Gelar Seminar Pendidikan, Universitas Teknokrat Indonesia, Disdik Lampung, dan IKA SMANDA Sinergi Tingkatkan Mutu SMA/SMK

Seminar pendidikan bertema "Sinergi Pemerintah, Akademisi, dan Dunia Usaha dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SMA/SMK di Bandar Lampung," di Gelanggang Mahasiswa Dr. HM Nasrullah Yusuf, SE., MBA, Senin, 21 April 2025. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung – Upaya meningkatkan kualitas pendidikan menengah atas di Provinsi Lampung terus digalakkan. Salah satunya melalui gelaran seminar pendidikan bertema "Sinergi Pemerintah, Akademisi, dan Dunia Usaha dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SMA/SMK di Bandar Lampung," di Gelanggang Mahasiswa Dr. HM Nasrullah Yusuf, SE., MBA, Senin, 21 April 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan atas kolaborasi antara Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Ikatan Alumni SMAN 2 Bandar Lampung, dan Universitas Teknokrat Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh penting di bidang pendidikan, legislatif, serta dunia usaha.
Hadir sebagai pembicara, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Thomas Americo, Wakil Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Mahatir, serta sejumlah akademisi dan praktisi pendidikan.
Tak hanya seminar, kegiatan juga dirangkaikan dengan pemberian penghargaan Kartini kepada dua sosok perempuan inspiratif yakni Dewi Mayang Suri Djausal, S.P., M.M. (anggota Komisi IV DPRD Kota Bandar Lampung) dan Dina Sartika, M.Si., Ph.D. (Dosen Universitas Padjadjaran) atas dedikasinya di bidang pendidikan dan pengembangan peran perempuan dalam masyarakat. Diserahkan oleh Hj. Hernaini, S.S., M.Pd., Pembina Yayasan Pendidikan Teknokrat.
Dalam pemaparannya, Thomas Americo menyampaikan bahwa kemajuan ekonomi Lampung yang mencapai pertumbuhan 9,71 persen secara kuartalan merupakan capaian luar biasa. Namun, ia menggarisbawahi bahwa di balik angka-angka itu, terdapat tantangan besar yang belum terselesaikan, terutama dalam sektor ketenagakerjaan.
“Lampung memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan, tapi jangan lupa bahwa struktur ekonomi kita masih ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan. Yang jadi tantangan besar, justru angka pengangguran terbuka terbesar berasal dari lulusan SMA dan SMK. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama,” kata Thomas.
Menurutnya, tantangan ke depan tidak lagi sekadar soal siapa yang paling pintar secara akademik, melainkan siapa yang paling siap beradaptasi dan berubah mengikuti zaman. Ia menyoroti bagaimana teknologi, khususnya artificial intelligence (AI), telah mengubah cara siswa belajar hingga menyelesaikan tugas.
“Sekarang anak-anak kita tidak perlu lagi pusing mengerjakan PR. Mereka tinggal masukkan pertanyaan ke AI dan dalam hitungan detik jawabannya keluar. Ini jadi tantangan bagi kita semua: apakah kita mau tetap jadi penonton atau jadi pemain utama?” tegas Thomas.
Ia mengajak semua pihak untuk tidak hanya mendorong siswa menjadi pencari kerja, melainkan pencipta lapangan kerja. Thomas berharap dunia usaha ikut terlibat aktif, bukan hanya sebagai penyerap tenaga kerja, tetapi juga mentor yang membimbing dan berkolaborasi dengan generasi muda.
Sementara itu, Wakil Rektor Universitas UTI Dr. H. Mahathir Muhammad, S.E., M.M. menekankan pentingnya pendidikan karakter serta penguasaan teknologi di era digital. Ia menyoroti pergeseran cara belajar generasi muda yang kini lebih mengandalkan internet dibanding guru sebagai satu-satunya sumber ilmu.
“Dulu, akses informasi sangat terbatas. Kita belajar hanya dari buku dan guru. Sekarang, semua bisa diakses dari internet. Siswa bisa belajar dari siapa saja, bahkan dari guru di belahan dunia lain. Teknologi seperti AI, speech-to-text, translate otomatis, semua tersedia di genggaman,” ujar Mahathir.
Ia menilai, meski teknologi berkembang pesat, peran pendidik tidak bisa dihilangkan.
“Guru tetap penting, karena kita bukan hanya mendidik, tapi juga membentuk karakter dan arah hidup anak-anak didik kita. Di sinilah sinergi antara orang tua, guru, dan dunia usaha menjadi sangat krusial,” katanya.
Mahathir juga menyoroti pentingnya pembaruan kurikulum SMA dan SMK.
Menurutnya, sistem pendidikan yang digunakan sekarang tidak bisa lagi sama dengan zaman dulu. Kurikulum harus adaptif, solutif, dan dinamis agar mampu mencetak lulusan yang inovatif dan tidak hanya mengikuti pasar, tapi mampu menciptakan pasar.
“Kita ingin ada lebih banyak anak muda Lampung yang mampu jadi founder startup seperti Habibie Garden atau Lahan Hitam. Mereka bisa menciptakan solusi, membuka lapangan kerja, dan membawa nama Lampung di tingkat nasional bahkan internasional,” tambahnya. (**)
Berita Lainnya
-
2.371 Kepala Keluarga Terdampak Banjir di Bandar Lampung
Selasa, 22 April 2025 -
Usut Perkara Korupsi Tol Terpeka Tanpa Tebang Pilih
Selasa, 22 April 2025 -
Kementerian PU Tinjau Lokasi Usulan Sekolah Rakyat Pemprov Lampung di Kota Baru
Selasa, 22 April 2025 -
Serikat Buruh Serukan Standarisasi Upah Nasional Jelang May Day 2025
Selasa, 22 April 2025