Peneliti ITERA Temukan Senyawa dari Murbei Berpotensi Sebagai Obat Antikanker Serviks
Dr. Rahmat Kurniawan, Peneliti Itera. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Terobosan
baru di dunia sains datang dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Seorang
peneliti muda, Dr. Rahmat Kurniawan, S.Si., M.Si., yang juga dosen Program Studi
Kimia dari Kelompok Keilmuan Kimia Hayati, Fakultas Sains ITERA, berhasil
menemukan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai agen antikanker serviks.
Senyawa tersebut bernama Kuwanon J, yang
berasal dari tumbuhan murbei atau Morus shalun, tanaman yang tumbuh luas di
kawasan tropis seperti Indonesia.
Penemuan ini juga telah dipaparkan langsung
oleh Dr. Rahmat dalam forum ilmiah Mimbar Akademik Fakultas Sains ITERA.
Dr. Rahmat menjelaskan bahwa senyawa Kuwanon
J merupakan jenis adduct Diels Alder, yakni hasil reaksi khas dalam kimia
organik, yang kali ini diperoleh melalui proses biotransformasi menggunakan
enzim Diels-Alderase. Dalam uji laboratorium awal, Kuwanon J menunjukkan
aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks, menandakan potensi besar
senyawa ini sebagai kandidat obat antikanker.
“Tumbuhan Morus shalun menghasilkan senyawa
fenolik unik yang memiliki rantai isoprenil. Rantai ini penting dalam proses pembentukan
struktur cincin metil sikloheksena, komponen khas dalam adduct Diels-Alder,”
ungkap Dr. Rahmat, Senin (7/7/2025).
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa
pendekatan yang digunakan dalam penelitiannya adalah berbasis kultur jaringan,
baik dari tumbuhan, jamur, maupun bakteri, untuk mengekstraksi dan memodifikasi
senyawa-senyawa bioaktif alami.
Dr. Rahmat juga menyoroti potensi
keanekaragaman hayati lokal Indonesia sebagai tambang senyawa obat alami.
Selain murbei, penelitiannya juga mencakup berbagai tanaman lokal lain yang
menghasilkan senyawa antikanker, di antaranya Paclitaxel dari cemara gunung
(Taxus sumatrana).
Lalu Phytosterol dari bakau minyak atau
rhizophora apiculata, kemudian amyrin dari sikat botol callistemon citrinus dan
Lapachol dari tabebuya tabebuia aurea.
“Senyawa alami dari tanaman tropis Indonesia
punya keunggulan, terutama dari sisi keamanan dan efek samping yang lebih
rendah dibandingkan obat sintetik,” tegas Dr. Rahmat.
Menanggapi pentingnya riset terkait kanker
serviks, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Desti Mega Putri,
mengingatkan masyarakat akan pentingnya skrining kanker serviks sebagai langkah
deteksi dini.
Menurut Desti, data kasus kanker serviks di Kota
Bandar Lampung hanya dapat diakses melalui rumah sakit, termasuk informasi
jumlah kasus, rentang usia pasien, dan penyebab kematian.
"Namun, kita Dinas Kesehatan terus
mendorong upaya pencegahan dan deteksi dini melalui program skrining yang
menyasar wanita usia 30 tahun ke atas," ungkapnya.
Ada dua metode skrining yang saat ini
tersedia jelas Desti, yakni pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat) untuk wanita usia 30–50 tahun dan pemeriksaan DNA HPV untuk usia 30–69
tahun.
Namun, Desti mengakui bahwa capaian skrining
pada tahun 2025 ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya.
"Tahun 2024 ada sebanyak 36.369
pemeriksaan, sementata di tahun 2025 hingga Juni ada 4.736 pemeriksaan, "
jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau seluruh
wanita usia 30 tahun ke atas, terutama yang sudah aktif secara seksual, untuk
memeriksakan diri secara rutin.
"Pemeriksaan bisa dilakukan secara
gratis di 31 Puskesmas yang tersebar di Kota Bandar Lampung,” jelas Desti. (*)
Berita Lainnya
-
Dihadiri 45 Negara, Ijtima Ulama Dunia Jadi Magnet Baru Lampung
Jumat, 21 November 2025 -
DPD RI dan PWI Pusat Sepakat Kampanyekan Green Democracy Jelang Hari Pers Nasional 2026
Jumat, 21 November 2025 -
RSUD Ryacudu Lampura dan Batin Mangunang Tanggamus Utang Obat Hingga Rp 4,5 Miliar
Jumat, 21 November 2025 -
RS Urip Sumoharjo Gelar Penyuluhan Kesehatan Bahas Fenomena LGBTQ+ di Kalangan Remaja
Jumat, 21 November 2025









