• Rabu, 09 Juli 2025

Krisis LPG 3 Kg di Tanggamus Masih Terjadi, Warga: Harga Rp 35 Ribu

Senin, 07 Juli 2025 - 10.46 WIB
91

Warga saat mendatangi rumah agen hanya untuk mendapatkan satu tabung gas melon. Foto: Ist.

Kupastuntas.co,Tanggamus - Krisis Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (Kg) di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung belum mereda.

Selain langka dan mahal, warga kini mengungkapkan dugaan permainan harga oleh sejumlah pangkalan yang menjual gas melebihi harga eceran tertinggi (HET), meski aturan resmi telah jelas terpampang di depan mata.

"Nyari gas sekarang kayak nyari koruptor, susahnya minta ampun. Kadang sudah antre panjang, pulang-pulang malah dapat tabung yang nggak bisa dipakai,” keluh Dedi (45), warga Pekon Kampungbaru, Kecamatan Kotaagung, Senin (7/7/2025).

Warga mengaku harus berburu gas sejak subuh, berkeliling dari satu kampung ke kampung lain, bahkan antarkecamatan dan belum tentu bisa membawa pulang satu tabung pun.

"Jam lima pagi saya sudah mutar dua kecamatan. Di tempat pertama habis, tempat kedua belum datang truknya,” kata Wahyu (30), buruh tani di dari Kotaagung.

Salah satu warga bahkan mengungkapkan kisah perjuangan yang menyentuh hati saat mencari gas untuk kebutuhan dapur keluarganya.

"Ya Allah, perjuanganku pagi ini berburu tabung gas sudah keliling ke mana-mana. Di pangkalan, warung-warung kosong semua. Berpapasan dengan beberapa orang di jalan, mereka juga lagi berburu tabung. Sampai ke kota pun nggak ada yang dapat,” kisah Sumarsih, seorang ibu rumah tangga dari Pekon Way Panas, Kecamatan Wonosobo.

Ia sempat berhenti di pinggir jalan teringat anak-anak di rumah belum makan, nasi belum sempat dimasak karena gas habis. Mau beli makanan uang terbatas, suami juga lagi kerja.

"Akhirnya saya melanjutkan mencari gas melon sampai ke Pasar Wonosobo, tanya-tanya di setiap warung dan agen Alhamdulillah, ada ibu yang kasih info katanya ada satu warung yang masih punya stok. Saya cari dan ketemu, itupun tinggal beberapa tabung saja. Alhamdulillah, akhirnya dapat dua tabung," katanya.

Keluhan lain datang dari kualitas tabung yang rusak, berkarat, bocor, dan cepat habis. Warga mencurigai isi gas tak sampai 3 kilogram seperti semestinya.

"Gasnya cepat banget habis. Saya curiga isinya nggak sesuai. Tabungnya juga banyak yang sudah berkarat, katupnya longgar,” ujar Lina (39), warga Kotaagung.

HET LPG 3 kilogram ditetapkan Rp20.000 per tabung melalui Keputusan Gubernur Lampung Nomor: G/816/V.25/HK/2024. Namun di lapangan, harga di tingkat pengecer melonjak menjadi Rp30.000 hingga Rp35.000.

Ironisnya, meski setiap pangkalan telah ditempeli pengumuman harga resmi, banyak pangkalan justru menjual gas dengan harga Rp22.000, melanggar ketentuan.

"Kalau di warung bisa sampai Rp35 ribu, itu pun rebutan. Pemerintah harus bertindak tegas,” ujar Wahyudin (50), warga Kotaagung Timur.

Warga menuding bahwa sidak oleh pihak berwenang selama ini tidak efektif karena informasi kedatangan petugas sering bocor terlebih dahulu.

"Pangkalan sudah siap kalau ada sidak. Semuanya disetting. Harusnya petugas sidak itu nyamar jadi warga biasa yang beli gas, biar tahu aslinya,” ujar Dedi.

Pemkab Tanggamus melalui Diskoperindag bersama Pertamina memang telah menggelar operasi pasar di dua titik, yaitu Terminal Kotaagung dan Taman Soekarno, dengan menyediakan masing-masing 280 tabung gas seharga HET. Namun menurut warga, dampaknya belum terasa signifikan.

"Paling cuma bertahan dua hari. Setelah itu kami balik lagi ke harga tinggi dan tabung yang rusak,” ujar Marni (34), warga Kelurahan Pasarmadang, Kecamatan Kotaagung.

Warga berharap pemerintah tak hanya turun saat krisis terjadi, melainkan membenahi sistem distribusi dan pengawasan.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi tambahan dari Diskoperindag Tanggamus maupun pihak Pertamina terkait dugaan permainan harga dan kualitas tabung gas di lapangan. (*)