• Kamis, 14 November 2024

Indonesia Peringkat Kedua Kasus TBC Terbanyak, Capai 1 Juta Lebih

Selasa, 12 November 2024 - 16.26 WIB
22

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Indonesia menduduki peringkat kedua dengan kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. Berdasarkan laporan Global Tuberculosis 2023 yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia, jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 1.060.000 kasus.

Indonesia tepat berada di bawah India yang menduduki peringkat pertama dengan 2.862.000 kasus dan ada di atas China dengan estimasi 752.600 kasus. Demi menurunkan peringkat tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada saat ini pihaknya tengah fokus untuk meningkatkan temuan kasus baru.

Belajar dari pengalaman sebelumnya ketika pandemi COVID-19, banyak sekali kasus TBC yang tidak terdeteksi dengan baik. Hal ini tentu bukan hal yang baik terlebih penyakit ini bersifat menular.

Pada masa pandemi, kemampuan deteksi TBC di Indonesia menurun dengan 351 ribu kasus baru pada tahun 2020 dan 465 ribu kasus baru pada tahun 2021. Kondisi deteksi makin membaik seiring berlalunya pandemi dengan temuan 724 ribu kasus pada tahun 2022 dan 809 ribu kasus baru pada tahun 2023.

Jumlah temuan kasus TBC ditargetkan oleh Menkes Budi akan terus bertambah pada tahun ini dengan 900 ribu kasus dan tahun 2025 sebanyak 1 juta temuan kasus baru.

"TBC kan menular sifatnya kalau tidak ditemukan nanti gimana kayak COVID itu lari kemana? Tahun lalu sudah ditemukan 800 ribu, tahun ini saya kejar sampai 900 ribu. TBC beda dengan COVID, karena obatnya ada. Manjur dan obat itu yang sedang diberikan," kata Menkes Budi, Selasa (12/11/2024) dikutip dari Detik.com.

Menkes Budi berharap dengan semakin banyaknya kasus baru ditemukan, maka semakin banyak juga pasien yang bisa diobati dengan semestinya. Hal ini bisa menjadi langkah yang efektif untuk menurunkan kasus TBC di Indonesia secara bertahap.

Tantangan lain yang dihadapi dalam proses penanganan TBC lain adalah lamanya proses pengobatan. Selama menjalani perawatan, pasien bisa mengonsumsi obat-obatan selama 6-22 bulan.

Tak jarang ada pasien yang akhirnya merasa kelelahan dan berhenti mengonsumsi obat TBC. Menkes Budi mengatakan pada saat ini Indonesia mulai berpindah pada regimen obat baru yang bisa menekan durasi pengobatan menjadi sekitar 4-6 bulan.

"Saya juga baru saja dari Bali ada kongres TBC besar. Itu dicoba untuk TBC obatnya itu bisa ditekan ke 1 bulan. Sehingga dengan demikian orang bisa selesai. Karena kadang TBC orang itu nggak sabar mesti minum obat," tandasnya.

Selain meningkatkan temuan kasus baru TBC di Indonesia, Menkes Budi menuturkan pihaknya saat ini tengah terlibat dalam proses clinical trial vaksin TBC baru. Diharapkan vaksin ini sudah bisa digunakan oleh masyarakat sebelum tahun 2029.

Akselerasi pengentasan TBC tengah menjadi salah satu program Quick Win dari Presiden Prabowo. Bahkan Kementerian Kesehatan mendapatkan anggaran sebesar Rp 8 triliun khusus untuk penanganan TBC. (*)