• Selasa, 11 Februari 2025

Perluasan Kandang Badak di Hutan TNWK Tuai Penolakan LSM dan Ormas

Selasa, 11 Februari 2025 - 14.17 WIB
65

Ilustrasi

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Rencana perluasan kandang badak Ring 3 yang akan dilakukan oleh Suaka Rhino Sumatra (SRS) di tengah hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) menuai pro dan kontra.

Tidak hanya tokoh adat, namun juga sejumlah lembaga sosial masyarakat (LSM) dan organisasi masyarakat (ormas) yang peduli terhadap kelestarian hutan TNWK turut angkat suara, mempertanyakan apakah proyek ini benar-benar bermanfaat bagi pelestarian badak atau justru hanya menjadi ajang bisnis bagi para petinggi.

Ketua DPW Barak NKRI Provinsi Lampung, Joko Priyono, mempertanyakan apakah sudah dilakukan kajian atau riset mendalam mengenai perluasan kandang badak ini.

"Apakah perluasan kandang badak Ring 3 benar-benar dibutuhkan untuk pengembangbiakan badak, atau hanya sekadar proyek bisnis?" ujar Joko. Selasa (11/2/2025).

Menurutnya, perluasan kandang ini berpotensi merusak keseimbangan ekosistem hutan yang ada. "Jika ini diteruskan, saya yakin akan ada dampak buruk terhadap tatanan hutan. Oleh karena itu, saya beserta kelembagaan menolak rencana perluasan tersebut," tegas Joko.

Ia juga menyampaikan analisis dan dugaan bahwa proyek ini lebih merupakan kepentingan bisnis daripada pelestarian alam. "Proyek ini sifatnya besar dan bernilai fantastis. Tak heran jika banyak pihak-pihak yang terlibat, termasuk petinggi Balai TNWK,” katanya.

Di sisi lain, Sekretaris Forum Rembuk Desa Penyangga (FRDP), Sayuti, mengajak untuk meninjau ulang rencana perluasan kandang badak Ring 3. Menurut Sayuti, Taman Nasional Way Kambas bukan hanya tempat bagi badak, tetapi juga rumah bagi berbagai spesies lainnya, seperti tapir, siamang, rusa, gajah, dan lainnya yang juga harus dilindungi.

"Proyek ini tentu akan mengusik kenyamanan satwa-satwa lain. Kita harus mengantisipasi potensi kelangkaan satwa-satwa ini agar tetap menjadi bagian dari kekayaan hutan TNWK," tegas Sayuti.

Perluasan kandang badak Ring 3, yang dipandang sebagian kalangan sebagai proyek dengan nilai ekonomi besar, kini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah ini untuk kepentingan konservasi, atau hanya sekadar bisnis yang menguntungkan segelintir pihak?. (*)