• Kamis, 29 Mei 2025

Buntut Warga Tewas, Balai Besar TNBBS Pasang Camera Trap Identifikasi Pergerakan Harimau

Selasa, 27 Mei 2025 - 20.37 WIB
140

Polisi saat menggelar olah TKP penemuan mayat di Air Hitam Lambar. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) akan memperketat pengawasan serta pemantauan kawasan dengan pemasangan camera trap guna mengidentifikasi pergerakan harimau sumatera secara real-time.

Hal tersebut buntut adanya seorang warga ditemukan tewas akibat serangan harimau sumatera di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), tepatnya di zona rehabilitasi Register 46B Gunung Sekincau, Pekon Sukadamai, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat.

Korban bernama Sudarso (59), warga Dusun Karang Randu, Desa Jumo, Kecamatan Kedung Jati, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Ia dilaporkan hilang selama tiga hari sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Selasa, 27 Mei 2025, pukul 09.00 WIB.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS), Hifzon Zawahiri, melalui keterangan tertulisnya menjelaskan bahwa peristiwa tragis itu merupakan bentuk interaksi negatif antara manusia dan harimau sumatera yang kembali terjadi di kawasan konservasi tersebut.

"Korban diketahui melakukan aktivitas ilegal di dalam kawasan TNBBS, dan dari hasil identifikasi di lapangan, ditemukan jejak serta kotoran harimau sumatera yang mengindikasikan keterlibatan satwa tersebut dalam insiden ini," jelas Hifzon.

Tim gabungan yang terdiri dari BBTNBBS, tim INAFIS Polres Lampung Barat, Polsek Sumber Jaya, Kodim 0422/Lampung Barat, Koramil 422-06/Sumber Jaya, Puskesmas Air Hitam, aparat Kecamatan Air Hitam, aparat Desa Sukadamai, dan masyarakat setempat dikerahkan untuk melakukan pencarian, evakuasi korban, dan pemeriksaan lokasi kejadian.

Petugas di lapangan menemukan sejumlah tanda keberadaan harimau sumatera, termasuk tapak kaki dengan ukuran panjang 14 cm, lebar 15 cm, serta bantalan panjang 6 cm dan lebar 7 cm. Selain itu, ditemukan pula kotoran yang diduga milik harimau. Sampel tersebut akan segera diuji melalui analisis DNA untuk memastikan identitas satwa.

Ia mengatakan lokasi tempat korban ditemukan memang merupakan habitat harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), satwa liar yang sangat sensitif terhadap gangguan manusia. Di lokasi kejadian, petugas menemukan jejak harimau dan kotoran yang kini sedang diuji DNA-nya.

Ia menegaskan bahwa aktivitas perambahan liar merupakan pemicu utama konflik satwa dan manusia di kawasan ini.

“Setiap pembukaan lahan ilegal mempersempit ruang hidup satwa liar dan meningkatkan risiko interaksi yang berbahaya. Ini bukan lagi sekadar pelanggaran hukum, tapi juga ancaman nyata bagi keselamatan manusia,” tegasnya.

Hifzon mengungkapkan bahwa peristiwa ini menambah jumlah korban akibat konflik antara manusia dan harimau sumatera di Lampung Barat.

“Dalam kurun waktu sebelas bulan terakhir, sejak 8 Februari 2024 hingga 21 Januari 2025, tercatat sudah empat orang meninggal dunia dan satu orang terluka akibat interaksi negatif dengan harimau,” ujarnya.

Ia menambahkan BBTNBBS akan memperketat pemantauan kawasan dengan pemasangan camera trap guna mengidentifikasi pergerakan harimau sumatera secara real-time. Selain itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar kawasan konservasi.

"Untuk meningkatkan kewaspadaan serta menghindari aktivitas ilegal yang berpotensi menimbulkan konflik. kami juga memetakan wilayah rawan konflik dan melakukan patroli rutin untuk memperkuat pengawasan serta pencegahan,” tambahnya.

BBTNBBS mengimbau masyarakat untuk tidak memasuki kawasan konservasi tanpa izin dan melaporkan segera jika menemukan tanda-tanda keberadaan satwa liar, terutama satwa dilindungi seperti harimau sumatera.

Penanganan yang tepat dan kolaboratif dinilai penting agar keselamatan manusia dan kelestarian satwa dapat terjaga secara seimbang. (*)