• Minggu, 27 April 2025

Tanpa Pers yang Kuat, Metro Bisa Tersesat, Oleh: Arby Pratama

Minggu, 27 April 2025 - 08.37 WIB
171

Arby Pratama, Jurnalis Kupas Tuntas di Kota Metro, Foto: Ist

Kupastuntas.co, Metro - Lima tahun ke depan akan menjadi masa-masa krusial bagi arah pembangunan Kota Metro. Pemerintah Kota Metro di bawah kepemimpinan H. Bambang Iman Santoso dan Dr. M. Rafieq Adi Pradana telah menyiapkan berbagai program dan visi besar untuk mewujudkan Metro sebagai kota yang cerdas, berbasis jasa dan budaya yang religius.

Namun sebesar apa pun rencana yang dicanangkan, keberhasilan itu tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah semata. Di sinilah solidaritas para wartawan mengambil peran vital.

Wartawan bukan sekedar pengawas. Mereka adalah saksi zaman, pencatat sejarah, sekaligus agen perubahan.

Dalam konteks Metro, solidaritas wartawan menjadi fondasi penting untuk memastikan jalannya pemerintahan tetap berada di jalur yang transparan, adil, dan berpihak kepada rakyat.

Selama ini, wartawan Kota Metro telah menunjukkan peran aktif dalam mengawal jalannya pemerintahan, menyuarakan aspirasi masyarakat, serta menjadi jembatan komunikasi antara warga dan pengambil kebijakan.

Dengan bertambahnya tantangan di era digital, mulai dari disinformasi hingga tekanan politik, maka dibutuhkan persatuan yang lebih kuat antar sesama jurnalis.

Solidaritas wartawan tidak berarti menjadi kelompok yang membebek atau anti-kritik. Solidaritas berarti membangun ekosistem pers yang sehat, profesional, dan beretika, di mana antar media saling menguatkan untuk memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan kepentingan publik.

Mengawal lima tahun ke depan berarti wartawan Kota Metro harus Teguh menjaga integritas, menulis berdasarkan fakta, bukan pesanan. Harus kritis namun konstruktif, mengkritik jika salah, memberi ruang apresiasi jika pemerintah benar.

Kemudian mengangkat suara rakyat kecil, bukan hanya memburu pemberitaan elitis. Selanjutnya ialah memperkuat literasi publik, membantu masyarakat memahami setiap kebijakan dan dampaknya.

Pemerintah Kota Metro membutuhkan wartawan yang jujur dan konsisten. Kritik yang objektif adalah vitamin demokrasi, bukan musuh pembangunan. Sebaliknya, wartawan juga membutuhkan pemerintah yang terbuka, siap dikritik, dan tidak alergi pada suara-suara dari lapangan.

Lebih jauh lagi, organisasi profesi wartawan di Provinsi Lampung khususnya di Kota Metro memiliki tanggung jawab untuk memperkuat kapasitas anggotanya.

Pelatihan jurnalistik, diskusi kebijakan, hingga forum-forum advokasi harus terus digalakkan. Karena solidaritas tanpa kualitas hanya akan menghasilkan gema kosong.

Lima tahun ke depan adalah waktu untuk membuktikan bahwa pers bukan sekadar pelengkap seremoni, melainkan mitra sejati pembangunan. Sebab jika pers lemah, maka kontrol publik akan lumpuh, dan pembangunan yang adil hanya menjadi mimpi.

Mari kita jaga semangat solidaritas wartawan di Kota Metro, bukan untuk menjadi lawan pemerintah, tetapi menjadi penjaga akal sehat bersama. Karena di pundak pers yang bebas dan bertanggung jawab, masa depan Metro yang lebih baik bisa kita wujudkan. (*)