• Sabtu, 10 Mei 2025

Calon Jemaah Haji Asal Bandar Lampung Meninggal Dunia Jelang Keberangkatan ke Tanah Suci

Jumat, 09 Mei 2025 - 15.19 WIB
34

Tampak pelayat saat bertakziah di rumah duka. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kesedihan mendalam tengah dirasakan oleh Sareh Wagiyo (70), seorang calon jemaah haji asal Bandar Lampung.

Istrinya, Sukemi (63), berpulang hanya satu pekan sebelum jadwal keberangkatan mereka ke tanah suci pada 16 Mei 2025 mendatang.

Pasangan ini termasuk dalam rombongan Kloter JKG 38, yang dijadwalkan berangkat bersama jemaah lain dari wilayah yang sama.

Namun takdir berkata lain. Sukemi menghembuskan napas terakhirnya pada hari ini, Jum'at (9/5/2025) setelah sebelumnya sempat mengeluh sakit kepala dan perut.

Ditemui di rumah duka, Wagiyo mengenang bahwa selama masa persiapan ibadah haji, kondisi istrinya terlihat sehat. Mereka bahkan rutin berolahraga pagi bersama dengan berjalan kaki mengelilingi lingkungan sekitar rumah.

"Sebelumnya sehat-sehat saja, kami sering jalan kaki kalau pagi keliling-keling komplek sini," tuturnya.

Empat hari sebelum kepergian Sukemi, keluhan mulai muncul. Ia merasa pusing dan perutnya nyeri.

"Malam sebelumnya dia sempat bilang mau ke kamar mandi, terus saya dengar suara jatuh. Ternyata dia terpeleset dan terbentur bak mandi, tapi dia bilang masih kuat," kenang Wagiyo.

Keesokan harinya, Wagiyo membawa istrinya ke RS Bintang Amin untuk mendapatkan perawatan. Namun hanya semalam dirawat, kondisi Sukemi menurun drastis hingga akhirnya meninggal dunia pada dini hari.

"Kemaren malam sebelumnya, istri saya bilang mau ke kamar mandi, tiba-tiba ada suara jatuh, pas saya samperin ternyata terbentur bak mandi, tapi dia bilang masih gak apa-apa," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut ia menceritakan perjalanan mereka untuk menunaikan ibadah haji dimulai sejak 2011, saat Wagiyo memasuki masa pensiun sebagai staf tata usaha di sebuah SMK di Bandar Lampung.

Dengan tabungan terbatas dan penghasilan istrinya yang berdagang di Pasar Koga, mereka menabung sedikit demi sedikit. Pada 2013, mereka resmi mendaftar haji, dan harus menunggu 12 tahun sebelum akhirnya mendapat giliran berangkat.

"Saya pensiunan, kalau istri saya dagang di pasar Koga. Jadi pas 2011 saya pensiun itu sudah pengen daftar haji. Waktu itu gaji saya tabung Rp500 ribu tiap bulan, terus waktu 2013 kami baru daftar," jelasnya.

Kini, Wagiyo harus menunaikan ibadah haji seorang diri, membawa doa dan kenangan bersama istrinya.

Ia mengaku menyesal karena pernah bersikap kasar kepada almarhumah, meskipun ia sangat mencintainya.

"Saya cuma menyesal, kenapa bisa seperti ini, saya sering berkata kasar sama istri saya, tapi saya sayang sekali sama dia," ucap Wagiyo sembari mengusap air mata.

Wagiyo telah melaporkan kejadian ini ke Kementerian Agama. Rencananya, pihak keluarga akan mengajukan permohonan agar anaknya bisa menggantikan posisi almarhumah tahun depan.

"Sudah lapor ke Kemenag, rencananya mau digantikan anak, mungkin tahun depan," tandasnya. (*)