Parosil Minta Pendekatan Persuasif dan Manusiawi kepada Penggarap di TNBBS

Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus saat menghadiri Rapat Kordinasi Forkopimda yang diikuti Wakil Bupati Mad Hasnurin, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Edi Novial, perwakilan Kodim 0422 LB, perwakilan Polres, perwakilan Kejaksaan Negeri, Asisten, Staf Ahli Bupati, Kepala Perangkat Daerah dan perwakikan instansi pertival, bertempat di Ruang Rapat Pesagi Senin 10 Maret 2025. Foto: Echa/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Lampung Barat - Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, menekankan harus ada
solusi konkret untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat penggarap di area
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) agar masyarakat tidak menjadi
korban.
Hal
tersebut disampaikan Parosil menanggapi persoalan yang dialami masyarakat
penggarap di Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS) dan Suoh, yang diminta
meninggalkan lahan garapan di TNBBS.
Parosil
bahkan mengumpulkan seluruh OPD serta stakeholder terkait untuk membahas
persoalan tersebut agar mencarikan solusi terbaik, ia mengingatkan perlu adanya
kajian yang mendalam untuk penyelesaian konflik tersebut.
"Hari
ini Lampung Barat yang menjadi sorotan, keresahan yang terjadi di Suoh dan BNS
terutama masyarakat yang berkebun di wilayah Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBBS) ini bermula dari adanya konflik satwa liar," kata dia saat
menyampaikan arahan, Senin (10/3/2025).
Menurut
Parosil hal tersebut merupakan permasalahan yang serius, perlu adanya
pengkajian, dan penanganan dari seluruh aspek, baik Pemerintah Daerah Kabupaten
Lampung Barat, Poltri, TNI, TNBBS maupun pihak terkait yang sesuai dengan
koridor aturan yang berlaku baik UUD atau Perpres.
"Karena
tidak boleh suatu keputusan itu di ambil oleh satu konstitusi saja, keputusan
itu akan memiliki dimensi lain dampak yang sangat luas baik itu sosial,
politik," tegasnya.
Parosil
berharap keresahan masyarakat Suoh dan BNS terkait teror satwa liar tersebut
segera berakhir. "Poin paling penting dari sudut pandang pak Bupati dari
pertemuan ini bagaimana suasana puasa dan Idul Fitri tahun ini masyarakat kita
dapat menjalani dengan tenang, khusuk serta tenteram, jangan ada rasa keresahan
dan kekhawatiran lagi," jelasnya.
Parosil
mengatakan hal itu bisa dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat yang
tinggal di kawasan hutan TNBBS dengan cara persuasif, meskipun mayoritas
masyarakat yang tinggal di area TNBBS merupakan orang luar Lampung Barat namun
mereka tetap bagian dari Indonesia.
"Dengan
cara meminta masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari jangan secara
perseorangan atau sendiri namun dilakukan dengan bersama-sama, lalu mengimbau
jika masyarakat sudah mempunyai kemampuan untuk membangun rumah agar jangan
lagi bermukim di wilayah TNBBS," ujarnya.
Karena
kata Parosil, masyarakat yang menempati kawasan hutan TNBBS bukan untuk mencari
kekayaan namun untuk bertahan hidup. Parosil Mabsus menyatakan dirinya setuju
jika akan dilakukan penurunan terhadap masyarakat yang menempatai kawasan hutan
TNBBS namun harus memiliki solusi terbaik untuk masyarakat.
"Saya
sangat setuju jika kita mensosialisaikan penurunan masyarakat dari kawasan
hutan TNBBS namun harus dengan cara humanis dan bijaksana sesuai dengan koridor
yang ada serta mengutamakan kepentingan masyarakat memanusiakan manusia, kita
harus mampu memberikan solusi bagi mereka, harus bisa menjamin keberlanjutan
hidup mereka," kata dia.
Sementara
itu, ketua DPRD Lampung Barat Edi Novial menambahkan, penyelesaian konflik
satwa liar yang berada di Suoh dan Bandar Negeri Suoh harus di pelajari secara
bijak dan konfrehensif.
"Karena
kalau kita lihat program HKM, konsep dari HKM itu sendiri pak bupati ada
kerjasama antara dinas kehutanan, Pemerintah Daerah dengan petani yang
menggarap di daerah masuk dalam kawasan hutan lindung, masyarakat bisa
mengambil hasilnya dan melindungi kawasan hutan," ujarnya.
Edi Novial
berharap dengan adanya Perpres Nomor 5 tahun 2025 kita lakukan konsultasi
kepada kementerian kehutanan karena yang pertama Perpres itu ditargetkan
masalah sawit, perusahaan-perusahaan besar.
"Sedangkan
untuk di Lampung Barat inikan belum ada perusahaan-perusahaan besar hanya
petani murni menggarap kebun tidak ada yang sampai lima hektar untuk satu
orang," sambungnya.
"Artinya
saya berharap dalam penyelesaian konflik yang melibatkan orang banyak ini harus
dengan bijak jangan sampai justru menyebabkan konflik antara masyarakat dengan
pemerintah," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Banyak Masyarakat Belum Tau Program Cek Kesehatan Gratis, Parosil Minta Puskesmas Optimalkan Sosialisasi
Jumat, 14 Maret 2025 -
Sempat Viral, Parosil Minta Pemprov Lampung Tinjau Kerusakan Jalan Penghubung Lambar-Sumsel
Kamis, 13 Maret 2025 -
Pembangunan Infrastruktur Masih Jadi Program Prioritas Parosil di Periode Kedua
Kamis, 13 Maret 2025 -
Jejak Kaki Harimau Ditemukan di Desa Ringin Jaya BNS Lampung Barat
Rabu, 12 Maret 2025