Media Cetak di Tengah Badai Disrupsi Digital
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Media cetak kini berada di persimpangan jalan menghadapi badai disrupsi digital yang mengubah cara masyarakat mengakses informasi. Dalam situasi ini, hanya mereka yang cepat beradaptasi dan berinovasi yang akan mampu bertahan.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Lampung, Wirahadikusumah mengatakan, media cetak atau koran tengah dihantam oleh badai disrupsi digital. Dampaknya, tidak sedikit media cetak yang tutup dan beralih ke media online.
Pada era disrupsi digital saat ini, pemilik media cetak harus cepat melakukan adaptasi terhadap semua perubahan yang ada agar bisa terus eksis.
Menurut Wira, beberapa media cetak kini telah menyediakan koran versi online atau yang lebih dikenal dengan koran pdf.
"Pengelola media cetak harus cepat melakukan proses adaptasi. Perkembangan teknologi harus cepat dipelajari. Karena bukan yang kuat yang bertahan, tapi yang cepat beradaptasi itulah yang bertahan," kata Wira, pada Senin (2/12/2024).
Wira mengatakan, media cetak yang ingin tetap eksis harus dapat menyajikan informasi akurat dan lebih lengkap dibandingkan dengan informasi yang dimuat media online.
Selain itu, media cetak juga tidak boleh menganggap media sosial sebagai kompetitor. Namun, keberadaan media sosial harus bisa dimanfaatkan sebagai wahana distribusi pemasaran.
"Kita tidak boleh kalah dengan kemajuan zaman. Kita harus beradaptasi dengan kemajuan itu, dengan tidak merubah ruh jurnalistik. Serta harus taat terhadap Kode Etik, UU Pers dan Peraturan Dewan Pers lainnya," uja Wira.
Wira membeberkan, oplah media cetak di Lampung terus mengalami penurunan. Bahkan, ada koran yang baru cetak ketika ada pemberitaan kerjasama dengan instansi pemerintah.
“Koran hanyalah sebuah media tempat menyampaikan informasi, sementara informasinya tidak akan pernah mati. Saya sering mengatakan koran boleh mati, tapi jurnalistik tidak boleh mati," paparnya.
Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Bandar Lampung, Dian Wahyu Kusuma menyarankan, media cetak harus bertransformasi ke digital agar menarik minat pembaca dan bisa bertahan di era digitalisasi.
Menurut Dian, di era digitalisasi sekarang, minat pembaca lebih cenderung ke media online dan media social karena lebih mudah diakses.
"Sekarang masyarakat sudah mulai memilih media online yang cepat diakses dibanding media cetak. Dari hasil riset, masyarakat itu lebih banyak mengakses media sosial dan online," ujarnya.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, lanjut Dian, media cetak harus lebih meningkatkan kualitas dibandingkan media online. Karena media online memiliki kelemahan terkait validitasnya yang kurang.
"Kalau media online kan harus cepat-cepatan tapi terkadang validitasnya kurang. Di situ seharusnya peran media cetak bermain, di isu-isu yang lebih luas lagi, misalnya investigasi, indepth reporting, feature, karena online kurang bermain disitu," ucapnya.
Menurutnya, isu-isu investigasi masih diminati oleh masyarakat dan menarik minat para pembaca. “Kita di media cetak kekurangan itu (isu investigasi). Padahal itu salah satu yang menarik minat pembaca untuk media cetak. Kualitasnya juga harus lebih di bagusin lagi untuk media cetak,” jelasnya.
Dian menyarankan, media cetak juga harus bisa bertransformasi ke digital seperti pdf online atau aplikasi khusus berita media tersebut agar bisa terus bertahan.
"Strateginya media cetak sekarang harus berinovasi ke pdf digital dan bisa juga buat aplikasi khusus untuk pembacanya. Meskipun media cetak masih ada pembacanya terutama di sekolah-sekolah, desa, pemerintahan, tapi transformasi digital perlu juga. Kita lihat dulu masih penting tidak media cetak dibaca oleh masyarakat, kalau masih penting pasti mereka membeli dan berlangganan dengan media cetak atau pdf digital," imbuhnya.
Dian mengaku cukup prihatin dengan banyaknya media cetak nasional yang sudah redup dan bertransformasi ke digital agar bisa terus eksis di era digitalisasi.
"Kalau berkaca dengan media nasional, mereka sudah mulai mengurangi media cetak. Halaman rubrik media cetak sudah mulai berkurang dari 24 halaman menjadi 12 halaman dan ada yang 8 halaman, karena mereka sudah bertransformasi ke digital," paparnya.
Menurutnya, agar bisa terus bertahan, media cetak juga harus memiliki bisnis lain seperti pelatihan jurnalistik, pelatihan kelas dan workshop.
"Jangan sampai hanya mengandalkan dari kerjasama anggaran pemerintah atau swasta. Peningkatan SDM juga diperlukan, karena kalau bagus maka perusahaan akan sadar SDM ini adalah aset dan medianya pasti bisa berkembang. Selain itu, kepercayaan masyarakat juga salah satunya, kalau masyarakat tidak percaya, medianya redup. Kepercayaan masyarakat ini tantangannya," imbuhnya.
Dian juga menyinggung mulai maraknya pemanfaatan teknologi AI. Menurutnya, keberadaan AI bisa membantu sekaligus mengancam media cetak.
"AI ini bisa membantu dan mengancam. Membantu dalam hal penulisan yang sesuai EYD dan saat membutuhkan kecepatan. Tapi untuk gaya humanis masih kurang di AI, makanya perlu editing lagi. Sedangkan bisa mengancam media cetak karena penulisan pada media online dan sosmed menjadi lebih cepat," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Lampung, Achmad Saefullah mengatakan, di era digital saat ini, media cetak menghadapi tantangan besar akibat perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses informasi.
