Keterbatasan Ekonomi Picu Lonjakan Penderita Gangguan Jiwa di Lampung

Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Provinsi Lampung. Foto: Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Jumlah penderita
gangguan jiwa di Provinsi Lampung mengalami peningkatan. Data Rumah Sakit Jiwa
Daerah (RSJD) Provinsi Lampung mencatat, tahun 2023 terdapat 643 pasien
gangguan jiwa dirawat. Angka ini meningkat sebanyak 188 pasien pada tahun 2024,
sehingga totalnya menjadi 831 orang.
Usia pasien gangguan jiwa atau bisa disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
yang dirawat di RSJD Provinsi Lampung pada tahun 2024 bervariasi, berkisar 5-14
tahun, 15-24 tahun, 25-44 tahun, 45-64 tahun dan 65 tahun ke atas. Untuk
penderita gangguan jiwa paling banyak berusia 25-44 tahun dengan 489 orang.
Bandar Lampung menjadi penyumbang pasien gangguan jiwa terbanyak dengan 188
orang, disusul Lampung Selatan 91 orang, Tanggamus 75 orang dan Lampung Tengah
57 orang. Selain dari 15 kabupaten/kota se-Lampung, RSJD Provinsi lampung juga
menerima pasien gangguan jiwa dari luar Provinsi Lampung sebanyak 17 orang.
Humas RSJD Provinsi Lampung, David, menyebutkan bahwa peningkatan jumlah
pasien ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama masalah psikososial yang
berkaitan erat dengan tekanan hidup akibat keterbatasan ekonomi, beban pekerjaan,
dan pendidikan.
“Jadi memang ada peningkatan kasus pada tahun 2024 dibandingkan tahun
sebelumnya. Banyak pasien mengalami gangguan jiwa karena tekanan hidup yang
berat, seperti masalah ekonomi yang semakin sulit,” ujar David, Kamis
(27/2/2024).
Selain faktor ekonomi, David juga menilai peningkatan jumlah pasien sebagai
indikasi bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengobatan gangguan
jiwa semakin meningkat.
Menurutnya, semakin cepat penderita mendapatkan perawatan medis, maka
peluang mereka untuk sembuh juga lebih besar.
“Kesadaran masyarakat mulai meningkat bahwa penderita gangguan jiwa harus
segera mendapatkan pengobatan. Semakin cepat mereka berobat, semakin besar pula
potensi kesembuhannya,” kata dia.
David menekankan bahwa peran keluarga sangat penting dalam proses pemulihan
pasien setelah menjalani rawat inap di RSJD. Pasien harus tetap menjalani
kontrol rutin melalui rawat jalan agar kondisinya bisa terus dipantau oleh
tenaga medis.
“Keluarga harus memastikan pasien tetap mengonsumsi obat secara teratur dan
melibatkannya dalam aktivitas sosial agar dapat kembali beradaptasi di
lingkungan masyarakat,” jelasnya.
Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa ini menjadi perhatian serius,
mengingat keterbatasan ekonomi masih menjadi pemicu utama.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta berbagai pihak dalam memberikan
dukungan sosial dan ekonomi agar masyarakat dapat mengatasi tekanan hidup
dengan lebih baik.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mencatat,
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung triwulan IV-2024 dibanding triwulan
III-2024 (q-to-q) terkontraksi sebesar 3,52 persen.
Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung,
Tribuana Kartikasari mengatakan, kontraksi pertumbuhan ekonomi terutama
disebabkan penurunan produksi pertanian, kehutanan dan perikanan yang merupakan
sektor dominan penopang perekonomian Provinsi Lampung. Tercatat pertumbuhannya
mengalami kontraksi sebesar 14,80 persen.
“Kontraksi juga terjadi pada lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi,
industri pengolahan serta pengadaan air masing-masing sebesar 5,12 persen, 2,97
persen dan 0,48 persen,” kata Tribuana saat pemaparan rilis berita resmi
statistik secara daring, Rabu (5/2/2025) lalu.
BPS juga mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung pada Maret
2024 sebesar 941 ribu orang. Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret
2024 sebanyak sebesar 8,18 persen, dibandingkan Maret 2023 meningkat sebesar
0,16 persen atau 11,1 ribu orang, dari 232,96 ribu orang menjadi 244,04 ribu orang.
Sementara, persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2024 sebanyak
697 ribu orang. Sementara garis kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar
Rp586.551/kapita/bulan.
Adapun komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis
kemiskinan, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pada umumnya hampir sama.
Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni 22,32 persen di perkotaan dan
24,28 persen di pedesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar
kedua terhadap garis kemiskinan 13,09 persen di perkotaan dan 11,72 persen di
pedesaan.
Sedangkan komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik
pada garis kemiskinan perkotaan dan perdesaan adalah perumahan yakni 7,63
persen di perkotaan dan 7,43 persen di pedesaan.
Pada Maret 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi Lampung memiliki
4,61 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per
rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.704.000 per rumah tangga
miskin per bulan.
BPS mengungkap bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan selama periode Maret 2023-Maret 2024, antara lain tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Februari 2024 sebesar 4,12 persen.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret
2024 adalah data Susenas Konsumsi dan Pengeluaran Maret 2024. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi Jumat 28 Februari 2025
dengan judul “Keterbatasan Ekonomi Picu Lonjakan Penderita Gangguan Jiwa di
Lampung”
Berita Lainnya
-
Fredy Purna Tugas, M Firsada Jadi Plh Sekda Provinsi Lampung
Jumat, 28 Februari 2025 -
Pemkot Bandar Lampung Sigap Tangani Banjir, Tim Gabungan Turun ke Lokasi Terdampak
Jumat, 28 Februari 2025 -
Lampung Sambut Ramadhan dengan Tradisi Blangikhan
Jumat, 28 Februari 2025 -
Supron Ridisno, Penyandang Disabilitas Pertama Raih Gelar Doktor di Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung
Jumat, 28 Februari 2025