• Rabu, 12 Maret 2025

Antrean Panjang di Pabrik Tapioka Lampung Timur, Petani Singkong Khawatir Kadar Aci Turun

Selasa, 11 Maret 2025 - 14.22 WIB
31

Puluhan mobil bermuatan singkong antre hingga 2 hari hendak menjual singkong. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Puluhan mobil mengantre panjang di sebuah pabrik tapioka di Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur. Beberapa sopir bahkan terpaksa menunggu hingga dua hari untuk menjual singkong mereka. Antrian panjang ini terjadi akibat membludaknya jumlah petani yang panen, sementara perusahaan hanya membatasi pembelian hingga 600 ton per hari. Selasa (11/3/2024).

Heri, salah seorang sopir yang sudah berada di pabrik tersebut selama satu hari satu malam, mengungkapkan kekhawatirannya. "Kami khawatir kalau sudah lama antre, kadar aci singkong bisa turun, dan akhirnya tidak diterima oleh perusahaan," ujar Heri.

Anwar, pihak perusahaan tapioka di wilayah Labuhanratu, menjelaskan bahwa antrean panjang terjadi karena banyaknya petani yang baru saja memanen singkong, sementara kapasitas pabrik terbatas. Selain itu, sempat terjadi kerusakan mesin yang mengakibatkan pabrik tutup beberapa hari sebelum akhirnya kembali beroperasi pada Senin (10/3/2025).

Untuk harga, perusahaan sudah memasang daftar harga yang disesuaikan dengan kadar pati singkong. Singkong dengan kadar pati 10 hingga 16 persen dihargai antara 563 hingga 900 rupiah per kilogram, sementara singkong dengan kadar pati 17 hingga 22 persen dihargai antara 956 hingga 1.238 rupiah per kilogram. Untuk kadar pati 23 hingga 30 persen, harga yang ditawarkan mencapai 1.294 hingga 1.588 rupiah per kilogram.

Hal serupa juga terjadi di perusahaan tapioka di Muara Jaya, Kecamatan Way Bungur, yang menghadapi masalah serupa dengan antrean panjang. Hendro, salah seorang petani, mengungkapkan bahwa perusahaan sering menolak singkong yang memiliki kadar air di bawah 15 persen.

"Kondisi kadar Aci saat ini cukup buruk, rata-rata maksimal hanya 20 persen. Kami hanya bisa menjual dengan harga 1.190 rupiah per kilogram," ujar Hendro. (*)