Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Lamtim Meningkat, Penggunaan HP Berlebih Dituding Jadi Penyebabnya

Ilustrasi
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten
Lampung Timur menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun
terakhir. Bentuk kekerasan yang terjadi bervariasi, mulai dari kekerasan fisik
hingga kekerasan seksual. Penyebab terbesar dari meningkatnya kasus tersebut
pengaruh dari penggunaan handphone yang tidak terkendali.
Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lampung Timur, Titin Wahyuni, mengungkapkan bahwa Kabupaten Lampung Timur kini
berada di urutan ketiga untuk kasus kekerasan terhadap anak di Provinsi
Lampung. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah kekerasan anak yang
terjadi di daerah tersebut.
Menurut data yang dihimpun, pada tahun 2021 tercatat sebanyak 23 kasus
kekerasan terhadap anak. Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2022 dengan 44
kasus, dan kembali naik pada tahun 2023 menjadi 55 kasus. Di tahun 2024, jumlah
kasus mencapai 72, yang menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah korban kekerasan
anak di Kabupaten Lampung Timur terus mengalami peningkatan.
“Ini hanya yang terlaporkan. Kami sadar masih banyak kasus yang tidak
dilaporkan, dan itu sangat memprihatinkan. Kekerasan terhadap anak di Lampung
Timur benar-benar menjadi permasalahan serius,” ujar Titin Wahyuni. Kamis
(27/2/2025).
Pihak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lampung
Timur telah berupaya maksimal untuk menekan angka kekerasan terhadap anak.
Salah satunya dengan melakukan sosialisasi di berbagai sekolah, mulai dari
tingkat SMP hingga SMA, untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang
pentingnya melindungi diri dari potensi kekerasan.
Titin Wahyuni juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengatasi
masalah ini. Menurutnya, sekitar 80 persen keberhasilan dalam menekan kekerasan
terhadap anak bergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di
rumah.
“Orang tua harus lebih tegas dalam mengawasi dan mengontrol aktivitas anak,
terutama dalam penggunaan handphone,” jelasnya.
Penggunaan handphone yang tidak terkontrol dianggap sebagai faktor utama
yang mempengaruhi maraknya kekerasan seksual terhadap anak. Melalui perangkat
tersebut, anak-anak dapat dengan mudah mengakses berbagai platform media sosial
yang rawan menjadi sarana bagi pelaku kekerasan untuk melakukan aksinya.
“Semua informasi bisa dicari dengan mudah melalui handphone, termasuk
hal-hal yang seharusnya tidak diketahui oleh anak-anak. Oleh karena itu, orang
tua perlu lebih tegas dalam membatasi penggunaan handphone dan memastikan
anak-anak mereka tidak terjerumus dalam hal-hal negatif di dunia maya,” kata
Titin menambahkan.
Peningkatan kasus kekerasan terhadap anak ini menjadi perhatian serius bagi
berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga pendidikan, serta
masyarakat umum. Diharapkan dengan adanya sosialisasi dan peningkatan peran
orang tua, kasus kekerasan terhadap anak dapat ditekan dan diminimalisir di
masa mendatang. (*)
Berita Lainnya
-
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Lamtim Berubah Fokus pada Lowongan Kerja Panen Tebu
Kamis, 27 Februari 2025 -
Warga Desa Gedung Ringin Lamtim Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter
Kamis, 27 Februari 2025 -
Ibu Pembunuh Anak Kandung di Lampung Timur Tidak Ditahan Karena Alami Gangguan Jiwa
Kamis, 27 Februari 2025 -
Lauk Makan Bergizi Gratis di Lamtim Sebesar 'Jempol’, SPPI: Itu Tidak Benar
Rabu, 26 Februari 2025