• Rabu, 25 Desember 2024

Tradisi Baru di Tengah Musibah, Berburu dan Menyantap Belalang di Mesuji

Senin, 09 Desember 2024 - 10.17 WIB
50

Tradisi Baru di Tengah Musibah, Berburu dan Menyantap Belalang di Mesuji. Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Mesuji - Fenomena unik tengah berlangsung di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Warga ramai-ramai berburu belalang yang menyerang tanaman singkong di kawasan Register 45, Mesuji Timur.

Hama yang biasanya dianggap sebagai musibah di berbagai wilayah ini justru menjadi berkah kuliner bagi banyak orang.

Seorang warga lokal bernama Mukti, mengaku bahwa aktivitas berburu belalang kini menjadi kegiatan rutin.

"Sejak ada kabar hama belalang menyerang kebun singkong, banyak warga yang memburunya, termasuk saya," katanya.

Bahkan, warga dari luar daerah seperti Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, hingga Lampung Timur turut datang untuk menangkap belalang.

Mereka datang dengan berbagai perlengkapan seperti wadah galon untuk menyimpan hasil tangkapan.

"Belalang ini biasanya kami goreng kering untuk dijadikan camilan. Memang awalnya agak aneh, tapi banyak yang mencoba karena melihat referensi di media sosial," ujar Mukti.

Meski memberikan kesempatan bagi warga untuk berburu dan menciptakan alternatif kuliner, serangan hama ini meresahkan petani.

Seorang petani singkong bernama Usup (31), mengungkapkan kerugian besar yang dialaminya.

"Dedauan muda singkong habis dimakan belalang, membuat tanaman keriting dan kerdil. Hasil panen menjadi tidak maksimal," katanya dengan nada pasrah, seperti dikutip dari tribunnews.

Kadek Tike, Ketua Kelompok Masyarakat, menyebut serangan belalang telah merusak ratusan hektare lahan singkong. "Belalang merusak daun hingga hanya menyisakan tangkainya. Meski daun bisa tumbuh kembali, tanaman menjadi layu dan hasil panen tidak optimal," ujarnya.

Dinas Pertanian Mesuji telah melakukan langkah mitigasi untuk mengendalikan hama ini. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Halwan, menjelaskan bahwa insektisida telah didistribusikan ke petani terdampak.

"Kami juga khawatir serangan meluas ke tanaman pangan lain seperti jagung dan padi," jelasnya.

Menurut Halwan, serangan belalang ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk bertelurnya belalang secara massal sebelum musim hujan dan pembukaan lahan baru.

"Ketika hutan dibuka dan tidak ada lagi makanan alami, mereka menyerang kebun warga," tambahnya.

Fenomena ini tidak hanya menjadi masalah bagi petani tetapi juga menarik perhatian masyarakat umum. Terlihat jelas perbedaan antara kebun yang terdampak dan yang tidak. Kebun terdampak tampak gundul, dan belalang beterbangan seperti kawanan burung pipit.

Di sisi lain, bagi sebagian warga, berburu belalang menjadi peluang ekonomi baru. "Belalang ini ada yang dijual atau dikonsumsi sendiri. Lumayan menambah penghasilan," ungkap Mukti.

Aktivitas berburu ini menjadi semacam tradisi baru yang menghubungkan warga lokal dan pendatang.

Meski demikian, warga berharap serangan hama belalang segera teratasi. Selain menimbulkan kerugian bagi petani, keberlanjutan serangan ini berpotensi memengaruhi produksi pangan daerah.

Dengan dukungan pemerintah, warga berharap dapat menghadapi tantangan ini sambil memanfaatkan sisi positif dari situasi yang ada. (*)