• Minggu, 27 Oktober 2024

Sosialisasi Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, Donald Sihotang: Pancasila adalah Jiwa Bangsa Indonesia

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 12.27 WIB
30

Dosen Pascasarjana Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (Saburai) Dr. Donald Harris Sihotang saat memaparkan materi tentang Pancasila dalam acara Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Lampung Tengah, Sabtu (26/10/34). Foto: Yudi/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Tengah - Dosen Pascasarjana Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (Saburai) Dr. Donald Harris Sihotang menekankan pentingnya mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan menambah wawasan kebangsaan sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Pesan ini Ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang diselenggarakan oleh anggota DPRD Provinsi Lampung Dapil 7 Lampung Tengah dari Fraksi PDI Perjuangan, Ni Ketut Dewi Nadi, di Nuwo BJW, Bumi Mas, Bumi Kencana, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Sabtu (26/10/24).

Acara tersebut dihadiri oleh 150 peserta yang merupakan pelaku UMKM Lampung Tengah dan sejumlah elemen masyarakat.

Dalam pemaparannya, Donald Sihotang menyatakan bahwa Pancasila bukan sekadar dihafal, tetapi harus dipahami maknanya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengingatkan pentingnya mengetahui sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.

“Kita semua hapal isi Pancasila, tapi belum tentu memahami makna di balik kelima silanya. Maka, kita harus terus mengingat dan menanamkan pentingnya nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.

Ia juga menekankan keberagaman Indonesia yang memiliki lebih dari 300 juta jiwa penduduk, tersebar di 38 provinsi, dengan 1.340 suku dan 700 bahasa. 

"Bangsa kita sangat kaya dengan keberagaman adat dan budaya, dan karena itu, empat pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika harus dijaga sebagai fondasi persatuan," katanya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia diraih dengan perjuangan panjang. 

"Selama 350 tahun kita dijajah oleh Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang. Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 bukan sesuatu yang didapat secara cuma-cuma, melainkan buah perjuangan seluruh rakyat dari Sabang hingga Merauke," jelasnya.

Menurutnya, perkembangan teknologi dan media sosial harus dimanfaatkan dengan bijak agar tidak merusak persatuan dan kesatuan.

"Teknologi memudahkan kita dalam banyak hal, tetapi juga bisa membawa dampak negatif. Tergantung bagaimana kita menggunakannya. Media sosial harus menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan, bukan memecah belah," tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa Pancasila bukan hanya dasar negara, melainkan juga jiwa bangsa Indonesia. "Nilai seperti gotong royong, saling menghormati, dan menjaga persatuan semakin penting di era digital ini," imbuhnya.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa masyarakat Lampung Tengah adalah contoh kecil keberagaman Indonesia. "Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, kita bisa hidup rukun dan bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," pungkasnya. (*)