• Jumat, 09 Mei 2025

Dukung Swasembada Pangan, Produksi Gabah di Lampung Ditarget 3,5 Juta Ton

Senin, 24 Maret 2025 - 17.13 WIB
64

Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Pamuji Lestari saat dimintai keterangan usai audiensi dengan Gubernur Lampung, Senin (24/3/2025). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah terus berupaya untuk menggenjot swasembada pangan dengan target peningkatan produksi yang lebih tinggi. 

Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Pamuji Lestari, menyatakan bahwa pemerintah akan segera melaksanakan perintah Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan secepatnya.

"Kita akan segera mewujudkan perintah Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada pangan secepat-cepatnya dan ini harus dilakukan sekarang," kata dia saat dimintai keterangan di kantor Gubernur Lampung, Senin (24/3/2025). 

Menurutnya, produksi pangan di Indonesia mengalami peningkatan pada bulan Januari dan Februari 2025, dengan luas tanam yang juga mengalami peningkatan. 

Namun, pada bulan Maret, luas tanam mulai mengalami penurunan, hal tersebut kemudian dikhawatirkan dapat berimbas pada penurunan hasil produksi. 

"Kami keliling ke beberapa lokasi tetapi memang petani ini masih agak loyo karena sedang puasa dan akan lebaran sehingga kebanyak petani menunda panen dan menunda tanam," katanya. 

Selain itu petani juga menghadapi berbagai tantangan. Contohnya, petani mengalami kesulitan dalam mendapatkan air yang cukup untuk lahan pertanian, baik karena kekeringan atau pembatasan penggunaan air oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU). 

"Disaat petani mau tanam air tidak siap karena memang air tidak ada karena kering atau air ada tapi tidak bisa di sedot. Ini terkait dengan aturan-aturan di Kementerian PU karena ada pembatasan pemakaian air," jelasnya. 

Menurutnya pemerintah telah mencanangkan lima wilayah utama di Indonesia sebagai target swasembada pangan, termasuk Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan. 

"Kalau di Lampung ini ada komisi air ini akan selalu disesuaikan dengan masa tanam atau kebutuhan petani dan target di Lampung masih jauh sehingga kita harus dorong tapi kalau target kabupaten ada yang sudah surplus," kata dia. 

Meski demikian, Lampung tercatat telah mencapai target produksi gabah sebesar 1,64 juta ton dari total target 3,5 juta ton. Petani di beberapa kabupaten, seperti Lampung Tengah, diperkirakan akan melakukan panen raya pada bulan April 2025.  

"Ketika sudah panen maka Bulog harus segera melakukan penyerapan dengan harga Rp6.500 dan kendalanya adalah gudang nya tidak cukup. Tadi sudah diarahkan untuk mencari lokasi gudang karena Maret sudah tidak cukup apalagi nanti April panen raya," sambungnya. 

Selain itu pemerintah juga mendorong penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) yang lebih modern, seperti combine harvester, traktor, dan dryer, guna membantu memperlancar proses panen dan penyerapan gabah. 

"Dryer ini untuk memudahkan Bulog yang melakukan penyerapan di segala kondisi sehingga tidak ada standar kadar air sehingga harus dibantu dengan dryer," jelasnya. 

Pada kesempatan tersebut ia juga menjelaskan terkait setiap tahun, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) merilis data Luas Baku Sawah untuk memastikan ketersediaan lahan pertanian di Indonesia, termasuk di Lampung. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, luas lahan pertanian di Lampung mengalami penurunan. Oleh karena itu, peningkatan Indeks Pertanaman (IP) menjadi prioritas utama, mengingat saat ini IP di Lampung baru mencapai angka 1,8 jauh dari target yang diinginkan Menteri yang menginginkan angka 3.

"Sehingga kita harus mengoptimalkan masa tanam yang tepat waktu. Program peningkatan indeks pertanaman ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap hektare lahan digunakan secara maksimal, dengan pola tanam yang terencana," tuturnya. 

Selain itu Kementerian Pertanian juga akan melibatkan generasi milenial dalam pengelolaan pertanian. Brigade ini akan diberdayakan untuk mengelola lahan seluas 200 hektare, dengan melibatkan 15 petani per kawasan. 

"Waktu tanam ketiga akan turun brigade pangan yang dibentuk oleh Kementerian Pertanian. Akan mengelola 200 hektare hamparan akan ada 15 petani dan orang milenial akan mengolah ketika petani tidak mau tanam," tutupnya. (*)