Bulog Hanya Serap 20 Persen Gabah Petani, Komisi II DPRD Lampung Dorong Penambahan Serapan

Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung, Ahmad Basuki. Foto: Yudha/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ketua Komisi II DPRD Provinsi Lampung,
Ahmad Basuki, menyoroti rendahnya serapan gabah oleh Perum Bulog di tengah
musim panen raya yang diperkirakan berlangsung hingga pertengahan Mei 2025.
Ia menyebut, berdasarkan penugasan dari Bulog pusat, Bulog Lampung hanya
ditugaskan menyerap 20 persen gabah dari total hasil panen petani.
"Kita ingin tahu sejauh mana serapan Bulog terhadap gabah petani di
Lampung, karena ini menyangkut instruksi harga gabah di tingkat petani sebesar
Rp6.500 per kilogram. Ternyata, Bulog hanya diberi mandat menyerap 20 persen
gabah," kata Ahmad Basuki yang akrab disapa Abas, saat diwawancarai, Jumat
(11/4/2025).
Komisi II DPRD Lampung telah memanggil sejumlah pihak, mulai dari Bulog
Provinsi Lampung, dinas teknis seperti Dinas Ketahanan Pangan, Disperindag,
hingga asosiasi penggilingan padi (Perpadi) untuk menggali informasi soal
rendahnya serapan tersebut.
"Keluhan dari petani cukup banyak, mereka bingung mau jual ke mana
hasil panennya. Setelah kita gali, ternyata memang ada jadwal dan keterbatasan
gudang Bulog. Mereka bekerja sama dengan mitra yang punya penggilingan padi
untuk menyerap gabah," jelasnya.
Abas menilai kondisi ini akan menyulitkan petani, apalagi di tengah
kebijakan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2017 tentang distribusi gabah
yang melarang gabah keluar dari Lampung.
"Kalau Bulog hanya bisa serap 20 persen dan ada Perda yang melarang
gabah keluar, 80 persen sisanya mau dikemanakan? Ini harus jadi perhatian
bersama," ujarnya.
Menurutnya, meski harga Rp6.500 per kilogram adalah kabar baik bagi petani,
tetapi pembatasan serapan menjadi sebuah masalah.
"Ini harus dicari solusinya. Salah satunya membuka opsi pengiriman
gabah ke luar daerah, tentunya dengan catatan stok beras di Lampung tetap aman
dan harga tetap terkendali. Kemudian juga kita mendorong agar serapan Bulog
dinaikkan tidak hanya 20 persen," tegasnya.
Abas juga menyoroti soal penjadwalan pembelian gabah oleh Bulog. Kondisi
ini memperparah kebingungan petani.
"Petani akhirnya menumpuk gabah di rumah karena penjadwalan. Ini bisa
jadi bom waktu jika tidak segera diantisipasi," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Reuni Alumni SMAN 2 Bandar Lampung Digelar di Universitas Teknokrat Indonesia, Gubernur Mirza Dorong Peningkatan SDM
Minggu, 20 April 2025 -
RS Urip Sumoharjo Gelar Halal Bihalal, Pererat Silaturahmi Pemegang Saham dan Manajemen
Minggu, 20 April 2025 -
Hendak Diperkosa, Wanita 17 Tahun di Bandar Lampung Loncat dari Lantai Dua Rumah Kontrakan
Minggu, 20 April 2025 -
Empat Tahun Berlalu dan Tiga Kajati Berganti, Kasus Dana Hibah KONI Lampung Masih Mandeg
Minggu, 20 April 2025