• Rabu, 08 Januari 2025

Tiga Induk Badak di SRS TNWK Berpotensi Hamil di 2025, drh. Dedi: Perlu Perluasan Teritorial

Selasa, 07 Januari 2025 - 08.19 WIB
104

Seorang keperluan badak di SRS pulang dari kandang badak usai memberi pakan dan memandikan. Foto: Agus/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Tiga induk badak Sumatera yang berada di penangkaran Suaka Rhino Sumatra (SRS) Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) diprediksi memiliki potensi untuk hamil pada tahun 2025.

drh. Dedi S. Pahlawan, dokter hewan yang bertugas merawat kesehatan badak-badak tersebut, menegaskan bahwa kondisi kesehatan ketiga induk badak cukup optimal untuk proses reproduksi di tahun yang akan datang.

Tiga induk badak yang memiliki potensi hamil di tahun 2025 ini yaitu bernama Delilah, Rosa dan Ratu. Sementara jumlah badak yang ada di SRS sebanyak 10 ekor untuk perawatan kesehatan setiap hari dilakukan pemeriksaan oleh keperluan (pawang) jika terdapat badak yang luka atau sakit baru memberi laporan kepada tim medis SRS.

"Penyakit yang sering kami temukan relatif, cuma luka kecil goresan dan diare, tapi masih tahap ringan. Artinya masih mudah kami sembuhkan, sehingga kondisi badak bisa kami katakan sehat semua," kata Dedi S Pahlawan, saat dikonfirmasi, Senin (6/1/2025).

Jika tahun depan tiga ekor badak lahir, SRS (Sanctuary Rhino Sumatera) harus menambah satu ring lagi. Hal ini dikarenakan populasi badak di SRS akan bertambah menjadi 13 ekor, sementara setiap badak membutuhkan wilayah teritorial seluas 20 hektare.

Penambahan ring ini lanjutnya, menjadi langkah penting untuk memastikan kebutuhan ruang hidup badak tetap terpenuhi.

"Untuk saat ini SRS memiliki 2 ring dengan luas 200 hektar luasan tersebut cukup untuk 10 ekor badak, untuk suplai pakan di dalam bisa kami katakan cukup namun tetap menyuplai pakan dari luar yang kami beli dari masyarakat," kata Dedi S Pahlawan.

Dedi menegaskan bahwa meskipun memungkinkan untuk melepaskan badak dari penangkaran ke habitat liar, keselamatan badak tersebut tidak dapat dijamin.

Ia juga menyoroti kondisi populasi badak Sumatra yang saat ini berada dalam situasi yang sangat memprihatinkan.

Ancaman utama bagi badak di habitat liar, khususnya di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), bukan berasal dari predator alami seperti harimau.

Hingga saat ini, tidak ada bukti maupun indikasi bahwa harimau memangsa badak di kawasan tersebut. Justru, perburuan liar menjadi ancaman yang jauh lebih serius.

"Karena di hutan TNWK tingkat prilaku ilegal dalam hutan masih banyak terjadi, baik ilegal fishing ataupun berburu burung dan satwa lainnya seperti Menjangan," pungkasnya. (*)