• Sabtu, 19 April 2025

Penyerapan Gabah Kering di Tanggamus Capai 1.857 Ton, Petani Keluhkan Mekanisme Bulog

Kamis, 10 April 2025 - 16.05 WIB
43

Tim Bulog melalui rekanan saat melakukan penyerapan gabah di tingkat petani Kabupaten Tanggamus. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Tanggamus - Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus mencatat total penyerapan Gabah Kering Panen (GKP) hingga 31 Maret 2025 mencapai 1.857.845 kilogram atau setara dengan 1.857 ton.

Penyerapan ini bersumber dari hasil panen kelompok tani (poktan) yang tersebar di 14 dari 20 kecamatan di wilayah tersebut.

Kecamatan dengan penyerapan tertinggi adalah Kotaagung Timur yang mencatat 777.632 kilogram, disusul Bandar Negeri Semuong dengan 601.570 kilogram, dan Kotaagung dengan 95.253 kilogram. Adapun Kecamatan Pugung menyumbang 5.050 kilogram, sedangkan Pulau Panggung mencatatkan 24.410 kilogram.

Enam kecamatan lainnya, yakni Airnaningan, Bulok, Klumbayan Barat, Semaka, Talang Padang, dan Ulubelu, tercatat belum melakukan penyerapan gabah sama sekali.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, Catur Agus Dewanto, menyebutkan capaian tersebut merupakan hasil kerja sama antara petani, poktan, dan Perum Bulog dalam mendukung ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga.

"Kami terus mendorong peningkatan produktivitas dan memfasilitasi penyerapan gabah petani agar harga tetap stabil dan petani mendapatkan keuntungan yang layak,” ujarnya, Kamis (10/4/2025).

Namun, di balik capaian tersebut, Catur juga mengungkap bahwa pihaknya banyak menerima keluhan dari petani terkait sulitnya menjual gabah ke Bulog. Salah satu persoalan utama adalah sistem pembayaran yang tidak sesuai dengan komitmen awal.

"Bulog berkomitmen, jika gabah masuk pagi, dibayar hari itu juga; dan jika masuk sore, dibayar keesokan paginya. Namun kenyataannya, pembayaran baru dilakukan hingga tiga hari kemudian,” ungkapnya.

Selain itu, Catur juga menyampaikan bahwa Bulog mengalami kekurangan personel dalam proses penyerapan gabah hingga ke tingkat petani. “Mereka bahkan meminta bantuan Babinsa untuk menjangkau petani. Namun di lapangan, tetap saja gabah petani tidak terserap karena berbagai kendala teknis,” tambahnya.

Kondisi tersebut menyebabkan petani lebih memilih menjual gabah ke tengkulak yang datang langsung ke sawah dan memberikan pembayaran secara tunai di tempat.

Realisasi penyerapan ini merupakan bagian dari strategi nasional pengadaan gabah oleh Perum Bulog Kanwil Lampung, yang wilayah kerjanya meliputi Kota Bandar Lampung, Pringsewu, Tanggamus, dan Pesawaran. Dengan kapasitas total gudang 103.000 ton, Bulog menargetkan dapat memperkuat cadangan beras pemerintah dan menyerap gabah petani secara maksimal.

Namun demikian, dinamika di lapangan menunjukkan perlunya evaluasi mendalam terhadap sistem penyerapan agar lebih berpihak pada petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional. (*)