Harga Gas LPG 3 Kg di Metro Tembus Rp 27 Ribu
![](https://kupastuntas.co/uploads/posts/harga-gas-lpg-3-kg-di-metro-tembus-rp-27-ribu_20250209141645.png)
Ilustrasi
Kupastuntas.co, Metro - Warga Kota Metro kembali mengeluhkan kenaikan harga gas LPG 3 kilogram (kg) yang semakin tidak terkendali. Di tingkat pengecer, harga gas bersubsidi ini menembus diangka Rp 27.000 per tabung, jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET) resmi yang seharusnya hanya Rp 20.000 per tabung.
Kenaikan harga ini bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga mencerminkan masalah distribusi, pasokan, hingga dugaan permainan mafia gas yang mempermainkan harga demi keuntungan pribadi.
Kelangkaan LPG 3 kg mulai terasa sejak awal tahun 2025. Warga mengaku sulit mendapatkan gas melon ini, akibatnya masyarakat terpaksa membeli dari pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal.
"Saya sudah keliling ke beberapa warung, tapi kosong. Kalau pun ada, harganya sudah Rp 27 ribu. Ini memberatkan kami, apalagi bagi pedagang kecil yang butuh gas setiap hari," kata Novi (31) warga Iringmulyo, Metro Timur, Minggu (9/2/2025).
"Dulu saya beli di pangkalan Rp 20 ribu, sekarang harus ke pengecer dengan harga yang mahal. Kalau terus begini, kami masyarakat makin susah," imbuhnya.
Di sisi lain, pengecer mengaku tidak punya pilihan selain menjual mahal. Salah seorang pengecer di wilayah Metro Pusat yang enggan disebutkan identitasnya mengaku bahwa hanya mendapatkan stop gas elpiji terbatas setiap harinya.
"Kami juga beli dari pengepul, bukan dari pangkalan langsung. Kalau tidak ada stok di pangkalan, kami terpaksa beli mahal, ya dijual mahal juga. Itupun stoknya juga terbatas, sehari itu cuma dapat 2 tabung," ungkap seorang pemilik warung kelontongan di wilayah Metro Pusat.
Kini Masyarakat dan pedagang eceran di Kota Metro berharap pemerintah dapat mengatasi persoalan kelangkaan LPG dan harga jual di tingkat pengecer tinggi.
"Kita itu mengharapkan pemerintah itu turun untuk melakukan pengawasan distribusi dengan ketat, khususnya dari tingkat agen hingga pengecer untuk mencegah permainan harga," harapnya.
"Jika ditemukan pelanggaran, baik pangkalan, agen, maupun oknum yang terlibat harus ditindak tegas. Warga perlu diberi pemahaman soal hak mereka sebagai konsumen agar tidak mudah dimanfaatkan oleh spekulan," pungkasnya.
Masalah kenaikan harga LPG 3 kg di Kota Metro bukan sekadar isu ekonomi, tetapi juga soal keadilan bagi masyarakat kecil. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, bukan tidak mungkin harga akan terus melambung dan menambah beban rakyat.
Sementara itu, Dinas Perdagangan Kota Metro mengklaim telah melakukan pemantauan. Kepala Dinas Perdagangan, Elmanani melalui Kabid Perdagangan, Eni Purwanti menyebut bahwa pihaknya telah mengirimkan surat kepada agen-agen LPG untuk tetap menjual sesuai HET.
Sebelumnya, Disdag Kota Metro telah menyambangi sekitar 20 pangkalan LPG untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi terbaru.
Pada awalnya, terdapat kebijakan yang melarang pangkalan untuk menjual LPG 3 kg ke pengecer. Namun, kini aturan tersebut telah direvisi, dan pangkalan kembali diperbolehkan mendistribusikan gas subsidi ke pengecer.
"Pada monitoring kali ini, ada pangkalan yang sudah memahami aturan serta ada yang belum mengetahui perubahan kebijakan mengenai distribusi LPG 3 kg ke pengecer. Kini, pangkalan diperbolehkan kembali menjual kepada pengecer seperti sebelumnya," ujar Eni.
Keputusan ini diambil untuk mengatasi kelangkaan yang sempat terjadi akibat ketidakjelasan kebijakan distribusi. Namun, Eni menegaskan bahwa pengecer harus tetap beroperasi sesuai ketentuan agar tidak terjadi lonjakan harga yang merugikan masyarakat.
Perbedaan harga LPG 3 kg di berbagai daerah dipengaruhi oleh biaya distribusi, mulai dari biaya transportasi hingga kondisi geografis. Di Provinsi Lampung, faktor cuaca dan penyebrangan laut turut mempengaruhi harga jual di pasaran.
"Biaya angkut dari pusat distribusi ke daerah berbeda-beda, sehingga HET tidak bisa disamakan. Di Metro sendiri, selisih keuntungan dari agen ke pangkalan berkisar Rp2.500 hingga Rp3 ribu per tabung," terangnya.
Jika wacana pengecer menjadi subpangkalan direalisasikan, Eni memperkirakan harga jual LPG di tingkat pengecer akan berkisar Rp22 ribu hingga Rp23 ribu per tabung. Angka ini dinilai masih menguntungkan bagi pengecer sekaligus tetap terjangkau bagi masyarakat.
Meski kebijakan ini bertujuan untuk menata kembali distribusi LPG bersubsidi, tantangan utama yang dihadapi adalah memastikan pengecer yang ditunjuk sebagai subpangkalan benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik.
Disdag Metro menegaskan bahwa sistem pengawasan akan diperkuat untuk mencegah spekulan yang bisa memanfaatkan kebijakan ini demi keuntungan pribadi. Selain itu, sosialisasi akan terus dilakukan agar seluruh pelaku distribusi memahami aturan yang berlaku.
“Kami berharap kebijakan ini dapat berjalan dengan baik sehingga tidak ada lagi keluhan masyarakat terkait kelangkaan ataupun harga LPG 3 kg yang melambung tinggi,” tandasnya.
Dengan adanya perubahan ini, diharapkan distribusi LPG subsidi di Kota Metro dapat lebih tertata dan harga di tingkat pengecer tetap terkendali, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan. (*)
Berita Lainnya
-
Berikut Ini Sembilan Sasaran Prioritas Operasi Keselamatan Krakatau 2025 di Metro
Senin, 10 Februari 2025 -
Kebakaran Hanguskan Toko Velg dan Ban Mobil di Metro Lampung
Sabtu, 08 Februari 2025 -
Hak Jawab Universitas Dharma Wacana, Rektor Soni Isnaini: Telah Berstatus Terakreditasi, Namun Masih Dalam Proses Migrasi Data Akademik
Jumat, 07 Februari 2025 -
Kondisi Gapura Perbatasan Metro Utara-Lampung Tengah Memprihatinkan dan Butuh Perbaikan
Jumat, 07 Februari 2025