• Jumat, 21 Februari 2025

Antrean Truk Singkong Warnai Proses Pembelian di Perusahaan Tapioka Lampung Timur

Selasa, 18 Februari 2025 - 11.00 WIB
60

Antrean truk bermuatan singkong yang hendak masuk ke lokasi pabrik pengolahan tapioka di wilayah Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur. Foto: Agus/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Puluhan truk bermuatan singkong terlihat mengular di depan perusahaan tapioka yang terletak di Kecamatan Labuhanratu, Kabupaten Lampung Timur.

Bahkan, beberapa truk terpaksa mengantre hingga dua hari lamanya untuk mendapatkan giliran proses pembelian singkong dari perusahaan pengolahan tapioka tersebut.

Ardi, salah seorang petani singkong asal Kecamatan Sekampung Udik, mengungkapkan bahwa ia sudah menunggu sejak malam hingga pagi hari, namun belum mendapat panggilan untuk memproses penjualannya.

"Dari semalam, Mas, belum dapat panggilan, masih antre. Mungkin nanti sore baru bisa dapat panggilan," ujar Ardi dengan nada pasrah, Selasa (18/2/2025).

Menurut Ardi, bersama dengan para petani lainnya, mereka memilih untuk menjual singkong di perusahaan tersebut karena harga yang ditawarkan tidak ada potongan, meskipun harga yang diterima disesuaikan dengan kadar pati singkong yang dijual. Hal ini menjadi salah satu alasan utama bagi petani untuk memilih menjual singkong mereka ke perusahaan tapioka di Labuhanratu.

Meningkatnya jumlah penjual singkong di wilayah tersebut disebabkan oleh musim panen raya yang sedang berlangsung. Singkong yang mereka jual sudah mencapai usia lebih dari 9 bulan, masa panen yang telah tiba. Banyak petani yang terpaksa menjual singkong mereka karena akan segera mengganti tanaman singkong dengan tanaman lain, seperti jagung.

"Kalau dibilang murah ya memang murah harga singkongnya, karena ada yang hanya laku 800 rupiah per kilogram. Itu karena kadar pati singkongnya tidak lebih dari 16 persen, jadi harga juga tidak bisa tinggi," kata Ardi, menjelaskan kondisi pasar singkong saat ini.

Sementara itu, Anwar, perwakilan dari perusahaan pengolahan tapioka di Kecamatan Labuhanratu, menjelaskan alasan di balik antrean panjang tersebut.

"Setiap hari, perusahaan kami hanya mampu mengolah sekitar 600 ton singkong, sementara penjual yang datang setiap hari jumlahnya lebih dari 1.000 ton," ujar Anwar.

Anwar menambahkan, meskipun perusahaan tidak memberlakukan potongan harga, harga yang diterima petani memang sangat bergantung pada kadar pati singkong yang dijual. Semakin tinggi kadar pati, semakin tinggi pula harga yang diberikan oleh perusahaan.

"Untuk harga singkong, kami sesuaikan dengan kadar pati. Jika kadar pati singkong di atas 24 persen, harga per kilogram bisa mencapai lebih dari 1.350 rupiah. Jadi, kadar pati memang sangat menentukan harga," ujar Anwar.

Selain itu, Anwar juga menjelaskan bahwa perusahaan hanya membeli singkong dengan usia minimal 9 bulan. Hal ini dilakukan agar kualitas singkong yang diterima sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan.

"Kami hanya membeli singkong yang sudah berusia minimal 9 bulan, untuk memastikan kualitas pati yang terkandung di dalamnya," tambahnya.

Perusahaan pengolahan tapioka di Labuhanratu juga sudah memasang daftar harga yang jelas sesuai dengan kadar pati singkong. Untuk kadar pati antara 10 hingga 16 persen, harga yang diberikan berkisar antara 563 hingga 900 rupiah per kilogram. Sedangkan untuk kadar pati 17 hingga 22 persen, harga singkong yang diterima petani berkisar antara 956 hingga 1.238 rupiah per kilogram. Untuk kadar pati 23 hingga 30 persen, harga yang ditawarkan mencapai 1.294 hingga 1.588 rupiah per kilogram.

Situasi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi petani singkong di Lampung Timur, di mana harga yang bergantung pada kadar pati menjadi faktor penting yang mempengaruhi pendapatan petani singkong di daerah ini. (*)