Jembatan Reyot di Ulusemong Tanggamus, Medan Uji Nyali Warga Demi Bertahan Hidup
Kupastuntas.co, Tanggamus - Di
pelosok Tanggamus, tepatnya di Pekon Ulusemong, Kecamatan Ulubelu, berdiri
sebuah jembatan yang menjadi saksi bisu ketangguhan warga dalam menghadapi kerasnya
hidup. Jembatan Way Talang Tupuk, satu-satunya akses penghubung antara
Ulusemong dan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, kini sudah lama terabaikan.
Berdiri rapuh di atas sungai,
jembatan ini bukan sekadar lintasan biasa, melainkan tantangan yang dihadapi
setiap hari oleh penduduk sekitar dan para pengendara yang melintasinya.
Bayangkan melintasi jembatan
kayu yang gelagarnya berkarat, lantainya penuh lubang, dan tanpa pagar
pengaman. Setiap kendaraan yang melintas, baik itu mobil pribadi, angkutan
hasil bumi, maupun travel, seolah sedang melakukan uji nyali.
Lubang-lubang yang menganga
di sepanjang lantai kayu jembatan telah menimbulkan kekhawatiran serius bagi
warga.
Tidak sedikit pengendara
sepeda motor yang terjatuh ke sungai, terperosok di lubang yang tidak terlihat
jelas saat malam atau hujan.
Mobil-mobil kerap kali harus
berhenti sejenak, hanya untuk menutup lubang dengan papan seadanya sebelum
melanjutkan perjalanan.
Kondisi ini memperlihatkan
betapa gentingnya keadaan infrastruktur di wilayah yang menjadi jalur vital
bagi banyak orang.
Meski tampak sederhana,
Jembatan Way Talang Tupuk memiliki peran penting dalam roda perekonomian lokal.
Bagi petani kopi, pisang, sayur-mayur, dan komoditas lainnya, jembatan ini
adalah jantung penghubung yang membawa hasil bumi mereka menuju pasar di
Tanggamus maupun Suoh (Lampung Barat) atau bahkan lebih jauh, seperti ke Pulau
Jawa, khususnya Bandung.
Travel dan truk pengangkut
hasil bumi menjadi pemandangan umum di sini, meskipun mereka harus berhadapan
dengan kondisi jalan yang jauh dari kata layak.
Jalur ini tidak hanya penting
bagi aktivitas pertanian. Banyak pengemudi travel yang melayani rute
Liwa-Suoh-Bandung juga menggantungkan kelancaran usaha mereka pada jembatan
ini.
Namun, dengan kondisi yang
kian memburuk, perjalanan yang mereka lakukan bukan lagi sekadar rutinitas,
melainkan sebuah risiko.
Seiring berjalannya waktu,
warga Pekon Ulusemong berulang kali bergotong royong memperbaiki jembatan ini.
Lantai kayu yang sering patah diganti secara swadaya, namun usaha tersebut tak
bertahan lama.
Hujan dan panas yang silih
berganti mempercepat kerusakan, menjadikan jembatan kembali berlubang dalam
hitungan bulan, bahkan minggu.
Asiri, Kepala Pekon
Ulusemong, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi jembatan. "Warga
beberapa kali mengganti lantai jembatan dengan gotong royong, tapi tidak lama
kemudian rusak lagi. Kami sangat berharap pemerintah segera memperbaikinya,"
ungkapnya.
Baginya, jembatan ini tidak
hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal keselamatan warga yang setiap hari
melintasinya.
Jembatan Way Talang Tupuk
kini menjadi simbol keterbatasan pembangunan infrastruktur di daerah pelosok.
Namun di balik kerentanannya, tersimpan harapan besar dari warga. Mereka
mendambakan kehadiran jembatan beton yang kokoh dan aman.
Anja, salah seorang warga
setempat, berharap pemerintah bisa segera membangun jembatan yang lebih kuat.
"Kami ingin jembatan beton yang bagus dan tahan lama. Jembatan kayu
seperti ini sudah tidak layak, mudah lapuk, dan sangat berbahaya,"
katanya.
Harapan ini bukan sekadar
mimpi kosong. Kondisi lalu lintas yang semakin padat dan kebutuhan akses cepat
bagi angkutan hasil bumi membuat warga mendesak agar pemerintah daerah segera
mengambil tindakan.
Mereka tidak ingin melihat
jembatan ini terus menelan korban, baik dalam bentuk kecelakaan maupun kerugian
ekonomi.
Seiring berlalunya waktu,
Jembatan Way Talang Tupuk tetap berdiri meski dalam keadaan memprihatinkan.
Bagi sebagian orang, jembatan ini mungkin hanyalah struktur usang di pelosok
desa. Namun, bagi warga Pekon Ulusemong dan sekitarnya, jembatan ini adalah
nadi kehidupan.
Setiap harinya, mereka harus
menghadapi risiko yang ada demi melanjutkan aktivitas sehari-hari—ke kebun,
pasar, sekolah, atau sekadar menuju tetangga desa.
Kini, bola ada di tangan
pemerintah. Apakah mereka akan mendengar keluhan warga dan memberikan solusi
nyata berupa jembatan beton yang lebih aman dan modern?
Atau apakah Jembatan Way
Talang Tupuk akan terus menjadi pengingat bisu akan keterbatasan pembangunan di
daerah terpencil? Warga hanya bisa berharap, agar roda perubahan segera
berputar di tempat mereka tinggal. (*)
Berita Lainnya
-
Nyoblos di TPS 002 Gisting Permai Tanggamus, Dewi Handajani: Tetap Jaga Kerukunan
Rabu, 27 November 2024 -
TPS 01 Pekon Talang Rejo Tanggamus: Nostalgia Seragam SMA Meriahkan Pilkada 2024
Rabu, 27 November 2024 -
Dirut dan Direktur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Tanggamus Jadi Tersangka Korupsi
Jumat, 22 November 2024 -
Pria di Tanggamus Bacok Teman Gegara Burung Merpati, Ini Kronologinya
Kamis, 21 November 2024