Dari Limbah Jadi Berkah: Keteguhan Hendri Menggerakkan Hidup

Hendri Lesmana (32), pemilik usaha Tolle Joyo Ban, saat sedang melakukan reparasi ban bekas dan membatiknya sehingga tampak seperti ban bagus. Foto: Arby/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Di gang sempit yang nyaris tak tersorot sorotan lampu kota, di Jalan Kelelawar RT 36 RW 14, Kelurahan Hadimulyo Timur, berdiri sebuah tempat yang tak pernah benar-benar sepi.
Di sana, tampak ban bekas menumpuk setinggi dada, menghitam oleh waktu dan debu. Namun justru dari sanalah, hidup seseorang terus berputar dengan pasti.
Dialah Hendri Lesmana (32), pemilik usaha Tolle Joyo Ban. Pria yang mengubah limbah menjadi ladang rezeki dan menjadikan usaha kecil warisan orang tua sebagai jalan hidup yang penuh keberkahan.
"Ini usaha orang tua saya. Sudah ada sejak tahun 2000. Saya mulai serius melanjutkannya sejak 2014,” ujar Hendri kepada Kupastuntas.co dengan nada tenang, sambil membatik ulang ban bekasnya, Kamis (10/7/2025).
Bagi Hendri, usaha ini bukan sekadar bisnis. Ia adalah kenangan akan perjuangan keluarga, sebuah saksi bisu betapa kerasnya hidup mereka dulu dan bagaimana usaha kecil ini menjadi tali harapan yang tak pernah putus.
Alih-alih meninggalkan usaha tradisional ini demi ambisi baru, Hendri memilih bertahan, bahkan membesarkannya.
Di saat banyak anak muda ingin sukses dengan jalan instan, Hendri memegang erat prinsip bahwa apa yang dimulai dengan niat baik akan berakhir dengan berkah.
Setiap pagi, Hendri memulai harinya dengan memilah tumpukan ban dan membedakan mana yang masih bisa diselamatkan serta mana yang harus dijadikan bagian dari kerajinan. Tidak mudah memang, karena ban bekas yang layak pakai kini semakin sulit dicari.
"Kadang saya keliling ke bengkel-bengkel. Kadang ada juga yang nganterin ban bekas ke sini. Kalau kualitasnya masih bagus, harganya lumayan mahal. Tapi setelah dibersihkan, dibatik ulang, dan dijual kembali, tetap ada untungnya,” ungkap dia.
Di tangan Hendri, ban yang tampak lusuh bisa kembali berfungsi. Bukan hanya sebagai pelindung roda kendaraan, tapi juga pelindung penghidupan banyak orang. Karena dari usaha inilah ia memberi nafkah keluarga, bahkan membantu teman yang butuh pekerjaan.
Yang tidak layak pakai pun tak lantas dibuang. Ban yang sudah benar-benar rusak justru sering dibeli oleh para pengrajin yang menjadikannya berbagai produk kerajinan.
"Ban itu, kalau sudah nggak bisa dipakai, biasanya dibeli untuk kerajinan. Jadi tetap bisa menghasilkan,” katanya.
Dari hal yang dianggap sampah, Hendri justru menemukan rezeki. Di balik hitam pekat ban bekas, ia melihat terang. Itulah yang membedakan orang biasa dengan mereka yang berani melihat potensi dalam keterbatasan.
Kini, Hendri mampu menjual rata-rata 200 ban per minggu, sebagian besar kepada bengkel tambal ban di Lampung Timur, terutama daerah Way Jepara.
Ia juga rajin memenuhi pesanan grosiran, bahkan mengantar langsung dengan kendaraan miliknya.
Dengan harga jual yang berkisar antara Rp35 ribu hingga Rp100 ribu per ban, usaha ini mampu menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap minggu. Tapi lebih dari sekadar angka, Hendri menikmati proses yang ia bangun dengan tangan dan kesabaran.
Tak hanya mengandalkan penjualan konvensional, Hendri mulai merambah pasar digital. Ia membuka lapak di Shopee dan marketplace lain di media sosial. Dari sanalah, Hendri menemukan dunia baru.
"Banyak banget yang pesan. Sampai capek balesin chat-nya. Tapi Alhamdulillah, dalam 10 orang yang tanya-tanya, dua sampai tiga pasti jadi beli,” ucapnya sambil tertawa kecil.
Baginya, teknologi bukan ancaman, melainkan jembatan menuju perluasan rezeki. Dan ia membuktikan bahwa sekalipun berasal dari gang kecil, semangat besar bisa menjangkau seluruh penjuru negeri.
Seperti roda ban yang tak pernah berhenti selama masih berfungsi, semangat Hendri juga terus mengalir. Ia tak menunggu kaya untuk bersyukur, tak menunggu besar untuk memberi manfaat. Apa yang bisa dilakukan hari ini, ia kerjakan sebaik mungkin.
"Kalau kita niatkan buat rezeki yang halal, buat bantu keluarga, bantu orang lain, insya Allah ada saja jalannya,” ujarnya lirih.
Tolle Joyo Ban bukan hanya tempat jual beli ban. Ia adalah simbol keteguhan. Di antara tumpukan ban bekas itu, tersimpan cerita tentang cinta seorang anak pada warisan orang tuanya, tentang tekad untuk hidup dari apa yang orang lain buang, dan tentang iman bahwa berkah bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka.
Kisah Hendri Lesmana adalah gambaran nyata bagaimana ketekunan dan inovasi bisa menembus batas keterbatasan. Di tengah gempuran digitalisasi dan modernisasi, ia tetap berpijak pada nilai-nilai usaha rakyat: jujur, kerja keras, dan bersyukur.
Sebuah inspirasi dari gang kecil di Metro yang pantas ditiru oleh siapa pun yang sedang berjuang dari bawah. (*)
Berita Lainnya
-
Realisasi PAD Metro 2025 Terancam Anjlok, BPPRD Beberkan Deretan Masalah dan Potensi Gagal Capai Target
Kamis, 10 Juli 2025 -
Harga LPG 3 Kg Mahal, Disdag Minta 220 Pangkalan di Metro Batasi Penjualan ke Pengecer
Rabu, 09 Juli 2025 -
Kejahatan C3 Masih Jadi Momok di Kota Metro, Ini Langkah Pencegahan Polres
Rabu, 09 Juli 2025 -
Hiswana Migas Sidak Agen dan Pangkalan LPG di Metro: Stok Aman Harga Stabil
Selasa, 08 Juli 2025