• Jumat, 20 Juni 2025

22 Koperasi Merah Putih Siap Beroperasi di Metro, Pengamat Ingatkan Jangan Seremonial Belaka

Jumat, 20 Juni 2025 - 09.40 WIB
20

Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi, Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian (Diskoperin) Kota Metro Lina Marlina saat dikonfirmasi awak media. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Sebanyak 22 Koperasi Merah Putih (KMP) telah resmi terbentuk dan siap beroperasi di seluruh kelurahan di Kota Metro. Dirancang sebagai pengungkit ekonomi masyarakat akar rumput, koperasi-koperasi ini bukan sekadar simbolisasi semangat gotong royong, tetapi diharapkan menjadi mesin penggerak ekonomi rakyat yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan harian warga.

Kepastian ini disampaikan oleh Plt. Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian Kota Metro, Budiyono melalui Fungsional Pengawas Koperasi, Lina Marlina menyampaikan bahwa peluncuran resmi koperasi tersebut dijadwalkan berlangsung saat Hari Koperasi Nasional yang jatuh 12 Juli 2025 mendatang.

“Koperasi Merah Putih sudah terbentuk di 22 kelurahan se-Kota Metro. Alhamdulillah, per 11 Juni 2025, semua badan hukum akta notaris telah rampung,” kata dia saat dikonfirmasi awak media, Jum'at (20/6/2025).

Program Koperasi Merah Putih merupakan bagian dari agenda besar nasional yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto dalam kerangka revitalisasi ekonomi lokal berbasis kelurahan.

Di Metro, semangat tersebut diterjemahkan menjadi unit koperasi kelurahan dengan orientasi kuat pada kebutuhan praktis warga seperti gerai sembako, distribusi LPG, pupuk, beras, serta layanan keuangan mikro seperti BRI Link.

“Koperasi ini dibentuk bukan untuk formalitas, melainkan benar-benar diarahkan untuk menjawab kebutuhan ekonomi masyarakat di tingkat lokal. Usaha-usaha yang diprioritaskan disesuaikan dengan karakter dan potensi masing-masing wilayah,” ujar Lina.

Setiap KMP Metro dikelola oleh 8 orang anggota tetap dengan Lurah setempat berperan sebagai pengawas. Anggota koperasi berasal dari warga kelurahan itu sendiri dan ditentukan melalui musyawarah warga, bukan penunjukan atas.

“Model kepemilikan dan pengelolaan koperasi ini dirancang agar inklusif dan berbasis partisipasi. Modal awal berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Tidak ada investor besar, tidak ada kepentingan luar,” jelasnya.

Struktur ini secara filosofis mengembalikan roh koperasi sebagai entitas demokratis yang tumbuh dari partisipasi langsung masyarakat. Hal ini menjadi penting di tengah maraknya koperasi abal-abal atau koperasi yang disulap menjadi kedok bisnis rente oleh segelintir elit di berbagai daerah.

Kendati semangatnya membara, tantangan besar membayangi implementasi koperasi-koperasi ini. Sejumlah pengamat menyuarakan kekhawatiran tentang kapasitas manajerial, ketahanan modal, dan mekanisme pengawasan koperasi di tingkat kelurahan.

Pengamat ekonomi mikro, Bidang Ekonomi pada Organisasi Masyarakat (Ormas) Gerakan Bhakti Cendana, Dedi Ragam mengingatkan bahwa koperasi yang berangkat dari modal kecil sangat rentan gagal jika tidak disertai pembinaan dan digitalisasi sistem keuangan yang memadai.

“Jangan sampai semangat warga hanya dikapitalisasi untuk peluncuran seremonial. Dibutuhkan sistem akuntansi koperasi yang transparan, sistem pembukuan digital, pelatihan intensif, dan monitoring berkala agar koperasi ini tidak menjadi beban baru,” ucapnya.

Keberhasilan 22 KMP di Metro bukan hanya soal legalitas notaris dan peluncuran pada Hari Koperasi. Ia akan diukur dari konsistensi aktivitas ekonomi yang dijalankan, kemampuan menciptakan nilai tambah bagi warga, dan ketangguhan menghadapi fluktuasi pasar serta dinamika internal.

"Dinas koperasi Kota Metro sudah mengklaim telah menyiapkan skema pendampingan dan pelatihan berkelanjutan bagi seluruh pengurus koperasi. Termasuk di dalamnya pelatihan manajemen keuangan sederhana, strategi pengadaan barang, dan tata kelola koperasi berbasis digital," bebernya.

"Maka jangan sampai membiarkan koperasi ini berjalan sendiri. Lakukan monitoring triwulan, pelatihan rutin, dan kerja sama dengan dinas perdagangan serta BUMD agar ekosistem bisnis koperasi hidup dan berkembang,” tandasnya.

Peluncuran resmi KMP Metro bertepatan dengan Hari Koperasi Nasional ke-77 pada 12 Juli 2025 mendatang. Namun, bagi para penggerak koperasi, momentum ini tidak hanya layak dirayakan, tetapi juga harus dijadikan titik evaluasi menyeluruh terhadap bagaimana koperasi benar-benar bekerja untuk rakyat.

Koperasi Merah Putih di Metro adalah eksperimen penting dalam membumikan semangat ekonomi gotong royong. Ia bukan hanya instrumen ekonomi, melainkan wahana partisipasi sosial. Apabila berhasil, Metro bisa menjadi model praktik koperasi kelurahan nasional yang inklusif, tangguh, dan relevan.

Tetapi jika gagal dikelola dengan akuntabilitas tinggi, ia akan mengulang siklus kegagalan koperasi semu yang pernah menghantui negeri ini. (*)