• Rabu, 15 Januari 2025

Lampung Dilanda 99 Kali Bencana Selama Tahun 2024

Selasa, 14 Januari 2025 - 11.28 WIB
33

Salah satu bencana angin puting beliung di Bandar Lampung September 2024. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung mencatat terjadi 99 kali bencana selama tahun 2024 di daerah setempat.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Instagram resmi BPBD Provinsi Lampung, selama Januari terjadi 7 kali bencana dan menyebabkan 1 orang hilang. Dimana bencana itu terdiri dari banjir 5 kejadian dan angin kencang 2 kejadian.

Akibat banjir tersebut menyebabkan satu unit bangunan rusak dan angin kencang menyebabkan 15 unit bangunan rusak dengan kerugian mencapai Rp120 juta.

Kemudian Februari terjadi 16 kejadian bencana, dimana terdapat 10 kali bencana banjir, 5 kali angin kencang dan 1 kali tanah longsor. Ada 1 korban hilang, 235 unit bangunan mengalami kerusakan dengan kerugian mencapai Rp155 juta.

Selanjutnya pada Maret tercatat ada 7 kali kejadian bencana yakni 3 kali kejadian banjir dan 4 kali angin kencang. Bencana ini mengakibatkan 2 orang mengalami luka-luka, 473 unit bangunan rusak dengan total kerugian mencapai Rp175 juta.

April tercatat ada 7 kejadian bencana yang terdiri dari 2 kejadian banjir dan 5 kejadian pohon tumbang. Akibat bencana tersebut menyebabkan 19 unit bangunan rusak.

Mei tercatat ada 9 kejadian bencana, diantaranya 7 bencana banjir dan 2 bencana angin kencang. Bencana alam pada Mei menyebabkan 4 korban meninggal dunia dan 2 korban hilang.

Akibat bencana ini menyebabkan 1.288 unit bangunan rusak dengan kerugian mencapai Rp82 juta.

Juni terdapat 2 kejadian bencana yakni 1 banjir dan 1 angin kencang yang menyebabkan 1 korban luka-luka, 106 unit bangunan rusak dengan kerugian mencapai Rp25 juta.

Juli terdapat 4 kejadian bencana dengan rincian 3 kali bencana angin kencang dan karhutla 1 kali. Bencana ini menyebabkan 121 unit bangunan rusak dengan kerugian Rp135 juta.

Agustus terdapat 7 kejadian bencana dengan rincian angin kencang 3 kali, karhutla 4 kali. Bencana tersebut menyebabkan 95 unit bangunan rusak dan kerugian Rp72 juta.

September ada 9 kejadian bencana dengan rincian karhutla 3 kejadian dengan total luasan 20 hektar, angin kencang 6 kejadian dengan total kerusakan 20 bangunan dan kerugian Rp55 juta.

Oktober ada 4 kejadian bencana dengan rincian 2 kejadian angin kencang, 1 kejadian banjir dan 1 kejadian tanah longsor, total 16 unit bangunan rusak, tidak ada kerugian.

November ada 13 kejadian bencana dengan rincian 12 angin kencang dan 1 kajadian tanah longsor, total 164 unit bangunan rusak dengan kerugian Rp20 juta.

Desember ada 14 kejadian bencana dengan rincian 10 angin kencang, 4 banjir, sebanyak 1 unit bangunan rusak dengan kerugian Rp20 juta. Tidak ada korban jiwa. 

Pihak BPBD Provinsi Lampung memasang 30 alat early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini di lima daerah dengan risiko tinggi bencana banjir. Langkah ini dilakukan untuk mendeteksi dan memprediksi bencana hidrometeorologi guna mengurangi dampak yang mungkin terjadi.

Kepala BPBD Lampung, Rudy Sjawal Sugiarto, mengungkapkan bahwa pemasangan EWS difokuskan di Lampung Selatan, Way Kanan, Lampung Barat, Tulang Bawang, dan Tulangbawang Barat.

"Alat ini dipasang di kabupaten dengan potensi tinggi bencana hidrometeorologi basah. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir," jelas dia.

Rudy menerangkan, EWS yang berbasis internet ini terhubung langsung dengan Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Provinsi Lampung. "Setiap kejadian banjir akan terekam oleh EWS dan langsung diteruskan ke Pusdalops sebagai acuan untuk langkah antisipasi," tambah Rudy.

Selain banjir, lanjut Rudy, BPBD juga merencanakan pengadaan EWS untuk mendeteksi bencana lain seperti tsunami dan likuifaksi. "Kedepannya, alat EWS akan dipasang di titik-titik yang sering mengalami bencana besar yang berdampak signifikan bagi masyarakat," katanya.

Rudy berujar EWS ini menggunakan tenaga surya dan mampu memancarkan sinyal secara otomatis saat mendeteksi kenaikan permukaan air. Data yang terekam mencakup lokasi dan ketinggian air, sehingga memungkinkan tindakan cepat untuk meminimalkan kerugian. (*)