Menurut, saat ini sekitar 80 persen masyarakat telah memiliki akses informasi melalui perangkat seperti ponsel pintar. Hal ini membuat mereka lebih memilih mendapatkan berita secara instan melalui internet daripada membaca media cetak.
"Tentu peralihan ini berdampak signifikan pada pendapatan media cetak. Penurunan jumlah eksemplar media cetak menjadi salah satu dampak langsung dari transformasi digital," kata Saefullah.
Menurut Saefullah, untuk dapat bertahan, media cetak harus segera berinovasi, baik dengan beralih ke platform digital maupun menciptakan model bisnis baru yang relevan dengan kebutuhan konsumen modern.
"Tentunya perubahan ini harus segera ditindaklanjuti. Ketika media cetak tidak mengikuti perubahan dan perkembangan zaman pasti akan ditinggal oleh pembacanya," kata dia.
Saefullah melanjutkan, munculnya media sosial sebagai salah satu sumber utama informasi menambah tantangan bagi media cetak. Meski media sosial sering kali tidak mengikuti kode etik jurnalistik, namun kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang disampaikan melalui platform ini terus meningkat.
“Situasi ini menuntut media konvensional untuk dapat menjalin kolaborasi dengan media sosial, sekaligus tetap menjaga akurasi dan integritas berita yang disampaikan,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, saat ini kerja jurnalistik semakin dimudahkan dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun, ini juga menjadi faktor lain yang mempengaruhi industri pers.
Dengan adanya teknologi AI bisa menjawab semua pertanyaan dan menyampaikan informasi secara lebih cepat. Untuk itu, media cetak harus mampu memanfaatkan teknologi tersebut sebagai peluang, dan bukan ancaman.
Penggunaan AI harus dilakukan secara bijak dengan memastikan setiap informasi memiliki referensi yang kredibel.
“Media cetak harus memahami tantangan digitalisasi ini sebagai peluang untuk berkembang. Inovasi dan adaptasi menjadi kunci utama untuk tetap relevan," imbuhnya.
Menurutnya, peralihan menuju era digital adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Dengan strategi yang tepat, media cetak masih memiliki peluang untuk mempertahankan eksistensinya di tengah derasnya arus perubahan.
Sementara itu, Pengamat Komunikasi dari Universitas Lampung, Feri Firdaus menyebut bahwa media cetak kini menghadapi tantangan besar di tengah disrupsi teknologi yang terus berkembang. Tren konsumsi informasi masyarakat telah bergeser ke platform digital. Generasi muda lebih memilih konten yang cepat, interaktif, dan mudah diakses melalui internet.
Feri mengatakan, perubahan perilaku pembaca menjadi tantangan terbesar media cetak untuk tetap relevan.
“Generasi muda, khususnya Gen Z dan sebagian milenial, lebih menyukai konten berbasis visual, video pendek, dan interaktivitas. Sementara itu, media cetak tradisional masih kurang adaptif dalam menghadirkan format tersebut,” ujar Feri.
Menurut Feri, dampak disrupsi ini terlihat jelas pada penurunan oplah media cetak, menurunnya pendapatan iklan, serta tingginya biaya operasional yang membuat banyak perusahaan media cetak kesulitan bertahan.
Namun, lanjut dia, masih ada peluang bagi media cetak yang mampu bertransformasi menjadi multiplatform, seperti yang dilakukan Kupas Tuntas.
“Kupas Tuntas sudah mulai beradaptasi dengan optimalisasi platform digital. Meski masih menerbitkan koran cetak, inovasi dalam penyajian berita secara daring menjadi langkah penting untuk menjangkau pembaca lebih luas,” jelasnya.
Feri menerangkan, media cetak perlu mengembangkan jurnalisme investigatif dan berbasis data untuk menawarkan nilai tambah kepada pembaca. Kompetensi jurnalis harus terus diasah, kesejahteraan mereka ditingkatkan, serta kode etik jurnalistik dijalankan dengan baik untuk menghasilkan berita yang mendalam dan kredibel.
“Transformasi digital ini harus dilakukan dengan cepat. Media cetak yang gagal beradaptasi akan kehilangan relevansi di tengah pola konsumsi informasi masyarakat yang berubah drastis,” ujar Feri.
Menurut Feri, kehadiran teknologi seperti AI dan Big Data dapat membantu media cetak, meski lebih relevan untuk media digital. AI dapat digunakan untuk proses editorial sederhana, sementara Big Data berguna untuk menganalisis preferensi pembaca guna menciptakan konten cetak yang lebih menarik dan relevan.
Feri berharap, media cetak di Lampung termasuk Kupas Tuntas, terus berinovasi agar tetap menjadi sumber informasi terpercaya, khususnya di era persaingan dengan media digital dan fenomena homeless media yang semakin mendominasi masyarakat. (*)
Artikel ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Selasa 03 Desember 2024, dengan judul "Media Cetak di Tengah Badai Disrupsi Digital"
Berita Lainnya
-
Universitas Teknokrat Indonesia Raih Peringkat 3 Kampus Swasta Terbaik Nasional Versi 4ICU Unirank
Rabu, 04 Desember 2024 -
Minim Bukti, Polisi Akui Kesulitan Ungkap Kasus Kematian Riyas Nuraini
Rabu, 04 Desember 2024 -
Tiket KA Rajabasa untuk Angkutan Nataru 2024/2025 Sudah Terjual 19.041
Rabu, 04 Desember 2024 -
RDP Komisi III Bersama BUMD, PT LEB Mangkir
Rabu, 04 Desember 2024