• Rabu, 12 Maret 2025

Pedagang Keluhkan Harga Kelapa Melonjak, Harap Intervensi Pemerintah

Selasa, 11 Maret 2025 - 13.40 WIB
30

Salah satu pedagang kelapa menjajakan dagangannya di Pasar Pasir Gintung. Foto: Paulina/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Harga kelapa di Pasar Gintung terus merangkak naik, membuat pedagang dan konsumen mengeluh. Kenaikan ini diduga akibat tingginya ekspor kelapa ke luar negeri, terutama ke Tiongkok. Akibatnya, stok kelapa di pasaran berkurang, sementara permintaan terus meningkat pada saat bulan Ramadan. 

Salah seorang pedagang, Winda, menyebut harga kelapa kini mencapai Rp20.000 per kilogram, padahal sebelumnya hanya Rp15.000. Kenaikan ini juga berdampak pada harga santan yang kini dijual Rp20.000 per kilogram. Menurutnya, stok memang masih tersedia, tetapi harga yang tinggi membuat pedagang kesulitan mendapatkan keuntungan yang layak. 

"Stok ada, tapi mahal. Untung paling Rp1.000-Rp2.000 saja. Soalnya kelapa banyak diekspor ke luar negeri, makanya naik," ujar Winda saat ditemui di lapaknya, Selasa (11/3/2025). Ia berharap harga kelapa bisa kembali stabil agar usaha kecil seperti miliknya tidak terdampak terlalu berat. 

Hal senada disampaikan oleh Rio, pedagang lainnya, yang menjual kelapa per batok dengan harga Rp15.000-Rp18.000 per kilogram. Harga santan di lapaknya sedikit lebih murah, yakni Rp17.000 per kilogram. Menurutnya, kenaikan harga kelapa sudah terjadi sejak September 2024 dan semakin tinggi pada saat bulan Ramadan. 

"Dulu saya bisa stok sampai 500 gandeng, sekarang harga naik terus. Apalagi kalau udah masuk puasa, makin mahal lagi," ungkapnya. Ia juga menyebut bahwa pasokan kelapa dari daerah penghasil seperti Lampung Timur dan Pesawaran semakin sulit diperoleh akibat meningkatnya ekspor. 

Salah satu penyebab utama naiknya harga kelapa adalah meningkatnya ekspor ke luar negeri, terutama ke Tiongkok. Kondisi ini menyebabkan stok kelapa di pasaran berkurang drastis, sementara permintaan tetap tinggi. 

Selain ekspor yang meningkat, harga kelapa juga naik karena meningkatnya kebutuhan pada saat bulan Ramadan. Kelapa dan santan merupakan bahan utama dalam banyak hidangan berbuka puasa, sehingga permintaan yang tinggi di tengah stok terbatas membuat harga semakin melambung. 

Kenaikan harga ini juga berdampak pada keuntungan pedagang yang semakin menipis. "Keuntungan cuma Rp1.000-Rp2.000 per kilogram. Susah kalau harga terus naik begini," keluh Rio. Para pedagang berharap ada kebijakan pemerintah yang dapat mengendalikan harga agar usaha mereka tetap berjalan. 

Di sisi lain, konsumen pun ikut terbebani, terutama pelaku usaha kuliner yang mengandalkan santan dalam produksi makanan mereka. Jika harga terus meningkat, biaya produksi makanan berbasis santan seperti rendang dan opor ayam akan ikut naik, yang pada akhirnya membebani masyarakat. 

Diharapkan ada langkah dari pemerintah untuk mengendalikan harga, baik dengan mengatur ekspor maupun menjaga ketersediaan pasokan di dalam negeri. Jika tidak, harga kelapa dan santan bisa terus naik, terutama pada saat bulan Ramadan, yang akan semakin menyulitkan pedagang dan konsumen. (*)