Kisah Inspiratif Budi Metik, Penyiar Legendaris Kota Metro yang Jadi Ikon di Hati Pendengar

Penyiar radio Metropolis 91, 3 FM, Slamet Budiyanto alias Budi Metik (57) saat melakukan siaran di studionya. Foto: Arby/ Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Dibalik suara ramah yang tiap pagi menyapa
gelombang udara 91,3 FM Metropolis, tersembunyi kisah pengabdian tanpa pamrih
dari seorang pria bersahaja bernama Slamet Budiyanto yang akrab disapa Budi
Metik (57).
Budi Metik bukan hanya sekadar penyiar radio, ia adalah sang penjaga suara,
sahabat udara, penghubung cerita, dan penjaga denyut komunikasi komunitas
frekuensi di Kota Metro.
Sejak tahun 1986, pria kelahiran Yogyakarta, 4 April 1968 ini telah
menjadikan dunia siaran sebagai jalan hidupnya. Dari satu frekuensi ke
frekuensi lain, Budi membawa suara dan semangat yang sama dengan menyapa,
menemani, dan menghibur pendengarnya.
"Saya masuk di dunia siaran dari tahun 1986 sampai sekarang. Awalnya
bekerja di radio-radio swasta yang ada di Kota Metro, lalu sempat menjadi
penyiar di Yogyakarta dan juga di Batam,” kenangnya dengan senyum renyah kepada
Kupastuntas.co di studio Metropolis, Jum'at (23/5/2025).
Kariernya terus berkembang hingga ia dipercaya mengelola siaran Radio
Pemerintah Daerah (Rapemda) milik Kota Metro saat masih dalam satu wilayah
administrasi dengan Kabupaten Lampung Tengah.
"Saat pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Tengah tahun 1999, Rapemda
pindah ke Lampung Tengah dan pemerintah kota Metro membentuk Radio Metropolis.
Tahun 2004 radio ini mulai dibangun, dan 2005 resmi mengudara. Lalu tahun 2007,
saya diangkat menjadi PNS melalui jalur honor PP 48,” ungkapnya.
Kini, di usia 57 tahun menjelang masa pensiunnya, Budi Metik tetap setia di
balik mikrofon. Ia yang juga sebagai Ketua RT 25 RW 10, Kelurahan Hadimulyo
Timur tidak hanya menjadi pemimpin di lingkungan tempat tinggalnya, tapi juga
Abang bagi ribuan pendengar setianya.
“Radio ini rumah kedua saya setelah rumah saya sendiri. Saya cinta dengan
radio. Di sini saya punya banyak teman, banyak saudara,” katanya sambil menatap
studio yang telah menjadi saksi sejarah hidupnya.
Radio bukan hanya tempat bekerja, tapi ruang berbagi. Tempat di mana
cerita-cerita kehidupan bergulir melalui gelombang suara yang menyuguhkan
cinta, duka, bahagia hingga harapan. Bagi Budi, setiap pendengar adalah
saudara.
“Saya ingin menjalin saudara di manapun. Seluruh pendengar saya itu saudara
saya,” ucapnya penuh haru.
Tak sedikit dari para pendengarnya yang datang langsung ke studio hanya
untuk sekadar bertatap muka atau mengucapkan terima kasih. Interaksi yang kini
sulit ditemukan di era serba digital.
Pekerjaan sebagai penyiar bukan sekadar menyampaikan informasi. Budi Metik
kerap menjadi tempat curhat para pendengar. Meski ia mengaku bukan orang pintar,
namun nasihat dan empati yang ia berikan selalu membekas di hati para
pendengarnya.
“Banyak kisah yang saya dapatkan selama jadi penyiar. Dari persoalan
asmara, kisah mistis, sampai permintaan solusi kehidupan. Saya hanya membagikan
pengalaman hidup saya. Mudah-mudahan bermanfaat,” tambahnya.
“Saya berpesan kepada teman-teman fans Radio Metropolis, jangan lupa
dengarkan terus 91,3 FM. Kami akan selalu memberikan yang terbaik, dengan
informasi yang terbaik," sambungnya.
Pensiunnya Budi Metik dari dunia siaran tahun depan akan menjadi kehilangan
besar bagi Metropolis dan para penggemarnya. Banyak pendengar setia yang
menyampaikan rasa haru dan bangganya terhadap sosok inspiratif ini.
Nani (42) salah seorang pendengar setia Budi Metik yang juga merupakan
Warga Metro Barat mengaku mendapatkan informasi terkini setiap pagi saat
memutar radio di dalam kendaraan miliknya.
"Saya sudah dengarkan Mas Budi dari saya masih SMA. Suaranya khas,
penyampaiannya selalu menenangkan. Dia seperti teman lama yang selalu ada.
Setiap pagi ketika mengantar anak sekolah saya selalu mendengar dia
menyampaikan salam dan menyapa para pendengarnya," kata dia saat
diwawancarai ketika berkunjung ke studio Metropolis.
"Mas Budi bukan cuma penyiar. Dia penguat di masa-masa sulit. Waktu
pandemi, dia tiap hari beri semangat lewat udara. Selalu menyiarkan informasi
dari media massa, khususnya yang setiap hari saya dengar adalah berita-berita
dari Kupastuntas.co yang selalu dibacakannya dalam siaran," tandasnya.
Sebuah pesan sederhana dari suara yang telah menjelma menjadi bagian dari
keluarga bagi banyak orang. Dari udara, ia menjalin saudara. Dan lewat suara,
ia membangun jembatan antar hati dan menjaga eksistensi frekuensi di kota ini.
(*)
Berita Lainnya
-
Normalisasi Sungai Way Perak Penyebab Banjir di Kota Metro Dimulai
Minggu, 15 Juni 2025 -
BSW Adventure 2025, Metro Jadi Magnet Petualangan Offroader Lampung
Sabtu, 14 Juni 2025 -
Pemkot Metro Bawa Isu Lingkungan Jadi Prioritas dalam Dokumen RPJMD
Jumat, 13 Juni 2025 -
Siap-siap, 11.479 Keluarga Penerima Bansos Dikroscek Dinsos Kota Metro
Jumat, 13 Juni 2025