• Selasa, 21 Januari 2025

Penyebab Banjir Kota Metro karena Drainase Tidak Berfungsi Optimal

Selasa, 21 Januari 2025 - 09.55 WIB
82

Assisten II Setda Kota Metro, Yeri Ehwan. Foto: Dok.

Kupastuntas.co, Metro - Banjir besar yang melanda Kota Metro pada Kamis dan Jumat (16-17 Januari 2025) lalu, rumah-rumah di Kelurahan Mulyojati dan Tejoagung terendam air, memaksa warga mengungsi dan menghadapi kerugian material yang belum dapat dihitung.

Asisten II Setda Kota Metro, Yeri Ehwan, mengakui bahwa sistem drainase induk tidak mampu mengalirkan air hujan dengan volume besar, terutama saat intensitas hujan tinggi.

"Saluran induk kita tidak berfungsi optimal. Pendangkalan di anak sungai Way Batanghari dan Sungai Bunut memperparah situasi, sehingga air meluap ke pemukiman warga," kata Yeri kepada awak media, Selasa (21/1/2025).

Ia juga memaparkan bahwa drainase buatan di kota Metro menghadapi berbagai masalah, mulai dari penyumbatan, kerusakan, dimensi yang tidak memadai, hingga sedimentasi yang parah.

"Pengangkatan lumpur di saluran drainase menjadi prioritas, begitu juga perbaikan pada saluran yang rusak. Namun, ini baru langkah awal," ucapnya.

Dalam menghadapi banjir, Pemkot Metro menyusun dua pendekatan yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Yeri menjelaskan bahwa langkah jangka pendek mencakup pengangkatan lumpur hingga pembangunan pintu air.

"Kita perlu melakukan pengangkatan lumpur di drainase pemukiman. Kemudian perlu dilakukan perbaikan saluran drainase yang rusak dan pembangunan pintu air di anak sungai way Batanghari dan way Bunut untuk mengontrol debit air saat hujan deras," jelasnya.

Yeri juga menerangkan bahwa Pemkot Metro berencana mengajukan proposal kepada Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kemenko Infrastruktur guna mendapatkan dukungan anggaran untuk revitalisasi sistem drainase.

Tak hanya itu, sebagai respons cepat, pemerintah menyalurkan 200 porsi nasi kotak ke warga terdampak di Kelurahan Mulyojati dan Tejoagung. Selain itu, Food Bank juga disebut Yeri telah mendistribusikan 400 porsi nasi bungkus ke rumah-rumah korban banjir.

"Hingga kini, kami masih menghitung total kerugian material dan non-material akibat banjir. Data jumlah rumah yang terendam pun belum sepenuhnya terkumpul," ungkapnya.

Meskipun begitu, banyak warga merasa bantuan ini hanya solusi sementara tanpa menyelesaikan akar permasalahan. Banjir yang terus berulang setiap musim hujan menjadi bukti kelemahan tata kelola infrastruktur di Kota Metro.

"Kami bersyukur atas bantuan makanan, tapi ini tidak cukup. Banjir seperti ini selalu terjadi, dan kami hanya disuruh menunggu. Kami berharap pemerintah untuk segera bertindak, bukan hanya dengan solusi jangka pendek, tetapi juga kebijakan yang berorientasi pada pencegahan bencana di masa depan," ucap Julian, warga Margorejo yang terdampak banjir.

"Kita butuh perbaikan drainase besar-besaran. Tidak bisa hanya tambal sulam. Kalau terus begini, setiap hujan deras, kita yang jadi korban," imbuhnya. (*)