21 Ribu Hektare Hutan TNBBS Dirambah Warga

Kepala Balai Besar TNBBS, Ismanto saat dimintai keterangan usai bertemu dengan Gubernur Lampung di Pemprov Lampung, Senin (14/4/2025). Foto:Ria/kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan ekosistem di dalamnya semakin terdesak aktivitas warga dan perambah.
Kepala Balai Besar TNBBS, Ismanto mengatakan, jika berdasarkan citra landsat atau gambar satelit
setidaknya 21 ribu hektare hutan TNBBS yang berada di Suoh dan Sekincau telah terdapat aktifitas warga.
"Dari citra landsat yang kami dapat itu sekitar 21 ribu hektare didaerah Suoh dan Sekincau yang sudah dirambah. Kami pernah mendata itu untuk gubuk nya berdasarkan citra ada sekitar 1.962 gubuk," kata dia saat dimintai keterangan, Senin (14/4/2025).
Ia mengatakan pihaknya telah menyampaikan kepada Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal terkait dengan konflik antara manusia dan satwa yang terjadi di TNBBS.
"Perlu dipahami bahwa konflik itu terjadi di luar kawasan hutan negara. Sementara kalau didalam kawasan hutan negara itu adalah interaksi negatif," katanya.
"Konflik yang terjadi di kawasan TNBBS dan daerah penyangga semuanya terjadi di dalam kawasan TNBBS dan didaerah penyangga yaitu di hutan lindung dan hutan produksi. Jadi manusia nya yang masuk ke rumah dari satwa liar tersebut," sambungnya.
Menurutnya, untuk konflik antara manusia dan harimau yang terjadi diluar kawasan hutan telah ditangani oleh BKSDA guna memberikan rasa aman bagi masyarakat.
"Ada pun yang ada diluar sudah ditangani oleh teman-teman BKSDA. Ada beberapa harimau yang sudah di tangkap dalam rangka menenangkan masyarakat yang ada di luar kawasan hutan negara," tuturnya.
Ia juga menjelaskan jika pihaknya tetap melakukan pengawasan dengan melibatkan TNI dan Polri. Selain itu pihaknya juga melakukan kegiatan pemulihan ekosistem.
"Kami melakukan penjagaan dan melibatkan teman-teman TNI dan Polri. Selain itu kita juga melakukan kegiatan pemulihan ekosistem untuk bisa menjaga fungsi hidrologis dari kawasan tersebut," katanya.
Sementara itu, Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal mengatakan, jika konflik antara satwa dan manusia di wilayah TNBBS menjadi perhatian yang cukup serius.
"Kami melihat inti permasalahan nya kemudian melakukan opsi-opsi apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan mitigasi. Ini agar konflik tidak terus terjadi. Saya juga sudah minta untuk segera melakukan perencanaan dalam waktu yang cepat," jelasnya.
Menurutnya TNBBS dan TNWK merupakan daerah konservasi yang diakui oleh dunia, sehingga keberadaan nya harus dijaga dan dilestarikan.
"Kita harus bisa menjaga dua lokasi itu menjadi warisan dunia dan kita tentu komitmen akan kita lestarikan. Kita juga akan melakukan tindakan hukum tapi kita juga harus paham sisi kemanusiaan dan humanis dalam melakukan tindakan," jelasnya.
Mirza mengatakan jika masyarakat yang merambah hutan TNBBS banyak yang berasal dari luar Lampung seperti Jawa, Banten hingga Bengkulu.
"Jadi banyak tidak hanya Lampung, ada Jawa, Semendo, Banten, Bengkulu. Mereka datang merambah, karena kalau warga Lampung yang sudah hidup lama di Lampung hidup dengan gajah dan harimau mereka saling menghormati," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Perwira Brigif 4 Marinir/BS Gelar Renang Laut 2.000 Meter, Danbrigif: Prajurit Marinir Harus Tangguh di Laut
Selasa, 15 April 2025 -
Samsat Rajabasa Jemput Bola ke OPD dan Perusahaan Tarik Pajak Kendaraan Bermotor
Selasa, 15 April 2025 -
51 Kasus Kebakaran Terjadi di Bandar Lampung, Damkar Imbau Warga Periksa Instalasi Listrik Secara Berkala
Selasa, 15 April 2025 -
Pemkot Bandar Lampung Rampungkan Sejumlah Proyek Infrastruktur untuk Atasi Banjir
Selasa, 15 April 2025