Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dr Abdul Qodir Zaelani MA, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL), menjadi narasumber dalam Scopus Article Publication Technique Workshop 2025 yang diselenggarakan oleh Shariah Research Center Faculty of Islamic Studies Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

Acara ini berlangsung secara hybrid di Meeting Room Faculty of Islamic Studies UKM dan melalui Google Meet, pada Senin, 10 Februari 2025.

Dalam workshop ini, Dr AQJ—sapaan akrabnya—membawakan materi Writing Journal Articles Accepted by Scopus: Tips and Tricks. Sebagai Editor in Chief Jurnal Al-‘Adalah Fakultas Syariah, yang telah terindeks Scopus, serta editor dan reviewer di beberapa jurnal bereputasi lainnya, ia berbagi pengalaman dalam mengelola dan menulis artikel untuk publikasi di jurnal Scopus.

“Ada beberapa alasan mengapa artikel ditolak oleh jurnal Scopus, di antaranya karena tidak sesuai dengan scope jurnal, bahasa Inggris yang tidak standar, struktur yang tidak sistematis, abstrak yang tidak lengkap, serta ketidaksinkronan antara tujuan penelitian, metode, dan kesimpulan,” ujar Dr AQJ di hadapan dosen dan lebih dari 30 mahasiswa pascasarjana Universiti Kebangsaan Malaysia.

Dr AQJ yang juga sebagai Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Dosen Hukum Keluarga Islam ( DPP PDHKI) Indonesia juga berharap kerja sama akademik ini terus terjalin secara berkesinambungan.

“Semoga kolaborasi semacam ini terus berjalan dengan baik dan menjadi bagian dari pilar internasionalisasi UIN Raden Intan Lampung,” pungkasnya.

Ketua Shariah Research Center Faculty of Islamic Studies UKM, Dr Nik Abdul Rahim Nik Abdul Ghani, dalam sambutannya mengapresiasi keterlibatan Dr AQJ dalam workshop ini.

Ia menyebut kegiatan tersebut sebagai bagian dari implementasi MoU dan MoA antara UKM dan UIN Raden Intan Lampung, serta tindak lanjut dari kunjungan mahasiswa pascasarjana UIN RIL ke Faculty of Islamic Studies UKM dalam berbagai aktivitas akademik.

"Semoga kerja sama ini terus berlanjut, tidak hanya dalam kegiatan hybrid, tetapi juga secara offline (tatap muka), baik dari UIN Raden Intan Lampung ke Universiti Kebangsaan Malaysia maupun sebaliknya,” ujar Dr Nik Abdul Rahim. (*)