• Selasa, 11 Februari 2025

Produksi Padi Lambar Capai 80.362 Ton, BNS dan Suoh Penyumbang Terbesar

Senin, 10 Februari 2025 - 14.06 WIB
27

Kepala DTPH Lampung Barat Nata Djudin Amran. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) mencatat realisasi produksi gabah kering panen (GKP) pada tahun 2024 mencapai 80.362,1 ton, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

Kepala DTPH Lampung Barat Nata Djudin Amran mengatakan sebagai salah satu daerah penghasil gabah, produktivitas padi di Bumi Beguai Jejama Sai betik terus menunjukkan tren positif atau mengalami peningkatan setiap tahun.

"Untuk produktivitas gabah kering di tahun 2024 mencapai 80.3621,1 ton, dengan luas lahan produktif 10.464 hektare sehungga ini terus menunjukkan hasil yang positif," kata dia kepada wartawan saat di konfirmasi, Senin (10/2/2025).

Ia menambahkan, dengan produktivitas tersebut pemerintah kabupaten Lampung Barat terus mendorong peningkatan produksi setiap tahun, dimana untuk tahun 2025 target produksi diproyeksi mencapai 97.183,9 ton.

Nata menuturkan, ada beberapa wilayah yang menjadi sentra penghasil padi terbesar di Lampung Barat, diantaranya Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh (BNS), kedua kecamatan tersebut diharap terus meningkatkan produksi.

Ia menjelaskan, produksi rata-rata per hektare bisa mencapai 4,8 ton pada tahun 2024, sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 4,6 ton per hektare. "Artinya ada peningkatan produksi dan ini yang terus kita dorong," imbuhnya.

Namun demikian kata dia, ada beberapa kendala yang di hadapi para petani dalam meningkatkan produktivitas khususnya di kedua kecamatan tersebut, diantaranya potensi banjir dan adanya konflik satwa dengan manusia.

Nata menuturkan, dua kecamatan tersebut memang tercatat rawan terjadinya banjir khususnya pada musim hujan sebab kondisi geografis persawahan di wilayah tersebut dekat dengan aliran sungai-sungai besar.

"Jadi masalah cuaca yang buruk seperti hujan deras yang berpotensi banjir, dan juga konflik satwa liar di BNS Suoh sehingga petani lebih was-was saat hendak bertani, ini yang saat ini jadi kendala para petani," imbuhnya.

Untuk menangani persoalan tersebut kata dia, pihaknya juga terus berkoodinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas PUPR untuk melakukan penanganan darurat titik rawan banjir.

"Karena beberapa kendala musibah itu yang kadang tidak bisa kita lakukan respon segera, sehingga kita juga meminta para petani dapat membatasi kegiatan dan tetap berhati-hati saat menjalankan aktivitas bertani," pungkasnya. (*)