• Jumat, 18 April 2025

Gajah Liar Rusak Tujuh Rumah Singgah Petani di Desa Bumi Hantatai Lampung Barat

Rabu, 09 April 2025 - 14.44 WIB
685

Tampak sebuah rumah singgah milik petani yang hancur akibat dirusak gajah liar. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Sebanyak 18 ekor gajah liar dilaporkan merusak tujuh rumah singgah milik petani kopi di Dusun Peninjauan, Pekon (Desa) Bumi Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (8/4/2025) sekitar pukul 16.00 WIB, dan terekam dalam video berdurasi 3 menit 32 detik yang tersebar luas di media sosial.

Kejadian ini terjadi di wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), yang merupakan habitat alami gajah sumatera. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, kerusakan yang ditimbulkan tergolong parah, mengingat rumah-rumah tersebut digunakan sebagai tempat beristirahat para petani saat bekerja di kebun kopi.

Kepala Resort Suoh, Sulki, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa kelompok gajah liar yang masuk ke permukiman petani berasal dari kawasan konservasi TNBBS dan secara tiba-tiba memasuki area ladang kopi yang berada tidak jauh dari pemukiman warga.

“Rombongan gajah liar berjumlah 18 ekor merusak tujuh rumah singgah milik petani kopi di Dusun Peninjauan. Rumah-rumah ini biasa digunakan petani sebagai tempat istirahat saat mereka bekerja di kebun kopi,” ujar Sulki saat dikonfirmasi, Rabu (9/4/2025).

Menurut Sulki, peristiwa seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Aktivitas gajah liar yang masuk ke areal perkebunan atau permukiman warga sering terjadi, terutama di wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan konservasi. Namun, insiden kali ini termasuk yang cukup besar dari sisi jumlah gajah dan dampak kerusakan yang ditimbulkan.

"Tingkat kerusakannya cukup signifikan. Untuk itu kami telah mengerahkan tim ke lokasi guna melakukan pengamanan dan penanganan lebih lanjut agar tidak terjadi gangguan susulan," tambahnya.

Sulki juga meminta masyarakat setempat untuk tetap waspada dan sementara waktu menjauh dari lokasi yang rawan dilintasi kawanan gajah liar. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara warga dan pihak TNBBS dalam menjaga keselamatan bersama.

"Kami imbau kepada warga agar tidak mendekati area hutan terlebih dahulu. Jika ada tanda-tanda keberadaan gajah liar, segera laporkan ke petugas. Kami juga terus berkoordinasi dengan pihak TNBBS untuk memastikan keselamatan warga dan kelestarian satwa," katanya.

Sementara itu, tim gabungan dari TNBBS dan instansi terkait tengah menuju lokasi kejadian untuk melakukan pengamanan, pendataan kerusakan, serta langkah mitigasi agar tidak terjadi konflik susulan. Hingga saat ini, belum ada laporan korban luka maupun jiwa dalam insiden tersebut.

Insiden ini kembali menyoroti persoalan konflik antara manusia dan satwa liar, yang masih menjadi tantangan besar di wilayah sekitar taman nasional. Banyak warga yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian yang lahannya berbatasan langsung dengan kawasan konservasi.

Sehingga risiko interaksi dengan satwa liar seperti gajah, harimau, dan beruang masih tinggi, warga berharap pemerintah dan pengelola kawasan konservasi dapat memberikan solusi jangka panjang untuk mengurangi potensi konflik serupa di masa mendatang.

Termasuk melalui pembangunan pagar pembatas, patroli rutin, serta peningkatan edukasi kepada masyarakat tentang cara aman beraktivitas di sekitar kawasan hutan, masyarakat diminta untuk segera melaporkan setiap aktivitas satwa liar kepada petugas setempat, serta tidak mengambil tindakan sendiri yang dapat membahayakan diri maupun mengancam keselamatan satwa yang dilindungi. (*)