Limbah Singkong Rejeki Pekerja Buruh di Lampung Timur
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Onggok tampak menghampar dan menggunung setinggi lutut orang dewasa, baunya sedikit menyengat berwarna putih sedikit coklat.
Onggok merupakan residu atau ampas yang dihasilkan dari proses pengolahan singkong, terutama ketika singkong diproses menjadi tepung tapioka.
Onggok ini merupakan sisa dari pati singkong yang tidak larut dalam air.
Namun bau kurang sedap tidak menjadi persoalan bagi beberapa buruh pengumpul limbah dari perusahaan penggilingan singkong yang ada di wilayah Kecamatan Labuhanratu, Kabupaten Lampung Timur.
Seperti yang dilakoni oleh salah seorang pria bernama Joko, dengan cekatan kedua tangannya memasukan onggok (limbah singkong) kedalam karung ukuran 50 kilogram (Kg).
Tanpa penutup hidung, tanpa penutup kepala (topi) terik panas matahari dan bau kurang sedap tidak membuat risih pria 40 tahun tersebut, dan beberapa orang lainnya juga asyik melakoni aktifitas yang sama.
"Cari rejekinya bisanya cuma buruh mas, walau bau ya terpaksa dilakoni saja, buruh mengumpulkan onggok kan tidak perlu ijazah tidak perlu syarat syarat yang aneh aneh, yang penting tahan dengan bau nya bisa kerja," kata Joko sambil memasukan onggok kedalam karung.
Setiap hari tanpa ada libur, lokasi pembuangan limbah hasil penggilingan singkong di salah satu perusahaan singkong dimaksud selalu ramai dengan pekerja buruh pengepul onggok, dalam sagu karung ukuran 50 kg Joko mendapat upah Rp2 ribu rupiah.
"Namanya kerja buruh apalagi cuma buruh ngumpulin limbah singkong, upahnya cuma Rp2 ribu satu karung nya, rata rata sehari dari pukul 10 pagi sampai 4 sore bisa dapat 34 karung, jadi dapat upah 80 ribu," terang pria tersebut.
Proses untuk mendapat onggok, pekerja lebih dulu memasukan selang ukuran besar kedalam lokasi pembuangan limbah singkong, dengan tenaga Alkon (penyedot air) sebagai mesin pengumpul onggok yang sudah di rakit sedemikian rupa.
Joko mengaku dirinya hanya bekerja dengan seseorang pengepul onggok, modalnya hanya tenaga, karung dan alat penyedot sudah disiapkan oleh pengepul.
Dibalik baunya dan sering disebut sebagai limbah ternyata onggok bermanfaat sebagai bahan baku pakan ternak karena mengandung serat yang baik untuk pencernaan hewan, terutama ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba.
Seperti yang diungkapkan Aris, salah seorang pengepul onggok, dirinya melakoni menjadi pengepul onggok sudah belasan tahun.
Aris menjual onggok kepada peternak sapi dengan harga Rp10 ribu per karung ukuran 50 kg.
Dalam satu hari Aris bisa mengumpulkan onggok minimal 200 karung, dengan jumlah pekerja 5 orang, namun Aris mengeluarkan biaya untuk pekerja rata rata Rp 80 ribu untuk satu pekerja.
"Rata rata satu orang bisa mendapat 40 karung dalam satu hari, jika pekerjanya ada 5 orang Aris Haris mengeluarkan uang untuk upah pekerja Rp400 ribu per hari," kata Aris.
Dari harga onggok satu karung Rp10 ribu, Aris mengaku bisa mendapat keuntungan bersih Rp5 ribu per karung, selain di potong untuk biaya upah juga harus mengeluarkan biaya transportasi.
"Pembeli tidak harus datang kerumah saya atau ke lokasi pabrik, cukup nunggu di rumah saya mengantar dengan mengunakan mobil," jelas Aris yang tinggal di wilayah Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur.
Pesanan onggok setiap hari tidak kurang dari 150 karung, Aris sudah memiliki pasar, sudah memiliki pelanggan tetap, khusunya di seputaran Lampung Timur, mayoritas pelanggan nya adalah orang yang bergerak di bidang penggemukan sapi.
Salah seorang pelaku usaha penggemukan sapi, bernama Pingi mengungkapkan jika 15 ekor sapi yang diurusnya murni dikasih pakan rumput selain menguras tenaga dan harus mencari pekerja saat ini mencari rumput sudah tidak mudah.
Maka Pingi menyiasati memberikan pakan sapi dagangannya dengan onggok dan di campur rumput, beserta bahan lainnya semacam sentrat. Bahan bahan tersebut di olah dan difermentasikan.
"Kalau sapinya hanya 2 ekor masih mampu mas di kasih pakan rumput setiap hari, tapi saya penjual sapinya diatas 10 maka harus buat pakan fermentasi yang bahan utamanya didominasi dari onggok," terang Pingi. (*)
Berita Lainnya
-
Jenazah Tanpa Busana Ditemukan Warga Mengapung di Irigasi Taman Sari Lampung Timur
Sabtu, 21 Desember 2024 -
Korban Banjir Rob di Margasari Lamtim Ngeluh Bantuan Pemerintah Tidak Merata
Jumat, 20 Desember 2024 -
Dilema Penambang Pasir Ilegal di Sukorahayu Lamtim, Diantara Kebutuhan Hidup dan Was-was dengan Aparat
Selasa, 17 Desember 2024 -
Pria 60 Tahun Ditemukan Tewas di Dalam Parit Desa Gedung Dalam Lamtim
Minggu, 15 Desember 2024