• Kamis, 16 Januari 2025

Unila Gelar Anugerah Be Strong dan Festival Kebudayaan untuk Perkuat Identitas Bangsa di Era Globalisasi

Kamis, 16 Januari 2025 - 16.22 WIB
28

Universitas Lampung (Unila) saat menggelar acara Anugerah Be Strong dan Festival Kebudayaan dan Cinta Tanah Air di Gedung Serbaguna Unila, Kamis (16/1/2025). Foto: Sri/kupastuntas.co

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Universitas Lampung (Unila) menggelar acara Anugerah Be Strong dan Festival Kebudayaan dan Cinta Tanah Air di Gedung Serbaguna Unila, Kamis (16/1/2025).

Acara yang berlangsung meriah ini dihadiri berbagai tokoh penting seperti Direktur Sejarah dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Prof. Dr. Agus Mulyana, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Dr.Beny Bandanadjaja, dan Pj. Gubernur Lampung Samsudin serta berbagai tokoh nasional dan seniman terkemuka.

Mengusung tema 'Menguatkan Identitas Bangsa melalui Kebudayaan di Era Globalisasi', acara ini dirancang sebagai upaya memperkokoh nilai budaya di tengah arus globalisasi yang semakin deras.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program strategis Be Strong yang digagas Unila untuk memperkuat posisi universitas sebagai World Class University.

Program ini menekankan pelestarian budaya, pengembangan inovasi, dan pemberdayaan generasi muda agar mampu bersaing di tingkat global tanpa melupakan akar budaya bangsa.

Dalam sambutannya, Rektor Unila Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani menegaskan pentingnya peran budaya sebagai kekuatan strategis dalam menghadapi tantangan global.

Ia mencontohkan negara-negara maju di Asia seperti Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, dan India yang berhasil memanfaatkan budaya sebagai daya tarik global.

"Negara-negara tersebut mampu membuktikan bahwa budaya tidak hanya menjadi identitas nasional, tetapi juga kekuatan ekonomi dan diplomasi global. Indonesia dengan kekayaan budaya yang luar biasa memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah internasional. Melalui acara ini, Unila ingin mengingatkan pentingnya budaya sebagai fondasi dalam membangun bangsa yang berdaulat dan disegani dunia," ujar Prof. Lusmeilia dalam pidatonya.

Acara ini menampilkan berbagai pertunjukan seni yang menggabungkan unsur tradisional dan modern.

Penampilan dari Guyon Waton dengan musik khas Jawa yang berpadu dengan modernitas, serta Noe Letto yang dikenal dengan gaya musik kontemporer bernuansa filosofi, mampu memukau para penonton. Grup musik Batas Senja juga menampilkan harmoni musik yang menyentuh dengan pesan cinta tanah air.

Selain pertunjukan seni, acara ini juga menghadirkan dialog kebudayaan yang mempertemukan berbagai tokoh nasional dengan generasi muda.

Andrea Hirata, sebagai salah satu narasumber, mengungkapkan bahwa budaya tidak hanya tentang seni dan tradisi, tetapi juga nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa.

Pj Gubernur Lampung, Samsudin, turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan acara ini. Dalam sambutannya, ia menyoroti pentingnya pelestarian budaya Lampung seperti siger, tapis, dan tradisi nyeruit yang menjadi identitas kultural masyarakat setempat.

Ia juga mengajak seluruh pihak untuk terus melestarikan budaya lokal agar dapat dikenalkan ke tingkat nasional dan internasional.

"Bali telah membuktikan bahwa kemajuan daerah dapat berjalan beriringan dengan pelestarian budaya. Lampung pun memiliki potensi yang sama, dengan kekayaan budaya yang tidak kalah unik. Kita harus terus menjaga dan mempromosikan budaya Lampung agar dikenal dunia," tegas Samsudin.

Acara ini juga menjadi ajang penghargaan bagi individu dan kelompok yang telah berkontribusi dalam pelestarian budaya di Lampung. Penghargaan diberikan sebagai bentuk apresiasi atas upaya mereka dalam menjaga warisan budaya di tengah arus modernisasi.

Dengan suksesnya acara ini, Unila berharap dapat terus menjadi pelopor dalam upaya pelestarian budaya dan pembangunan karakter bangsa yang berwawasan global.

Kegiatan ini diharapkan mampu mempererat rasa cinta tanah air di kalangan generasi muda sekaligus mendorong mereka untuk bangga dengan budaya sendiri.

Unila berkomitmen untuk terus menggelar kegiatan serupa di masa depan sebagai bagian dari upaya mendukung visi Indonesia Emas 2045, yang menargetkan Indonesia sebagai negara maju dengan tetap berakar pada nilai budaya bangsa. (*)