Ditemukan Catatan Tertulis ‘Perkara Sugar Group Rp200 miliar’ di Rumah Zarof Ricar, Kejagung Diminta Periksa PT SGC

Mantan Pejabat MA Zarof Ricar. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Kejaksaan Agung (Kejagung) menemukan bukti
catatan tertulis “Perkara Sugar Group Rp 200 miliar” saat menggeledah rumah
mantan Kepala Balitbang Diklat Kumdil MA, Zarof Ricar, di bilangan Jalan
Senayan Nomor 8 Kelurahan Rawa Barat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, belum
lama ini.
Berkaitan dengan penemuan bukti tertulis tersebut, Kejagung didesak
memeriksa PT Sugar Group Companies (SGC) milik Gunawan Yusuf, terkait dengan
ditemukannya bukti catatan tertulis “Perkara Sugar Group Rp 200 miliar” dalam
kasus korupsi makelar kasus (Markus) di Mahkamah Agung (MA) yang menyeret
mantan Kepala Balitbang Diklat Kumdil MA, Zarof Ricar.
Peneliti Pusat Studi Anti Korupsi (SAKSI) Universitas Mulawarman,
Herdiansyah Hamzah alias Castro, menuntut pertanggungjawaban Jampidsus
Kejagung, Febri Diansyah, sebagai pemimpin penyidikan yang tidak mengungkap
seluruh perkara penerimaan gratifikasi eks Pejabat MA, Zarof Ricar, dalam
persidangan.
Selain itu, menurut Castro, Jaksa Agung ST Burhanuddin juga harus
bertanggung jawab dalam kasus ini sebagai pimpinan institusi kejaksaan.
"Makanya yang bertanggung jawab tentu bukan hanya penyidiknya, tapi
juga secara institusi Jaksa Agung harus bertanggung jawab dalam semua proses
perkara yang ditangani oleh penyidik-penyidiknya," ujar Castro dikutip
dari Inilah.com, Selasa (25/2/2025).
Castro mendesak pihak Kejagung untuk menjelaskan kepada publik alasan surat
dakwaan hanya mengungkap permainan perkara dalam kasus pembunuhan Ronald
Tannur, tetapi tidak menyebutkan perkara lainnya, seperti temuan bukti catatan
yang bertuliskan "Perkara Sugar Group Rp200 miliar".
"Dalam proses penyidikan, ada yang disebut sebagai splitsing
(pemecahan berkas perkara). Tapi harus dijelaskan. Jika memang ingin memisahkan
satu perkara dengan perkara lain yang disangkakan kepada Zarof, maka hal itu juga
harus dijelaskan ke publik," kata Castro.
Dia meyakini bahwa Zarof terlibat dalam banyak permainan kasus yang
melibatkan banyak pihak. Ia pun mendorong Kejagung agar tidak hanya menargetkan
Zarof dalam kasus ini.
"Apalagi yang kita mau sasar bukan hanya Zarof, tapi juga pihak lain
yang diduga terlibat dalam perkara serupa. Karena saya selalu meyakini bahwa
perkara korupsi tidak hanya melibatkan satu atau dua orang saja, tetapi selalu
melibatkan banyak pihak secara kolektif," ujarnya.
Temuan perkara Sugar Group ikut dimainkan Zarof bermula saat penyidik
Jampidsus Kejagung menggeledah rumahnya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Selain menemukan bukti catatan tertulis soal perkara Ronal Tannur,
informasi yang beredar juga ditemukan bukti tertulis “Perkara Sugar Group Rp200
miliar". Zarof disebut telah mengakui bahwa salah satu sumber uang suap
berasal dari sengketa perdata antara Sugar Group Company (SGC) milik Gunawan
Yusuf (GY) Dkk, melawan Marubeni Corporation (MC) Dkk.
Patut diduga uang suap Rp200 miliar itu terkait Putusan Kasasi Nomor 1697
K/Pdt/2015 tanggal 14 Desember 2015 jo PK Ke-I Nomor 818 PK/Pdt/2018 tanggal 2
Desember 2019 jo PK Ke-II Nomor 887 PK/Pdt/2022 tanggal 19 Oktober 2023, yang
merupakan upaya hukum lanjutan yang tergolong nebis idem yakni putusan-putusan
Nomor 373/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst tanggal 1 Maret 2012 jo PT DKI Jakarta Nomor
75/Pdt/2013/PT.DKI tanggal 22 April 2013.
Zarof disebut sudah mengaku dengan menyebut nama-nama Hakim Agung yang terlibat,
termasuk seorang mantan Ketua Kamar Perdata MA yang berasal dari Lampung.
