• Kamis, 05 Juni 2025

Serangan Tikus di Lamteng Akibat Gagal Antisipasi Sejak Awal

Selasa, 03 Juni 2025 - 11.06 WIB
22

Ilustrasi

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Serangan hama tikus kembali menghantui petani di Kabupaten Lampung Tengah. Sejak akhir April 2025, sejumlah lahan sawah rusak parah akibat serangan hama, memaksa sebagian petani membabat padi mereka sebelum masa panen dan menjadikannya pakan ternak.

Ahmad Suryanto, widyaiswara di Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung sekaligus pemerhati masalah pertanian, menyatakan bahwa serangan tikus di musim kemarau sebenarnya bukan hal baru dan bisa diprediksi sejak dini.

“Pada musim tanam pertama (MT I), populasi tikus biasanya meningkat karena makanan melimpah dan kondisi lingkungan mendukung. Ketika memasuki musim tanam kedua (MT II) di musim kemarau, mereka menjadi lebih agresif mencari makan, sehingga serangan lebih masif,” ujar Ahmad saat dikonfirmasi, Selasa (3/6/2025).

Menurutnya, pengendalian hama seharusnya dilakukan secara terpadu sejak awal musim tanam, salah satunya dengan metode gropyokan, pembasmian tikus secara massal dan serentak oleh petani dan kelompok tani.

“Kalau sejak awal dilakukan gropyokan secara rutin dan bersama-sama, populasi tikus bisa ditekan. Tapi karena kurang optimal, sekarang sudah telanjur meluas dan sulit dikendalikan,” tambahnya.

Untuk langkah pemulihan, Ahmad menyarankan dua opsi bagi petani terdampak. Jika ketersediaan air masih memungkinkan, penanaman ulang bisa dilakukan, namun harus diawali dengan pengendalian hama terlebih dahulu.

Namun jika air terbatas, Ahmad menyarankan alih komoditas ke tanaman yang lebih tahan kekeringan.

“Jagung atau kacang tanah bisa menjadi alternatif yang lebih adaptif terhadap kondisi musim kemarau, sekaligus tetap memberikan nilai ekonomi bagi petani,” jelasnya.

Ahmad juga menekankan pentingnya peran aktif dinas terkait dalam pendampingan dan mitigasi, terutama saat masa transisi antarmusim. Koordinasi lintas elemen—mulai dari kelompok tani, penyuluh, hingga pemerintah desa—menjadi kunci dalam pengendalian hama secara efektif.

“Ini bukan hanya soal satu musim tanam, tapi soal menjaga keberlanjutan pertanian ke depan,” pungkasnya. (*)