PT AUTJ BUMD Tanggamus Kini Terbengkalai, Berujung Investigasi Inspektorat

Tampak bangunan pabrik PT Aneka Usaha Tanggamus Jaya (AUTJ) yang kini terbengkalai dan meninggalkan cerita kejayaan masa lalu. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus - Kabupaten Tanggamus pernah menaruh harapan
besar pada PT Aneka Usaha Tanggamus Jaya (AUTJ), BUMD yang digadang-gadang
menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Di tengah hijaunya pegunungan dan debur
ombak Teluk Semaka, berdirilah sebuah pabrik air mineral dalam kemasan bernama WayQu,
sebagai simbol kemandirian dan kebanggaan daerah.
Namun harapan itu kini mengendap di balik tembok pabrik yang sunyi dan
berlumut. Kupastuntas.co melakukan investigasi langsung ke lokasi pabrik WayQu
yang terletak di atas perbukitan Pekon (Desa) Kampung Baru, Kecamatan Kotaagung
Timur, Kabupaten Tanggamus, tepat di atas komplek Perumahan Griya Abdi Negara
Komplek perkantoran Pemkab Tanggamus. Senin (5/5/25).
Pabrik tersebut tertutup gerbang tinggi berwarna pudar. Di pintu masuknya
masih ada papan nama bertuliskan “PT Aneka Usaha Tanggamus Jaya (BUMD), Air
Mineral dalam Kemasan Tanggamus Lampung”, namun sebagian hurufnya telah
terhapus oleh waktu. Begitu gerbang dibuka, mata langsung tertumbuk pada satu
unit mobil engkel tanpa plat nomor. Mobil tua itu dulunya kendaraan distribusi
WayQu, kini terbengkalai dan diduga sudah tidak bisa dihidupkan lagi.
Di dinding luar gedung, dua banner masih menggantung. Satu bertuliskan
bahwa PT AUTJ menerapkan sistem jaminan halal dari MUI, satu lagi menyebut
bahwa ini adalah pabrik AMDK milik BUMD Kabupaten Tanggamus. Tapi semua itu
kini tinggal tempelan sejarah.
Gedung pabrik terbagi dalam beberapa bagian: tempat penampungan air bersih
dari PDAM Way Agung, kantor, laboratorium, hingga ruang produksi. Di sudut kiri
terdapat kantor sempit berisi satu meja, lemari tua reyot, satu kursi plastik,
dan tumpukan galon, pipet, serta kardus
produk air minum gelas. Semua menyatu dengan gudang penyimpanan alat produksi yang
tak lagi digunakan.
Di sisi kanan pabrik terdapat ruang laboratorium kecil. Sedangkan ruangan
paling luas adalah ruang produksi yang masih menyimpan mesin-mesin pengolahan
air. Abdul Karim, sang penjaga gedung, mengatakan bahwa mesin-mesin itu
sebenarnya masih bagus dan bisa dioperasikan. Namun, semuanya berhenti sejak
dua tahun lalu.
“Listrik diputus PLN, bahkan air dari PDAM juga sudah dihentikan karena
pihak AUTJ menunggak selama tiga bulan. Padahal bayar airnya cuma Rp1,5 juta
per bulan,” tutur Abdul Karim, yang tinggal di rumah sebelah pabrik. Ia tetap
menjaga gedung meski tanpa menerima gaji. “Kalau tidak dijaga, semua alat dan
mesin bisa habis diambil orang,” katanya pelan.
Kondisi ini kontras dengan ambisi masa lalu. WayQu dulunya menyasar pasar
lokal sebagai air minum kebanggaan masyarakat Tanggamus. Botolnya hadir di
kantor-kantor pemerintahan, di sekolah-sekolah, di warung-warung, di rumah
warga dan di berbagai kegiatan resmi. Tapi sejak April 2024, mesin-mesin
produksi itu tak lagi berdetak. Bersamaan dengan itu, SPBU milik PT AUTJ di
jalan lintas barat Pekon Talagening, Kecamatan Kotaagung Barat pun menutup
operasionalnya tanpa peringatan.