Namun, keterangan Zarof Ricar tidak ditindaklanjuti oleh penyidik. Agak
mengherankan, Jampidsus, Febrie Adriansyah, berdalih penyidik tidak harus
memeriksa A apabila tersangka menyebutkan A.
Informasi lain yang didapatkan, pada mulanya perkara Sugar Group masuk
dalam dakwaan, namun diduga dihilangkan. Selain itu, disebutkan juga kalau
total uang yang ditemukan bukan Rp950 miliar melainkan Rp2 triliun. Selain itu,
Zarof juga disebut memiliki kedekatan dengan Gunawan Yusuf, Raja Gula
Indonesia.
Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR RI, Rudyanto Lallo, berharap Kejagung
agar tak heboh diawal. Seolah-olah mengungkap kasus triliunan rupiah.
"Kemudian penanganannya jalan ditempat, mandek, dan tuntutannya
rendah," kata Rudyanto, Kamis (16/1/2025).
Zarof Ricar ditahan penyidik Kejagung sejak tanggal 24 Oktober 2024. Dia sudah mengaku salah satu sumber uang suap
dari SGC. Kewajiban penyidik melakukan pemeriksaan pendalaman berdasarkan pengakuan
itu.
Tetapi Jampidsus malah menjawab penyidik tidak bisa memeriksa pelaku suap
sesuai pengakuan tersangka.
"Ini aneh. Ada apa? Sudah 45 hari sejak Zarof Ricar ditahan belum ada
kemajuan yang siknifikan," katanya.
Padahal, tambah dia, mensrea penyuapan sudah terang bederang ingin
ngemplang utang sebesar triliuan rupiah. "Tentu kita sayangkan,"
ungkap Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Nasdem itu.
Dengan demikian, dia meminta agar Jaksa Agung meluruskan setiap kasus yang
ditangani, sebagaimana perintah Presiden Prabowo Subianto yang menjadikan
korupsi sebagai musuh negara.
“Bahkan saya meminta agar Presiden Prabowo secara khusus ikut mengawal dan
mengawasi kasus ini” tukasnya.
Penting diketahui, bahwa penyidik Jampidsus pada 24 Oktober 2024 lalu menggeledah
rumah kediaman Zarof Ricar menemukan dan menyita berbagai mata uang asing total
sebesar Rp 920 miliar. Selain kepingan logam mulia emas total seberat 51
kilogram.
Lalu penyidik menemukan bukti catatan tertulis antara lain “Titipan Lisa“,
“Untuk Ronal Tannur:1466/Pid.2024”, “Pak Kuatkan PN”.
Menurut sumber di gedung bundar Jampidsus Kejagung, selain itu sebenarnya
terdapat pula bukti catatan tertulis “Perkara Sugar Group Rp 200 miliar".
Apabila bukti catatan itu benar, uang sebesar Rp 200 miliar itu patut
diduga sebagai titipan untuk hakim agung yang menangani perkara sengketa
perdata antara Sugar Group Company (SGC) milik Gunawan Yusuf dkk melawan
Marubeni Corporation (MC) dkk.
Kasusnya sendiri mulai viral usai Hakim Agung Syamsul Maarif menabrak Pasal
17 ayat (5) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang memutus
perkara Peninjauan Kembali (PK) No. 1362 PK/PDT/2024, tanggal 16 Desember 2024
hanya dalam tempo 29 hari menjadi kotak pandora yang membuka tabir sumber uang
suap senilai Rp 920 miliar, dalam dugaan korupsi makelar kasus di Mahkamah
Agung RI, yang melibatkan Zarof Ricar itu.
PK No. 1362 PK/PDT/2024, tanggal 16 Desember 2024 itu sendiri, terkait
perkara sengketa perdata antara Sugar Group Company (SGC) milik Gunawan Yusuf
Dkk melawan Marubeni Corporation (MC) Dkk, bernilai triliunan rupiah, yang pada
tahun 2010, sejatinya telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkraht),
berdasarkan putusan kasasi No. 2447 K/Pdt/2009 tanggal 19 Mei 2010 dan No. 2446
K/Pdt/2009 tanggal 19 Mei 2010 dimenangkan oleh MC Dkk. Hingga berita
diterbitkan, PT SGC belum bisa dihubungi. (*)
Berita Lainnya
-
Posko Kesehatan di Tanjung Senang Sudah Layani Ratusan Korban Banjir
Selasa, 25 Februari 2025 -
Pengamat Dorong Pengawasan Melekat Pada Dana BOS di Sekolah
Selasa, 25 Februari 2025 -
Dana BOS Dinilai Kurang, Ketua MKKS Lampung Sebut Sekolah Boleh Minta Sumbangan
Selasa, 25 Februari 2025 -
Disdikbud Lampung Bakal Tentukan Acuan Tertinggi Uang Komite Sekolah
Selasa, 25 Februari 2025