Guru Diminta Berinovasi, Integrasikan Teknologi dalam Metode Pengajaran di Sekolah

Anna Morinda, saat menyampaikan materi Workshop Peningkatan Performa Sekolah Berbasis High Quality Service. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro
- Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi tantangan baru
yang menguji ketahanan dan kreativitas para pendidik. Dalam dunia pendidikan
yang terus bergerak maju, para guru dituntut tak hanya menjadi pengajar, tetapi
juga pembelajar aktif yang mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam metode
pengajaran mereka.
Di tengah sorotan
terhadap peran sekolah dalam membentuk generasi masa depan, seruan untuk
berinovasi dan memanfaatkan AI menjadi semakin mendesak.
Hal ini menjadi
sorotan utama dalam Workshop Peningkatan Performa Sekolah Berbasis High Quality
Service yang digelar di Kampus 2 SD Muhammadiyah Metro Pusat, Selasa
(17/6/2025).
Dalam kegiatan yang
mengusung tema Optimalisasi Peran Guru dan Tenaga Pendidikan sebagai Agen
Pelayanan Berkualitas, Anna Morinda hadir sebagai pemateri dan menyampaikan
sejumlah catatan kritis terhadap arah pendidikan saat ini.
Anna, sosok inspiratif
yang pernah menjabat Ketua DPRD Kota Metro periode 2014–2019, menegaskan bahwa
AI bukan sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi aktor baru yang mengubah
wajah dunia kerja dan pendidikan.
"Tantangan guru
ke depan yang pertama adalah AI. Yang kedua, adalah mesin atau robot. Banyak
pekerjaan manusia yang akan hilang di tahun 2030 dan digantikan oleh mesin,”
kata Anna kepada awak media.
Menurutnya, tantangan
masa depan tidak bisa dijawab dengan metode lama. Dunia pendidikan harus mulai
membekali siswa dengan keterampilan yang relevan, seperti data science,
analitik, dan kemampuan adaptasi terhadap teknologi.
Namun di sisi lain,
wanita yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Bina Muda Kwarda Pramuka
Provinsi Lampung itu menekankan pentingnya mempertahankan esensi manusia dalam
pendidikan rasa.
“Masih ada masa depan
untuk guru, karena robot tidak memiliki rasa. Rasa inilah yang membedakan
manusia dan mesin. Maka dari itu, guru tetap penting, karena hanya guru yang
bisa mendampingi dan memahami murid secara utuh,” ujarnya.
Anna juga menekankan
pentingnya sekolah dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kompetitif dan
adaptif, terutama dalam menumbuhkan generasi yang tidak hanya mengonsumsi
teknologi, tetapi juga mampu menciptakan inovasi dan pengakuan global atau
recognition.
“Sekolah hari ini
harus bisa menciptakan murid yang mampu membangun pencapaian, bukan hanya
mengikuti arus. Para guru harus siap mendampingi murid agar mampu menciptakan
masa depannya sendiri,” tegasnya di hadapan puluhan guru satuan pendidikan
Muhammadiyah se Kota Metro.
Anna yang juga
merupakan aktivis perempuan tersebut memberikan penekanan bahwa kualitas
pendidikan tidak hanya diukur dari nilai rapor, tetapi dari sejauh mana sekolah
menjadi ruang yang menyenangkan dan memerdekakan anak-anak dalam berpikir dan
bertumbuh.
“Mendidik anak bukan
hanya soal mengajar mata pelajaran, tetapi juga tentang mempersiapkan mereka
menghadapi dunia yang terus berubah. Guru harus hadir sebagai pendamping, bukan
sekadar pengisi papan tulis,” pungkasnya.
Pernyataan Anna
Morinda mendapat sambutan hangat dari kalangan guru yang hadir. Anto, salah
satu guru SD Muhammadiyah Metro Pusat, menyatakan dukungannya terhadap
transformasi pendidikan yang selaras dengan perkembangan zaman.
“Saya sebagai guru
mendukung perkembangan teknologi itu. Kita tidak bisa menolak zaman, justru
harus belajar bersamanya. Teknologi bisa membantu guru dalam mempersonalisasi
pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan tiap murid,” ujar Anto.
Hal serupa juga disampaikan
Suryani, guru lainnya yang turut serta dalam workshop tersebut. Menurutnya, AI
bisa menjadi alat bantu yang luar biasa jika digunakan dengan bijak.
“AI tidak harus
menjadi ancaman. Justru bisa menjadi sahabat guru dalam mengembangkan kreativitas
dan inovasi pembelajaran,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar
pemahaman teknologi, workshop ini menjadi ruang refleksi tentang bagaimana
dunia pendidikan harus bergeser dari pendekatan konvensional menuju model
pendidikan yang holistik dan berbasis pelayanan prima.
Diketahui, Workshop
tersebut akan berlangsung selama empat hari, dari tanggal 17 hingga 20 Juni
2025, dan diikuti oleh puluhan guru dari berbagai sekolah dasar Muhammadiyah di
Metro. Selain materi dari Anna Morinda, sejumlah pemateri lain dari praktisi
pendidikan, psikolog, dan teknologi juga akan mengisi sesi pelatihan ini.
Kegiatan ini
diharapkan menjadi motor penggerak perubahan iklim pendidikan di Kota Metro, di
mana guru tak lagi hanya berada di ruang kelas, tetapi menjadi navigator yang
mengarahkan anak-anak menembus batas zaman, menghadapi AI, bukan dengan takut,
melainkan dengan kesiapan dan semangat pembelajaran tanpa henti. (*)
Berita Lainnya
-
Telan Anggaran 20 Miliar, Tiga Proyek Strategis Penanganan Banjir Kota Metro Dimulai Juli 2025
Selasa, 17 Juni 2025 -
Pemkot Metro Bakal Bangun Lintasan Jogging Track di Samber Park
Senin, 16 Juni 2025 -
Puluhan Warga Demo Tuntut BK DPRD Metro Transparan Terkait Dugaan Perselingkuhan Anggota DPRD
Senin, 16 Juni 2025 -
Sanitasi Jadi Prioritas, Disdikbud Pastikan Seluruh Sekolah di Metro Miliki Toilet Layak
Senin, 16 Juni 2025