Banyak Jalan di Metro Masih Rusak, Sekda Soroti Kinerja Dinas PUTR

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Metro, Bangkit Haryo Utomo. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Pasca instruksi Wali Kota Metro, H. Bambang Iman
Santoso untuk mempercepat perbaikan jalan sebelum Lebaran, nyatanya realitas di
lapangan berbicara lain. Masih banyak ruas jalan di Kota Metro ditemukan dalam
kondisi rusak dan belum tersentuh pembangunan.
Fakta-fakta tersebut memicu kekecewaan warga sehingga keseriusan Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota setempat dalam mendukung program
pembangunan Wali dan Wakil Wali Kota Metro menjadi pertanyaan publik.
Kondisi jalan yang memprihatinkan ini tak hanya menjadi keluhan masyarakat,
tapi juga sorotan tajam bagi kinerja organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
Terlebih, instruksi perbaikan infrastruktur ini sudah dicanangkan sejak sebelum
Lebaran, namun hingga usai Idulfitri 1446 Hijriah, tak sedikit jalan yang tetap
dibiarkan rusak, bergelombang, bahkan membahayakan pengendara.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Metro, Bangkit Haryo Utomo, dalam
pernyataannya mengakui masih banyak kekurangan dalam perbaikan jalan. Ia menyebutkan
bahwa perintah dari Wali Kota untuk memperbaiki jalan sebelum Lebaran memang
sudah dilaksanakan di sejumlah titik prioritas, namun belum menyeluruh.
“Perintah Pak Wali sudah kami tindaklanjuti di beberapa ruas seperti Jalan
Yos Sudarso, AR Prawiranegara, Sutan Syahrir, Budi Utomo, dan Soekarno Hatta.
Tapi memang belum semuanya bisa kita perbaiki,” kata Bangkit saat diwawancarai
awak media, Selasa (8/4/2025).
Bangkit juga menyinggung pembagian kewenangan dan sumber dana yang
digunakan. Beberapa ruas merupakan tanggung jawab Pemerintah Provinsi Lampung,
beberapa lagi ditangani melalui skema corporate social responsibility (CSR),
sementara sisanya menggunakan dana rutin dari APBD Kota Metro.
Namun dugaan munculnya masalah terkait penggunaan dana rutin pada Dinas
PUTR menjadi sorotan Pemkot Metro di era kepemimpinan Bambang-Rafieq. Yang
mana, anggaran rutin perbaikan infrastruktur jalan hanya sebesar kurang lebih
Rp 300 Juta.
Bangkit menilai, angka tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan
kebutuhan riil di lapangan. Padahal, idealnya anggaran untuk pemeliharaan rutin
jalan di kota sebesar Metro berkisar antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
“Dana rutin memang masih sangat terbatas. Ini adalah anggaran murni dari
periode sebelumnya. Tapi nanti akan kita tata kembali agar bisa meningkat di
APBD berikutnya,” ucapnya.
Sayangnya, narasi ini sudah terlalu sering terdengar oleh publik. Janji
perbaikan dan harapan terhadap anggaran tambahan kerap kali hanya berakhir
sebagai wacana tahunan, tanpa realisasi yang memuaskan.
Yang lebih ironis, warga justru harus bersabar menghadapi jalan rusak yang
dibiarkan bertahun-tahun, bahkan di jantung kota. Sekda juga mengakui bahwa
perencanaan anggaran bersifat tentatif dan mendesak yang mengindikasikan tidak
adanya roadmap pembangunan yang sistematis dan berkelanjutan.
Bangkit juga menekankan bahwa dalam waktu dekat efisiensi anggaran sedang
diselesaikan sesuai arahan Presiden Prabowo, dan setelah itu baru akan ada
tambahan untuk sektor infrastruktur. Namun warga sudah terlalu lama menanti
janji efisiensi, sementara jalan rusak terus menumpuk di berbagai kelurahan.
“Saya minta Kepala Dinas PU benar-benar menjaga kualitas jalan. Jangan
hanya dikejar target perbaikan tanpa memperhatikan daya tahan jalan. Kita butuh
kualitas, bukan sekedar tambal sulam,” tegasnya.
Sorotan terhadap kualitas pekerjaan ini pun menjadi catatan penting. Bukan
sekali-dua kali warga mengeluhkan proyek jalan yang baru selesai dikerjakan
tapi kembali rusak dalam hitungan Minggu. Jika pola seperti ini terus terjadi,
maka tak hanya anggaran yang terbuang sia-sia, tetapi juga kepercayaan publik
terhadap pemerintah daerah khususnya kinerja OPD terkait akan makin tergerus.
Wali Kota Metro, H. Bambang Iman Santoso, dalam beberapa kesempatan
menegaskan pentingnya fokus pembangunan yang merata dan tepat sasaran. Tapi
jika eksekusi di lapangan oleh OPD terkait tetap lemah, maka visi kepemimpinan
itu akan gagal mewujudkan perubahan yang nyata.
"Terima kasih warga masyarakat Metro khususnya yang ada di 5 Kecamatan
dan 22 Kelurahan, proses pekerjaan fisik sedang dipersiapkan untuk
menyelesaikan efisiensi anggaran. Jadi perintah presiden Prabowo untuk
melakukan efisiensi, setelah efisiensi nanti selesai nantinya akan kita tambah
anggarannya di infrastruktur dan mudah-mudahan bisa menyentuh ke-22
Kelurahan," tandas Sekda.
Masyarakat butuh bukti, bukan sekadar wacana teknis dan alasan klasik soal
anggaran. Kota Metro tak bisa terus didiamkan dalam pusaran jalan rusak dan
proyek asal-asalan. Pengawasan harus diperketat, dan kualitas pekerjaan wajib
menjadi prioritas utama.
Metro butuh pembangunan yang menyentuh seluruh kelurahan, bukan sekadar
tambal-tambal menjelang hari besar. Jika tidak, maka kritik publik akan terus
menguat dan itu bukan hanya mencederai citra DPUTR, tetapi juga kepemimpinan daerah
secara keseluruhan. (*)
Berita Lainnya
-
Libur Waisak, Polres Metro Siaga Penuh dan Intensifkan Patroli Malam
Sabtu, 10 Mei 2025 -
Suasana Haru Warnai Pelepasan 320 Calon Jemaah Haji Asal Metro
Sabtu, 10 Mei 2025 -
BK Hentikan Proses Penanganan Laporan Dugaan Perselingkuhan Oknum DPRD Metro
Kamis, 08 Mei 2025 -
29 Jalan dan Trotoar Rusak di Metro Timur Diperbaiki Tahun Ini, Telan Anggaran 7,4 Miliar
Rabu, 07 Mei 2025