• Sabtu, 26 April 2025

Etik Nurhalimah, Mantan PMI Kini Jadi Guru Bahasa Inggris di Pelosok Lampung

Sabtu, 26 April 2025 - 11.49 WIB
54

Etik Halimah saat mengajar Bahasa Inggris kepada murid-muridnya. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Dari ruang keluarga sederhana di Desa Labuhanratu Dua, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur, Etik Nurhalimah memanfaatkan rumahnya menjadi ruang kelas. Di tempat itulah, perempuan lulusan magister pendidikan ini mengajar bahasa Inggris secara privat kepada 26 siswa dari berbagai jenjang—SD, SMP, hingga SMA.

Etik bukan sosok biasa. Ia adalah mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan selama 14 tahun dirinya  membuktikan bahwa dedikasi dan semangat belajar bisa membuka jalan baru bagi masa depan. Selama bekerja di luar negeri, Etik tak berhenti menimba ilmu. Ia kuliah jarak jauh melalui Universitas Terbuka hingga meraih gelar S2 Pendidikan.

"Saya S1-nya Sastra Inggris, lalu lanjut S2 Pendidikan, belajarnya dengan cara daring," kata Etik, Sabtu (26/4/2025), saat ditemui di kediamannya.

Penguasaan bahasa Inggris dan Mandarin yang fasih membuatnya dikenal luas, bahkan melampaui batas desa. Salah satunya adalah Sukatmoko, warga Kecamatan Labuhanratu, yang khusus datang mengantar dua anaknya untuk mengikuti les privat di rumah Etik. “Kami tahu dari media sosial. Katanya metode pembelajarannya bagus, anak-anak cepat nyambung,” ujar Sukatmoko.

Kegiatan belajar di rumah Etik dilakukan dengan alat seadanya. Meja belajar sederhana, papan tulis kecil, dan semangat besar adalah modal utama. Ia mematok biaya bervariasi: Rp200 ribu per bulan untuk siswa SD, Rp250 ribu untuk SMP, dan Rp300 ribu bagi siswa SMA.

"Awalnya saya hanya mengajari keponakan. Tapi lama-lama, para orang tua mulai menitipkan anaknya. Sekarang jumlah murid sudah 26 orang," tutur Etik.

Ia berharap ke depan bisa memiliki tempat khusus untuk mengajar. "Saat ini kami masih memanfaatkan satu ruang di rumah. Kalau ada rezeki, semoga bisa bangun tempat belajar yang lebih layak," ujar perempuan berhijab itu.

Kisah Etik menjadi cermin bahwa mantan PMI bukan sekadar pekerja, tapi juga pejuang ilmu yang pulang dengan membawa pengetahuan dan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitarnya. (*)