Lampung Baru Raih Rp3,3 Triliun Investasi, Potensi Besar Belum Tergarap Maksimal

Pengamat Ekonomi Lampung, Asrian Hendi Caya. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Hingga triwulan I tahun 2025, realisasi investasi
di Provinsi Lampung baru mencapai Rp3,3 triliun dari target tahunan sebesar Rp10 triliun. Kondisi ini memunculkan
sorotan dari kalangan pengamat ekonomi dan akademisi yang menilai perlu adanya reformasi menyeluruh terhadap iklim investasi
di daerah.
Pengamat Ekonomi Lampung, Asrian Hendi Caya, mengatakan
bahwa secara fundamental, Lampung memiliki semua syarat untuk menjadi magnet
investasi di Sumatera. Potensi sumber daya alam yang melimpah, posisi geografis
strategis, dan infrastruktur yang relatif lengkap seharusnya menjadikan Lampung
sebagai primadona investor.
“Kita punya
kekayaan di sektor pertanian, kelautan, energi, dan perikanan. Jalan tol Trans
Sumatera, Pelabuhan Panjang dan Bakauheni, serta Bandara Radin Inten II juga
sudah tersedia. Artinya, aksesibilitas kita sangat mendukung,” ujar
Asrian, Kamis (17/7/2025).
Namun, ia menilai tantangan terbesar saat ini
bukan pada ketersediaan sumber daya, tetapi pada penciptaan ekosistem investasi
yang ramah, efisien, dan pasti.
“Yang
dibutuhkan investor adalah kemudahan dan kepastian. Kalau izin masih lambat,
biaya tidak transparan, dan dukungan energi tak stabil, maka mereka akan lari
ke daerah lain,” tegasnya.
Senada, Akademisi Ekonomi Universitas
Lampung, Usep Syaipudin, menilai sejumlah faktor krusial harus
dibenahi untuk mendongkrak minat investor.
“Kemudahan
perizinan, lahan yang legal dan bebas sengketa (clear and clean), serta ketersediaan
energi dan infrastruktur adalah syarat mutlak,” kata Usep.
Ia juga menekankan bahwa investor membutuhkan kepastian hukum dan sosial untuk jangka
panjang.
“Iklim
sosial, politik, dan hukum yang stabil menjadi faktor penting. Pemerintah harus
bisa menjamin keamanan investasi dan mencegah potensi konflik,” tambahnya.
Usep juga menyarankan agar pemerintah daerah
mulai menawarkan insentif fiskal,
seperti keringanan pajak atau retribusi di awal operasional bisnis, guna
menarik lebih banyak investasi berkualitas.
“Insentif
itu penting, apalagi di masa awal usaha. Banyak negara dan daerah sukses
menarik investasi karena keberanian memberikan stimulus fiskal,” ujarnya.
Kedua narasumber menekankan bahwa reformasi birokrasi dan penyederhanaan
prosedur perizinan melalui layanan satu pintu (PTSP) harus menjadi prioritas.
Digitalisasi proses perizinan juga penting agar investor tidak terjebak dalam
praktik birokrasi lamban dan berbelit.
Dengan hanya mencatatkan 33 persen dari target investasi di awal
tahun, Lampung perlu melakukan evaluasi
mendalam dan terukur terhadap kebijakan promosi investasi dan
pengelolaan perizinan. Tanpa perubahan signifikan, kekayaan potensi yang
dimiliki bisa kembali gagal dikapitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah. (*)
Berita Lainnya
-
Bahas Narkoba dan Pinjol, Sudin Tekankan Pentingnya Peran Orang Tua Saat Kunjungan ke Sukarame
Kamis, 17 Juli 2025 -
SPPG Kemala Bhayangkari Diluncurkan di Lampung, 3.406 Siswa Jadi Penerima Manfaat
Kamis, 17 Juli 2025 -
Museum Lampung Gelar Lomba Cerdas Cermat, SMPN 1 Seputih Raman Raih Juara 1
Kamis, 17 Juli 2025 -
Agus Djumadi: Anggaran Drainase Rp25 Miliar Masih Jauh dari Cukup, Pemkot Harus Percepat Normalisasi
Kamis, 17 Juli 2025