Berjalan di Alam Bawah Sadar, Oleh: Arby Pratama

Arby Pratama Jurnalis Kupas Tuntas di Kota Metro. Foto: Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Siang itu, menjelang zuhur pada hari Rabu,
5 Maret 2025, saya berangkat dari rumah mengendarai sepeda motor Revo.
Perjalanan saya mulai ke arah Jalan Budi Utomo, Metro Selatan, Kota Metro.
Langit begitu cerah, angin bertiup sejuk, dan jalanan cukup lengang. Tidak
ada firasat buruk, tidak ada tanda-tanda bahwa saya akan mengalami sesuatu yang
akan mengubah cara pandang saya terhadap dunia nyata dan dunia yang tak kasat
mata.
Namun, semua berubah setelah saya melewati jembatan di Jalan Budi Utomo.
Tiba-tiba, suasana di sekitar saya menjadi sunyi. Mesin motor masih menyala,
tetapi suara kendaraan lain seakan lenyap. Saya terus melaju, merasa ada
sesuatu yang janggal, namun tetap berusaha berpikir logis.
Perjalanan saya terasa lebih panjang dari biasanya. Jalanan berubah menjadi
lebih luas, dan pemandangan di sekitar mulai berbeda. Pepohonan lebih rindang,
udara lebih segar, dan di kejauhan saya melihat pegunungan hijau yang tampak
sangat indah. Anehnya, saya tidak merasa takut, justru ada ketenangan yang aneh
mengalir dalam diri saya.
Lalu, saya tiba di sebuah perkampungan kecil yang belum pernah saya lihat
sebelumnya. Rumah-rumahnya terbuat dari kayu, sederhana, tetapi tampak sangat
rapi dan bersih.
Warga di sana menyambut saya dengan ramah. Mereka berpakaian seperti
orang-orang zaman dahulu, dengan kain sarung dan baju sederhana. Saya tidak
merasa asing, seolah-olah saya memang sedang pulang ke rumah sendiri.
Saya ditawari segelas kopi oleh seorang pria tua yang tampak bijaksana. Dia
juga memberikan saya rokok kretek yang dilintingnya sendiri. "Silakan diminum nak, mau rokok?"
katanya dengan senyum tenang. Saya menerima dan menghisapnya perlahan, sambil menikmati
suasana damai yang sulit dijelaskan.
Tidak lama setelah itu, seorang wanita muda membawa air dari sebuah sumber
mata air di belakang rumah. Air itu begitu jernih, hingga saya bisa melihat
dasar batuannya dengan jelas.
Rasanya saya ingin menceburkan diri ke dalamnya, merasakan kesejukan yang
luar biasa. Saya minum air itu langsung dengan tangan saya, dan rasanya lebih
segar daripada air mana pun yang pernah saya coba sebelumnya.
Saya merasa waktu berjalan begitu lambat. Hari berganti malam, lalu pagi
kembali datang, tetapi saya tidak merasa lelah atau lapar. Saya hanya merasa
nyaman, seolah berada di tempat yang memang seharusnya saya tinggali.
Namun, semua berubah ketika saya mulai mendengar suara-suara aneh di
kejauhan. Samar-samar, terdengar suara orang memanggil nama saya. Suara itu
semakin lama semakin keras. Saya mulai merasa ada sesuatu yang salah. Saya
mencoba mencari pria tua tadi, tetapi dia sudah tidak ada di tempatnya.
Tiba-tiba, tubuh saya terasa berat, kepala saya berdenyut, dan dunia di
sekitar saya mulai berputar. Pemandangan indah itu memudar, berganti dengan
pemandangan gelap.
Saya tersadar, ternyata saya sedang duduk di tengah-tengah warga yang
mengelilingi saya, di sebuah desa di daerah Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung
Barat.
Di sekitar saya, teman-teman komunitas motor saya berdiri dengan wajah
cemas. Mereka berkata saya sudah menghilang selama tiga hari. Saya tidak bisa
mengingat apa pun selain peristiwa-peristiwa aneh yang baru saja saya alami.
Ketika saya kembali ke rumah, keluarga saya sudah menunggu dengan wajah
penuh kekhawatiran. Sehari setelahnya, mereka segera memanggil seorang ustaz
untuk meruqyah saya.
Saat doa-doa dilantunkan, tubuh saya bergetar hebat. Rasa sakit luar biasa
menjalar di seluruh tubuh saya. Tiba-tiba, saya muntah darah.
Satu jam lebih saya mengalami penderitaan yang sulit dijelaskan. Tubuh saya
terasa seperti tersetrum, otot-otot saya kejang, dan saya bahkan tidak bisa
berbicara. Seakan-akan ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam diri saya,
sesuatu yang selama ini bersembunyi tanpa saya sadari.
Setelah proses ruqyah selesai, tubuh saya lemas, tetapi pikiran saya
perlahan mulai jernih. Saya mulai memahami bahwa dunia ini lebih luas daripada
yang bisa kita lihat. Ada batas tipis antara kenyataan dan dunia lain yang tak
kasat mata.
Sebagai seorang jurnalis, pengalaman ini mengajarkan saya satu hal penting,
dalam mencari kebenaran, kita harus selalu berhati-hati. Tidak semua hal bisa
dijelaskan dengan logika, dan tidak semua cerita bisa disampaikan tanpa
konsekuensi.
Sejak hari itu, saya berjanji untuk lebih bijak dalam memilih informasi
yang saya sebarkan. Karena kadang, ada hal-hal yang lebih baik tetap menjadi
misteri. (*)
Berita Lainnya
-
Dukung BAZNAS, Pemkot Metro Siapkan Perwali Tentang Zakat
Senin, 10 Maret 2025 -
Pemkot Metro Lirik Potensi Mata Air di UPT PDAM Rejomulyo
Selasa, 04 Maret 2025 -
Pemkot Metro Batasi Jam Operasional Karaoke dan THM Selama Ramadan
Selasa, 04 Maret 2025 -
Usai Viral! Pencuri Besi Terekam CCTV di Metro Lampung Ditangkap
Selasa, 04 Maret 2025