• Jumat, 04 Juli 2025

Antre Panjang dan Dapat Satu Tabung, Warga Keluhkan Operasi Pasar Gas Melon Pemkab Tanggamus

Jumat, 04 Juli 2025 - 13.22 WIB
38

Tampak warga mengantre untuk mendapatkan gas LPG 3 Kilogram. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus – Ratusan warga Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, tampak memadati dua titik operasi pasar gas elpiji 3 kilogram yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Tanggamus bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga, Jumat (4/7/2025).

Kegiatan ini dilaksanakan secara serentak di Terminal Kotaagung dan Taman Soekarno untuk meredam lonjakan harga dan menjawab keluhan warga atas kelangkaan gas bersubsidi.

Sebanyak 560 tabung elpiji 3 kg disediakan dalam kegiatan ini, masing-masing 280 tabung untuk setiap lokasi. Harga ditetapkan sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp20.000 per tabung, dengan syarat setiap pembeli harus menunjukkan kartu identitas (KTP) dan hanya boleh membeli satu tabung.

Plt Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Setdakab Tanggamus, Evi Selvia menjelaskan, operasi pasar ini merupakan bentuk kehadiran pemerintah dalam mengatasi persoalan dasar warga.

“Hari ini kami menyalurkan 560 tabung langsung ke masyarakat dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditentukan, yaitu Rp20 ribu per tabung. Warga wajib menunjukkan KTP, dan satu orang hanya bisa mendapatkan satu tabung,” ujar Evi.

Namun, di balik antusiasme tersebut, tidak sedikit warga yang mengeluhkan prosedur pembelian yang dinilai merepotkan. Mereka harus mengantre sejak pagi, membawa fotokopi KTP, dan menunggu berjam-jam hanya untuk satu tabung gas.

“Ribet, sudah nganter terus nyerahin fotokopi KTP, dapetnya hanya satu tabung,” keluh Hendi (37), warga Pekon Negeri Ratu.

Senada dengan Hendi, seorang ibu rumah tangga bernama Lela (42) juga menyuarakan keluhannya. Ia berharap ke depannya distribusi gas lebih lancar agar warga tidak perlu lagi mengantre panjang setiap kali ada operasi pasar.

“Harusnya stok di pangkalan diperbanyak saja. Kalau seperti ini terus, capek juga. Sudah nunggu lama, belum tentu kebagian,” ujarnya sambil menggendong anaknya.

Sementara itu, Wahyudin (50), warga lainnya, mengaku terpaksa ikut antre karena harga di pengecer sudah tidak masuk akal. “Kalau beli di warung, bisa Rp30.000 ke atas. Makanya saya bela-belain datang dari pagi ke sini,” ucapnya.

Pantauan di lapangan menunjukkan kelangkaan gas melon di Kabupaten Tanggamus telah berlangsung cukup lama. Meski Pertamina menyatakan distribusi tetap berjalan normal, realitanya masyarakat masih harus mencari ke berbagai tempat tanpa kepastian ketersediaan.

Kondisi diperparah oleh praktik spekulan dan pengecer nakal yang memainkan harga di atas HET, menambah beban masyarakat kecil yang sangat bergantung pada gas elpiji bersubsidi.

Seorang warga lainnya, Anwar, mendesak pemerintah dan aparat penegak hukum untuk bertindak lebih serius.

“Kami minta masalah ini ditangani dengan tegas. Jangan hanya operasi pasar sesaat, tapi pengawasannya juga harus ketat. Kalau dibiarkan, masyarakat akan semakin kesulitan,” tegasnya.

Pemerintah Kabupaten Tanggamus berkomitmen akan terus mengawasi distribusi LPG 3 kg dan meningkatkan koordinasi dengan Pertamina serta pihak keamanan untuk menekan permainan harga dan memastikan gas bersubsidi benar-benar sampai ke tangan yang berhak. (*)