Sebanyak 33 karyawan terkena dampak. Delapan orang yang berstatus tetap
kini dirumahkan. Mereka menanti kepastian yang tak kunjung datang, termasuk
gaji dan hak-hak yang belum dibayarkan.
“Gaji kami belum lunas. Katanya mau dibayar, tapi sampai sekarang hanya
janji,” ujar seorang mantan karyawan, suaranya nyaris tenggelam dalam kecewa.
Inspektorat Kabupaten Tanggamus kini telah turun tangan. Audit dengan
tujuan tertentu (ADTT) terhadap PT AUTJ tengah berjalan. “Kami sudah masuk
tahap pengujian fisik dan dokumen. Targetnya satu bulan selesai,” kata Gustam
Apriyansyah, Sekretaris Inspektorat. Tapi masyarakat tak hanya ingin laporan;
mereka menuntut kebenaran.
Secara keuangan, PT AUTJ terus mencatat kerugian meski dua unit usahanya
aktif dalam beberapa tahun terakhir. Sejak berdiri pada 2005, perusahaan ini
belum pernah menyetor dividen kepada Pemkab Tanggamus.
Tahun 2020: SPBU menghasilkan Rp38,3 miliar dari target Rp44,3 miliar.
WayQu hanya mencapai Rp762 juta dari target Rp1,4 miliar. Kerugian: Rp2,1
miliar.
Tahun 2021: SPBU Rp39,3 miliar (target Rp44,1 miliar), WayQu Rp1,1 miliar
(target Rp2,5 miliar). Kerugian: Rp657 juta.
Tahun 2022: SPBU Rp32,7 miliar (target Rp37,2 miliar), WayQu Rp1,5 miliar
(target Rp3,2 miliar). Kerugian: Rp404 juta.
Tahun 2023: Target laba SPBU Rp73,2 miliar, realisasi hanya Rp27,1 miliar.
WayQu ditargetkan Rp2,7 miliar, hanya tercapai Rp1,2 miliar.
PT AUTJ juga menunggak cicilan dua unit kendaraan operasional selama
delapan bulan, dengan total tunggakan lebih dari Rp80 juta.
Desakan masyarakat kian kuat. Di warung kopi, pasar, pelelangan ikan,
pelabuhan, terminal, balai pekon, hingga forum publik, suara ketidakpercayaan
terhadap manajemen PT AUTJ makin lantang.
“Kalau ini murni kesalahan manajemen, masih bisa dibenahi. Tapi kalau ada
dugaan korupsi, ini sudah kejahatan yang harus diseret ke hukum,” kata Mas
Anom, tokoh masyarakat Tanggamus.
Dedi, seorang aktivis menambahkan, “Uang rakyat itu bukan mainan. Kami
sudah terlalu sering kecewa. Jangan sampai yang bersalah lolos begitu saja.”
Pabrik WayQu di atas perbukitan itu kini lebih mirip monumen kegagalan.
Mesin-mesin yang diam, spanduk yang pudar, dan kendaraan rusak, semuanya
menjadi saksi bisu dari mimpi yang kandas.
PT AUTJ seharusnya menjadi lambang kemandirian, penggerak ekonomi, dan
sumber kebanggaan. Tapi yang tersisa kini hanya gedung kosong, laporan keuangan
merah, dan pertanyaan yang belum terjawab: siapa yang akan bertanggung jawab
atas keruntuhan ini? Dan, mungkinkah harapan itu bisa hidup kembali?. (*)
Berita Lainnya
-
Sinar Harapan dari Petani Muda di Lereng Batutegi Tanggamus
Sabtu, 31 Mei 2025 -
Polisi Olah TKP Penemuan Mayat di Kebun Karet Tanggamus, Diduga Meninggal karena Sakit
Senin, 19 Mei 2025 -
Identitas Mayat di Kebun Karet Pugung Tanggamus Terungkap
Senin, 19 Mei 2025 -
Sesosok Mayat Ditemukan di Kebun Karet Pugung Tanggamus
Senin, 19 Mei 2025