mulai dari Faskes Tingkat Pertama (FKTP), lalu dirujuk ke rumah sakit jika perlu tindakan lanjutan,” jelas Yessy.

Yessy juga menjelaskan bahwa BPJS Kesehatan telah menyederhanakan layanan, termasuk untuk pasien hemodialisa atau cuci darah, yang kini tak perlu surat rujukan tiga bulan sekali lagi.

"Selain itu, pasien kronis juga dapat langsung kontrol ke rumah sakit selama ada surat kontrol dari dokter, tanpa perlu kembali ke faskes pertama," Pungkasnya. (*)