Cerita Warga Metro Bertaruh Nyawa Melintasi Jembatan Gantung Pelita, Berharap Janji Perbaikan Terealisasi
![](https://kupastuntas.co/uploads/posts/cerita-warga-metro-bertaruh-nyawa-melintasi-jembat_20250214150524.jpg)
Potret jembatan pelita dengan kondisi lantai kayu yang sudah lapuk dan ditambal sulam dengan batang pohon seadanya. Foto: Arby/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Metro - Di Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Metro Selatan,
Jembatan Gantung Pelita berdiri sebagai saksi bisu bagaimana masyarakat harus
mempertaruhkan nyawa setiap kali menyeberanginya.
Jembatan yang telah melayani warga sejak 1969 ini kini mengalami kerusakan
parah, namun tetap menjadi akses utama bagi masyarakat yang ingin menyeberang
dari Kota Metro ke Kabupaten Lampung Timur maupun sebaliknya.
Ironisnya, meskipun kondisinya membahayakan, warga tidak memiliki pilihan
lain. Jembatan ini merupakan satu-satunya jalur alternatif yang tersedia tanpa
harus melakukan perjalanan memutar yang lebih jauh.
Meskipun hanya dapat dilalui kendaraan roda dua, perannya sangat vital bagi
kehidupan sehari-hari warga, mulai dari anak-anak sekolah hingga para pedagang
yang mencari nafkah.
Berdasarkan informasi masyarakat, Jembatan Gantung Pelita dibangun pada era
pemerintahan Presiden Soeharto, rampung pada tahun 1969 sebagai simbol
konektivitas dan pembangunan daerah.
Pada masa kejayaannya, jembatan ini menjadi urat nadi masyarakat untuk
beraktivitas ke pasar, sekolah, dan tempat kerja. Namun, seiring berjalannya
waktu dan minimnya perhatian dari pemerintah, kondisinya semakin
memprihatinkan.
Saat ini, struktur lantai jembatan yang berbahan dasar papan banyak yang
telah lapuk. Warga harus bergotong-royong melakukan perbaikan darurat dengan
kayu seadanya. Namun, tambal sulam ini hanya bersifat sementara, tidak
memberikan solusi jangka panjang, dan tetap menyisakan ancaman keselamatan.
Berdasarkan pantauan di lokasi, tiang utama jembatan juga mulai mengalami
pergeseran alias miring. Hal ini menjadi alarm serius bagi keamanan konstruksi
secara keseluruhan. Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin jembatan
ini akan ambruk dan menelan korban jiwa.
“Kami selalu was-was setiap kali melintasi jembatan ini, terutama saat
musim hujan. Kayunya licin dan bisa patah kapan saja. Tapi kami tidak punya
pilihan lain,” ungkap Karyoto seorang warga setempat kepada awak media, Jum'at
(14/2/2025).
Ia kerap mengkhawatirkan keselamatan para pelajar yang harus berangkat ke
sekolah melewati jembatan tersebut, sementara kendaraan roda dua yang melintas
semakin memperbesar risiko kecelakaan.
Keluhan warga tentang kondisi Jembatan Gantung Pelita bukan hal baru.
Berbagai laporan dan permohonan telah diajukan kepada pemerintah Kota Metro
maupun Kabupaten Lampung Timur. Namun, hingga kini, belum ada tindakan konkret.
Sejumlah pejabat daerah bahkan sering menggunakan isu perbaikan jembatan
ini sebagai janji kampanye. Sayangnya, janji itu tak lebih dari sekadar
retorika politik tanpa realisasi.
Warga mengaku sudah berkali-kali mendengar janji perbaikan sejak
bertahun-tahun lalu, tetapi kenyataan di lapangan justru menunjukkan kondisi
jembatan yang semakin memburuk.
“Dulu waktu pemilihan kepala daerah, banyak yang datang ke sini menjanjikan
perbaikan jembatan. Tapi setelah mereka terpilih, tidak ada yang benar-benar
peduli dengan kondisi kami,” keluh Mbah Pon warga Metro Selatan.
Selain kondisi jembatan yang membahayakan, akses jalan penghubung di kedua
daerah juga mengalami kerusakan. Lubang dan permukaan jalan yang tidak rata
semakin memperparah kesulitan warga dalam beraktivitas. Saat hujan deras,
beberapa bagian jalan tergenang air hingga memperburuk kondisi transportasi.
Keterlambatan perbaikan infrastruktur ini semakin menunjukkan kelalaian dan
ketidakpedulian pihak terkait dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Padahal, akses yang layak bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga menyangkut
keselamatan ribuan warga yang setiap hari melintasi jalur tersebut.
Situasi ini menegaskan pentingnya langkah nyata dari pemerintah dalam
menangani infrastruktur yang vital bagi masyarakat. Jika terus dibiarkan tanpa
perbaikan, bukan tidak mungkin Jembatan Gantung Pelita akan menjadi lokasi
tragedi berikutnya.
Pemerintah Provinsi Lampung dan pemerintah pusat harus segera turun tangan.
Penanganan tidak boleh hanya sebatas survei lokasi tanpa tindak lanjut. Warga
membutuhkan tindakan konkret, bukan sekadar wacana.
Sudah saatnya pemerintah memahami bahwa infrastruktur yang memadai adalah
hak dasar masyarakat, bukan sekadar proyek politis yang hanya digaungkan saat
masa kampanye.
Jembatan Gantung Pelita, yang dulu menjadi simbol pembangunan, kini menjadi
cerminan ketidakpedulian. Akankah pemerintah tetap membiarkan warga bertaruh
nyawa setiap hari, atau akhirnya mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan
warganya. (*)
Berita Lainnya
-
Warga Metro dan Lamtim Minta Pelebaran Jembatan Kuning Demi Kelancaran Lalu Lintas
Jumat, 14 Februari 2025 -
LSM Getar Pertanyakan Pengawasan Pemkot Metro Soal Besi Penutup Trotoar yang Hilang
Kamis, 13 Februari 2025 -
LSM Getar Pertanyakan Pengawasan Pemkot Metro Soal Besi Penutup Trotoar yang Hilang
Kamis, 13 Februari 2025 -
Kurangi Kemiskinan di Metro, BAZNAS Tawarkan Program Gasibu
Rabu, 12 Februari 2025