• Sabtu, 19 April 2025

Harga Gabah di Tanggamus Masih Berfluktuasi di Tengah Panen Raya, Petani Pilih Jual ke Tengkulak

Kamis, 10 April 2025 - 15.00 WIB
46

Petani Tanggamus saat merontokkan gabah usai panen. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Tanggamus - Memasuki masa panen padi di sejumlah wilayah Kabupaten Tanggamus, harga gabah di tingkat petani menunjukkan variasi yang cukup mencolok. Pada awal Maret 2025, harga gabah berkisar antara Rp5.800 hingga Rp6.500 per kilogram, naik dari harga tertinggi pekan terakhir Februari yang hanya mencapai Rp6.000.

Fluktuasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani yang saat ini sedang berada dalam puncak musim panen. Suryanto, seorang petani dari Kecamatan Kotaagung, mengaku harga yang ditawarkan sudah cukup menguntungkan. “Harga gabah sekarang lumayan, tergantung kualitas. Kalau bagus bisa tembus Rp6.400 per kilo,” ujarnya, Kamis (10/4/2025).

Senada dengan Suryanto, Sawung, seorang pengepul gabah di wilayah Kotaagung Timur, menyebut  penentuan harga sangat bergantung pada kondisi fisik gabah. “Gabah yang bersih dan kering bisa dihargai sampai Rp6.500. Tapi kalau masih basah, harganya pasti lebih rendah,” katanya.

Meski pemerintah telah menetapkan harga pembelian gabah oleh Bulog sebesar Rp6.500 per kilogram, kenyataannya mayoritas petani di Tanggamus lebih memilih menjual hasil panen mereka ke tengkulak. Alasannya adalah proses jual beli yang lebih cepat dan tidak berbelit.

“Kalau ke tengkulak, mereka datang langsung ke sawah, bayar tunai, tanpa banyak syarat. Itu yang kami butuhkan,” kata Pardi, petani dari Kecamatan Wonosobo.

Ia mengungkapkan bahwa birokrasi di Bulog dinilai terlalu rumit, belum lagi kurangnya sosialisasi mengenai kebijakan terbaru terkait penerimaan jenis gabah.

“Dulu Bulog hanya terima gabah kering giling, sekarang katanya sudah bisa gabah kering panen, tapi informasinya belum merata. Banyak petani yang belum tahu, akhirnya tetap jual ke tengkulak,” jelasnya.

Badri, petani dari Talangpadang, berharap agar Bulog bisa lebih aktif turun ke lapangan dan mempermudah proses penyerapan gabah petani. “Kalau pola lama tetap dipertahankan, petani akan terus menjual ke jalur non-resmi. Pemerintah pusat sudah mendorong penyederhanaan birokrasi, Bulog harus menyesuaikan,” tegasnya.

Sementara itu, Kabupaten Tanggamus mencatat lonjakan signifikan dalam produksi gabah kering panen pada April 2025. Dari luas lahan 4.664 hektare, produksi gabah diperkirakan mencapai 23.320 ton hingga 25.652 ton. Angka ini naik dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya yang hanya mencapai 11.579 ton hingga 12.732 ton dari 2.351 hektare lahan.

Asisten II Pemkab Tanggamus, Hendra Wijaya, menyampaikan bahwa peningkatan ini merupakan hasil dari koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, petani, dan lembaga terkait. “Kenaikan luas panen mencapai 98 persen dan produksi gabah meningkat lebih dari 100 persen. Ini mencerminkan efisiensi pengelolaan musim tanam yang semakin membaik,” ungkapnya.

Puncak panen raya dilaksanakan pada Senin, 7 April 2025, di Pekon Banjarmasin, Kecamatan Bulok. Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional Panen Raya Serentak yang digelar di 14 provinsi. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memimpin acara secara nasional dari Kabupaten Majalengka dan memberikan arahan melalui konferensi virtual kepada seluruh kepala daerah.

Di Tanggamus, panen raya dihadiri langsung oleh Bupati Mohammad Saleh Asnawi bersama jajaran Forkopimda dan instansi vertikal. Dalam kesempatan itu, Bupati menegaskan bahwa sektor pertanian adalah penopang utama kesejahteraan masyarakat, mengingat 80 persen warga menggantungkan hidup dari pertanian.

“Panen raya ini adalah bukti keberhasilan kerja keras petani dan dukungan pemerintah. Kita ingin para petani terus semangat, karena kesejahteraan mereka adalah cermin kebahagiaan masyarakat Tanggamus,” ujar Bupati.

Sebagai bentuk dukungan konkret, pemerintah daerah turut menyerahkan bantuan sarana pertanian kepada kelompok tani. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja petani di lapangan. (*)