Kasus DBD di Metro Lampung Meningkat Hingga 600 Persen, Ruang IGD Dilaporkan Penuh
Kupastuntas.co, Metro - Bumi Sai Wawai yang selama ini dikenal sebagai Kota bermoto Berpendidikan, Sehat, Sejahtera dan Berbudaya, kini menghadapi ancaman kesehatan serius dengan lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Data dari Dinas Kesehatan Metro menunjukkan peningkatan mengejutkan, dari 122 kasus pada 2023 menjadi 735 kasus sepanjang 2024, atau mencapai 600 persen lebih. Memasuki Januari 2025, empat kasus baru kembali tercatat, menjadikan tahun baru ini dimulai dengan kekhawatiran.
Peningkatan ini membuat Kota Metro ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Situasi ini kian mengkhawatirkan seiring datangnya musim penghujan, yang mempercepat penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama virus dengue.
Program Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (Gertak) yang diharapkan menjadi solusi nyatanya belum berjalan optimal. Padahal Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota setempat telah menggalakkan program Gertak untuk menekan angka kasus DBD.
Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kota Metro Dr. Eko Hendro Saputra melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Verawati Nasution, menegaskan bahwa program Gertak telah menekankan penerapan 3M+.
Penerapan tersebut telah dijalankan dengan metode menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, mendaur ulang barang bekas, ditambah dengan penggunaan abate dan tindakan lain seperti lotion anti-nyamuk.
"Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan program ini. Namun, tantangan di lapangan adalah konsistensi pelaksanaan PSN,” kata Vera, Selasa (7/1/2025).
Meski upaya pencegahan terus digaungkan, Vera mengakui efektivitas program ini masih terkendala oleh rendahnya kesadaran masyarakat. Banyak warga yang belum memahami pentingnya langkah preventif untuk memutus siklus hidup nyamuk.
Di tengah lonjakan kasus, rumah sakit di Kota Metro dinilai mulai kewalahan. Dari investigasi di RSUD Ahmad Yani misalnya, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dilaporkan penuh dengan pasien.
Berdasarkan pengamatan, pasien dengan gejala DBD seperti demam tinggi, sakit kepala, hingga tanda-tanda pendarahan mendominasi jumlah rawat inap.
Salah satu keluarga pasien mengungkapkan, mereka harus menunggu lama sebelum mendapatkan penanganan ke kamar pasien karena antrean yang panjang.
Namun, pihak RSUD belum memberikan keterangan resmi terkait kondisi terkini. Dugaan ketidaksiapan fasilitas kesehatan dalam menghadapi lonjakan DBD ini menambah kekhawatiran masyarakat.
Dari sejumlah refrensi yang dihimpun, lonjakan kasus DBD di Kota Metro tidak lepas dari beberapa faktor. Diantaranya ialah curah hujan tinggi, yang mana pada musim penghujan menciptakan banyak genangan air, yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk berkembang biak.
Kemudian, kurangnya kesadaran masyarakat. Banyak warga yang abai terhadap kebersihan lingkungan, terutama dalam memberantas tempat perkembangbiakan nyamuk.
Terakhir ialah urbanisasi dan kepadatan penduduk. Kota Metro yang terus berkembang menghadapi masalah tata kelola lingkungan yang belum optimal.
Menanggapi fenomena DBD, Aktivis Pemuda Cinta Lingkungan, I Putu Setiawan juga menyoroti isu tersebut. Ia mengaku bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah riset terkait dengan isu lingkungan dan penyebaran DBD di Metro.
"Lingkungan padat penduduk dengan sanitasi buruk adalah kombinasi ideal untuk penyebaran DBD. Jika tidak ada langkah serius, situasi ini akan semakin sulit dikendalikan,” kata dia saat dikonfirmasi, Rabu (8/1/2025).
Pria yang akrab disapa Bung Putu itu juga menyebut bahwa upaya Pemkot Metro yang merencanakan beberapa langkah untuk menangani situasi ini telah dirasakan sebagian besar masyarakat.
"Yang kami tahu pemerintah telah melakukan peningkatan frekuensi fogging di wilayah rawan, pembagian abate gratis dan edukasi intensif kepada masyarakat melalui Posyandu dan Puskesmas. Namun, langkah ini belum cukup. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tetapi tidak menyelesaikan akar masalah yaitu pemberantasan jentik,” ujarnya.
Aktivis tersebut juga menilai perlunya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah yang menjadi kunci keberhasilan pengendalian DBD di Kota Metro. Pemkot diminta lebih proaktif dalam melibatkan tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok pemuda untuk menggerakkan kampanye kebersihan lingkungan.
"Krisis DBD di Kota Metro adalah pengingat keras bahwa ancaman kesehatan bisa menyerang kapan saja jika tidak ada langkah preventif yang konsisten. Dengan lonjakan kasus yang terus meningkat, Kota Metro harus bergerak cepat dan terkoordinasi untuk memutus rantai penyebaran virus dengue. Tanpa itu, ancaman ini akan terus membayangi kesejahteraan masyarakat," tandasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Ditetapkan Jadi Walikota Terpilih, Mubaraq Ajak Parpol Bersinergi Bangun Kota Metro
Kamis, 09 Januari 2025 -
Kasus DBD Naik 600 Persen, DPRD Soroti Kesiapan Fasilitas Kesehatan di Kota Metro
Kamis, 09 Januari 2025 -
Terungkap, Dokumen Perizinan Alih Fungsi Ruko Sudirman Kota Metro Jadi Hotel Diduga Belum Lengkap
Kamis, 09 Januari 2025 -
Mobil Rental yang Digelapkan di Jakarta Timur Ditemukan di Metro Lampung
Selasa, 07 Januari 2025