Polemik Harga Singkong, Akademisi Unila Beri Solusi Pemberian Subsidi Pupuk bagi Petani
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Ratusan petani singkong yang tergabung
dalam Perkumpulan Petani Ubi Kayu Indonesia (PPUKI) Lampung menggelar aksi
demonstrasi di halaman Kantor Gubernur Provinsi Lampung, Senin (13/1/2025).
Aksi ini dipicu oleh anjloknya harga singkong yang hanya bertahan di Rp900
per kilogram, jauh di bawah harga yang dijanjikan sebelumnya oleh Penjabat (Pj)
Gubernur Lampung, yakni Rp1.400 per kilogram dengan rafraksi sebesar 15%.
Janji tersebut hingga kini belum direalisasikan, sehingga memicu kekecewaan
di kalangan petani yang merasa dirugikan secara ekonomi. Para petani mendesak
pemerintah daerah segera merealisasikan komitmen tersebut demi menjaga
kesejahteraan mereka yang bergantung pada hasil panen singkong.
Menanggapi persoalan ini, Akademisi sekaligus Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila), Asrian
Hendi Cahya, memberikan pandangan terkait faktor-faktor yang memengaruhi
anjloknya harga singkong. Menurutnya, harga singkong pada dasarnya ditentukan
oleh mekanisme pasar, yakni permintaan dan penawaran.
Ia mengakui bahwa kesepakatan yang pernah dibuat antara pemerintah dan
pengusaha merupakan langkah positif dalam melindungi petani, namun langkah
tersebut harus diiringi dengan regulasi yang berkelanjutan.
"Harga singkong sangat dipengaruhi oleh keseimbangan antara produksi
yang dihasilkan petani dengan kebutuhan perusahaan tapioka. Ketika permintaan
dari industri makanan menurun, tentu saja penyerapan singkong oleh pabrik akan
berkurang, sehingga harga jatuh. Sebaliknya, produksi yang berlebihan tanpa
keseimbangan permintaan akan menyebabkan kelebihan pasokan yang turut menekan
harga," jelas Asrian. Senin (13/1/25).
Ia menekankan bahwa tanggung jawab menjaga kestabilan harga tidak hanya
terletak pada petani atau perusahaan semata, melainkan juga pemerintah pusat
yang memiliki wewenang dalam mengatur kebijakan impor dan insentif bagi
industri singkong.
Salah satu kebijakan yang perlu dikaji ulang adalah kebijakan impor tepung
tapioka. Menurutnya, jika impor tidak dikendalikan, permintaan dalam negeri
terhadap singkong akan terganggu karena pasar sudah dipenuhi produk impor
dengan harga yang lebih murah.
"Impor tepung tapioka yang tidak terkontrol bisa mempengaruhi
penyerapan singkong dalam negeri. Jika pasokan tepung berlebih di pasar, maka
permintaan terhadap singkong akan menurun. Di sini, peran pemerintah sangat
penting untuk mengatur kebijakan impor agar petani lokal tetap
terlindungi," tambahnya.
Lebih lanjut, Asrian menyoroti pentingnya upaya pemerintah dalam mendorong
produktivitas petani singkong secara berkelanjutan. Salah satu solusi yang
diusulkan adalah pemberian subsidi pupuk.
"Peningkatan produktivitas melalui ketersediaan pupuk subsidi sangat
penting. Jika produktivitas meningkat, hasil panen yang melimpah bisa mengompensasi
penurunan harga di pasar," ujarnya.
Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif fiskal
kepada pabrik tapioka dengan cara membebaskan atau mengurangi Pajak Pertambahan
Nilai (PPN). Langkah ini diyakini dapat menekan biaya produksi pabrik, sehingga
mereka mampu membeli bahan baku singkong dengan harga yang lebih layak bagi
petani.
"Jika PPN untuk pabrik tapioka dikurangi atau dihapuskan, tentu biaya
produksi mereka akan lebih rendah. Penghematan ini bisa dialihkan menjadi harga
beli singkong yang lebih baik bagi petani. Apalagi, komoditas pesaing singkong
seperti terigu mendapat kebijakan bebas bea impor," terangnya.
Selain itu, pentingnya evaluasi berkala terhadap kebijakan harga komoditas.
Menurutnya, transparansi dalam penentuan harga harus diterapkan, sehingga
petani tidak lagi merasa dirugikan.
"Pemerintah harus memastikan adanya komunikasi yang baik dengan semua
pihak, mulai dari petani, pabrik, hingga distributor. Penentuan harga yang
transparan dan berkeadilan akan menciptakan stabilitas jangka panjang bagi sektor
pertanian," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Unila Sukses Gelar Webinar Internasional Bahas Deep Learning dalam Konteks Indonesia dan Global
Senin, 13 Januari 2025 -
FEB Unila Gelar Sidang Ujian Terbuka Promosi Doktor untuk Ida Jaya
Senin, 13 Januari 2025 -
Edison Raih Gelar Doktor ke-9 Program Ilmu Lingkungan Unila
Senin, 13 Januari 2025 -
PTPN I Regional 7 Nyatakan Eksekusi Lahan Sidosari Tuntas, Libatkan 250 Personel Gabungan
Senin, 13 Januari 2025